Laporan Fisisologi Tumbuhan





Laporan Prakikum
Fisiologi Tumbuhan
Pengaruh Hormon IAA terhadap Pertumbuhan Akar



Oleh :
Nama               : Ongki Yuwentin
NIM                : 140210103042
Kelas               : Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok       : 1



Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Mipa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2016



I.              Judul     : Pengaruh Hormon IAA terhadap Pertumbuhan Akar dan proses pembentukan akar tumbuhan
II.           Tujuan  : Untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar tumbuhan
III.        Dasar Teori
Pertumbuhan merupakan kenaikan massa dan volume yang irreversible (tidak kembali ke asal) karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang terjadi selama pertumbuhan. Menurut Supartini (2008), pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang. Pertumbuhan dalam arti terbatas menunjukkan pertambahan ukuran yang irreversibel, yang mencerminkan pertambahan protoplasma karena bertambahnya jumlah dan ukuran sel. Jadi pertumbuhan merupakan kuantitatif dalam jumlah sel.
Auksin dan giberelin merupakan hormon yang banyak digunakan dalam  zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksin memiliki manfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar (Latief,et al,2015). Auksin merupakan hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar serta pada bunga. Auksin mampu merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin yang terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda dan pada jaringan meristem di pucuk, hormon ini berfungsi sebagai pengatur pembesaran pada sel dan memicu perpanjangan dari sel pada daerah belakang meristem ujung serta  membantu proses pertumbuhan batang, (Hasibuan,2014). Zat pengatur tumbu pada tanaman yang tergolong dalam Auksin yaitu Indole Acetic Acid (IAA), Indole-3-butyric acid (IBA), α-Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D) (Wudianto, 1998). Jenis dan konsentrasi pada pemberian auksin akan memberikan respon berbeda terhadap sistem perakaran (Apriliani,2015).
 Auksin merupakan hormon yang pertama kali ditemukan pada tumbuhan dan merupakan salah satu dari agen pemberian isyarat kimia yang mengatur perkembangan tumbuhan. Umumnya auksin terdapat dalam bentuk asam indole-3-acetic (IAA). Salah satu peran dari IAA pada tanaman adalah sebagai hormon kunci dari berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Aryantha et.al., 2004 dalam Danapriatna.2014). Pada kondisi yang rendah IAA mampu merangsang pemanjangan dari akar, sedangkan pada kadar yang tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan dari akar akar, namun dengan IAA yang tinggi mampu merangsang peningkatkan jumlah akar lateral dan adventif (Patten dan Glick, 2002; Silva dan Davies, 2007 dalam Danapriatna.2014).
Auksin sebagai ZPT dapat mempercepat pertumbuhan akar. Hormon dalam golongan auksin adalah IAA (Indolacetic Acid), NAA (Naphtaleneacetic Acid), dan IBA (Indolebutyric Acid), yang bersifat rizokalin. Umumnya ZPT ini mengandung hormon yang lengkap seperti Rootone Up yang memiliki komposisi naftalen asetamide 0,067%, metal-1-naftalen asetamida 0,13%, metal-1-naftalen asetat 0,033%, indol-3-butirat 0,057%, dantiram 4% (Halimursyadah dkk, 2014).
Kadar konsentrasi auksin yang umum diberikan adalah 0,01-10 ppm. Pemberian ZPT dengan konsentrasi yang tinggi dapat memberikan pengaruh yang berlawanan dan hanya efektif jika diberikan pada konsentrasi rendah yaitu 10-7-10-13 M. Pada konsentrasi yang tinggi sekitar 10 μM, ZPT dapat merusak bagian yang terluka (Wudianto, 1996) (Halimursyadah dkk, 2014).
Hormon IAA termasuk kedalam Hormon auksin endogen yang memiliki peran dalam pembesaran sel, dapat menghambat pertumbuhan tunas samping, merangsang terjadinya ambibisi, berperan dalam pembentukkan jaringan xilem serta floem, dan juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan pemanjangan akar (Wattimena, 1988 dalam Susanti 2016).
Pemajangan sel yang didapatkan dari permberian auksin / faktor yang disebabkan oleh auksin ini dilakukan dengan cara penambahan plastisitas dari dinding sel menjadi longgar, sehingga air bisa masuk ke dalam dinding sel dengan cara osmosis dan sel mengalami bisa pemanjangan. Selain jenis dari Auksin yang diberikan, pemanjangan akar juga bergantung kepada jumah dan konsentrasi auksin yang  telah diberikan. Bahwa zat pengatur tumbuh golongan auksin pada keadaan optimum dapat membantu pemanjangan akar, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi dapat menghambat pemanjangan akar, namun pemberian beberapa jenis dan konsentrasi Auksin tidak bisa memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun stek pucuk Bayur. (Apriliani,2015).
Mekanisme kerja hormon auksin dalam proses pemanjangan sel-sel tanaman khususnya akar. Pertama auksin menginisiasi pemanjangan sel  dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin akan memacu protein tertentu  yang ada di membran  plasma sel untuk  memompa ion H+ ke dinding sel. Lalu Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel.  Sel tumbuhan kemudian  memanjang akibat air  yang masuk secara osmosis.  Setelah pemanjangan  ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu pertumbuhan  ujung apikal dan penghambatan pertumbuhan tunas lateral. Auksin memiliki peranan yang penting dalam inisiasi akar pada kultur in vitro. Auksin berperan dalam memacu pembentukan akar lateral dari kalus yang belum terdiferensiasi (Munarti, 2014).
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormone auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan memmbengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apical.
IV.        Metode Pengamatan
4.1  Alat dan Bahan
Alat
1.      Beaker glass
2.      Pisau
3.      Gelas Ukur
4.      Penggaris
Bahan
1.      Tumbuha kacang panjang berumur 5 hari
2.      IAA konsentrasi 0,0 ppm ; 1,0 ppm ;10 ppm ; 100 ppm
3.      Larutan hara
4.      Aquades

4.2 Cara Kerja
Setelah 2 jam memindahkan ke beaker glass yang berisi larutan hara, simpan di tempat terang selama 1 minggu


Mengamati proses terbentuknya akar pada bagian hipokotil yang mendapat perlakuan IAA, menghitung jumlah dan panjang akar yang ada

Menganalisis data hasil pengamatan dengan software SPSS

Mengambil 20 tumbuhan kacang hijau, potong bagian hipokotilnya di dalam air kemudian rendam dalam larutan IAA selama 2 jam.

Merancang percoban yang digunakan adala rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan sesuai jumlah kelompok.

 












V.                 Hasil Pengamatan

Perlakuan (ppm)
Ulangan
Jumlah Akar
Panjang Akar
1 (0)
1
2
0,817
2
3
0,0011
3
2
0,69
4
6
0,16
5
0
0
6
16
0,7
2(1)
1
1
0,3
2
0
0
3
3
0,06
4
13
0,44
5
1
0,6
6
8
0,17
3(10)
1
13
0,3
2
2
0,04
3
3
0,18
4
7
0,32
5
0
0
6
12
0,35
4(100)
1
13
0,3
2
2
0,0006
3
6
0,122
4
1
0,1
5
0
0
6
13
0,4



            Output pada SPSS
1.      Jumlah Akar
           
            * Data awal sebelum data hasil akhir di dapatkan suatu kesimpulan.
* Std Eror menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda, artinya variasi sampel data yang di input dan berasal dari distribusi yang sama menunjukkan rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda antar masing-masing perlakuan.
* Std Deviasi indeks yang menggambarkan sebaran data terhadap rata-ratanya , dengan hasil yang juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan di antara masing-masing perlakuan.
* Data minimum menunjukkan nilai terendah 0
* Data maximum menunjukkan nilai 16.



* pada uji homogenitas nilai signifikan menunjukkan angka 0,977 artinya lebih dari 0,05, maka data tersebut dinyatakan homogen karena Rnilai > dari 0,05
* Data dikatakan homogen karena distribusi data (pada uji descriptive) menunjukkan persebaran dengan rata-rata yang relatif sama.



           
*Pada uji anova menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,907 Karena signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05), maka dapat dikatakan hasil tidak signifikan.
* Kesimpulannyaperbedaan perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah akar yang tumbuh. Karena hasil tersebut tidak signifikan, maka tidak dapat dilanjutkan dilanjutkan ke uji selanjutnya (uji duncan).

           
   *Duncan tidak berbeda nyata antar beberapa perlakuan, maka tidak perlu di baca.
2.      Panjang akar
* Data awal sebelum data hasil akhir di dapatkan suatu kesimpulan.
* Std Eror menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda, artinya variasi sampel data yang di input dan berasal dari distribusi yang sama menunjukkan rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda antar masing-masing perlakuan.
* Std Deviasi indeks yang menggambarkan sebaran data terhadap rata-ratanya , dengan hasil yang juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan di antara masing-masing perlakuan.
* Data minimum menunjukkan nilai terendah 0
* Data maximum menunjukkan nilai 0,8.
* Pada uji homogenitas nilai signifikan menunjukkan angka 0,354 artinya lebih dari 0,05, maka data tersebut dinyatakan homogen karena Rnilai > dari 0,05
* Data dikatakan homogen karena distribusi data (pada uji descriptive) menunjukkan persebaran dengan rata-rata yang relatif sama
*Pada uji anova menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,869 Karena signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05), maka dapat dikatakan hasil tidak signifikan.
* Kesimpulannyaperbedaan perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap panjang akar yang tumbuh. Karena hasil tersebut tidak signifikan, maka tidak dapat dilanjutkan dilanjutkan ke uji selanjutnya (uji duncan).
*Duncan tidak berbeda nyata antar beberapa perlakuan, maka tidak perlu di baca.

VI.             Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan mengenai tentang pengaruh hormon IAA terhadap pertumbuhan akar yang menggunakan alat berupa beaker glass diganti dengan botol capcin yang digunakan sebagai tempat media (larutan hara dan hormon IAA) dan tanaman uji yaitu tumbuhan kacang hijau  berumur 7 hari, gelas ukur digunakan untuk mengukur larutan hara dan aquades, penggaris atau meteran digunakan untuk mengukur tanaman atau akar tanaman jika mengalami proses pertumbuhan, pisau digunakan untuk memotong tanaman pada bagian akar-nya. Kemudian bahan yang digunakan adalah tanaman kacang hijau sebagai tanaman uji pada praktikum ini, IAA merupakan golongan atau jenis dari auksin yang merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan akar dan mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme. IAA merupakan auksin utama dalam tubuh tumbuhan yang disintesa dari asam amino dengan bantuan enzim IAA-oksidase. Hasil sintesa tersebut menghasilkan auksin dengan konsentrasi yang lebih rendah, diantaranya IAN (Indolaseto nitril), TpyA (asam Indolpiruvat) dan IAAId (Indolasetatdehid). Pada fase reproduktif, hormon auksin lebih banyak ditemukan dalam serbuk sari, buah dan biji. Selain auksin alami, terdapat pula auksin sintesis. Larutan hara digunakan untuk memenuhi nutrisi pada tanaman kacang hijau yang diuji.
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu, pertama menumbuhkan biji kacang hijau selama 1 minggu, kemudian Mengambil 20 tumbuhan kacang hijau, memotong bagian hipokotilnya di dalam air. Pemotongan di dalam air ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya udara didalam pebulu Xilem apabila terdapat udara pada pembulu Xilem maka dapat mengganggu pengangkutan larutan hara. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan di dalam tumbuhan tersebut. Apabila hal itu tidak dilakukan maka ketersediaan air dan unsur hara di dalam tumbuhan akan berkurang sehingga saat melakukan praktikum hasil yang didapat tidak valid. Kemudian  merendamnya dalam larutan IAA selama 2 jam konsentrasi IAA yang digunakan adalah 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm. Setelah 2 jam memindahkan ke beaker glass (digantikan dengan botol plastik capcin) yang berisi larutan hara. Fungsi perendaman dalam unsur hara bertujuan untuk memberikan nutrisi pada tanaman agar tanaman tidak mati dengan pemberian unsur hara akan membuat nutrisi tanaman tersebut akan tercukupi. Hal ini tumbuhan dapat hidup tidak terlepas dari adanya nutrisi esensial yang dibutuhkan, dimana nutrisi esensial tersebut didapatkan dari pemberian unsur hara. Lalu menyimpan pada tempat yang terang selama 1 minggu. Penyimpanan di tempat terang bertujuan untuk tanaman bisa mendapatkan cahaya secara maksimal sehingga mampu melakukan fotosintesis sehingga tanaman dapat hidup. Berikutnya mengamati proses terbentuknya akar pada bagian hipokotil yang mendapat perlakuan IAA, selanjutnya menghitung jumlah dan panjang akar yang ada. Rancangan percoban yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan sesuai jumlah kelompok. RAL bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dari akar dan jumlah akar pada perlakuan di tempat yang sama yaitu tempat terang. Prosedur kerja yang terakhir adalah menganalisis data hasil pengamatan dengan software SPSS.
Fungsi hormon auksin bagi tumbuhan adalah merangsang pementukan akar dan mempertahankan sifat geotropisme negative dari batang, hormon auksin dapat merangsang perkembangan akar lateral dari serabut akar sehingga meningkatkan penyerapan air dan mineral. Hormon auksin akan merangsang pembelahan pada sel cambium vaskuler sehingga akan membuat pertumbuhan jaringan vaskuler sekunder. Selain itu hormon auksin menyebabkan diferensiasi sel menjadi xilem hingga dapat meningkatkan transpotasi mineral dan air. Hormone auksin berpengaruh pada pemanjangan sel, pembelahan sel dan diferensiasi sel.
Lalu hasil yang kami peroleh sesuai dengan hasil pengamatan adalah pada kelompok 1 dengan perlakuan kontrol didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,18 cm dan dan memiliki akar sebanyak 2. Lalu untuk perlakuan menggunakan konsentrasi 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,3 cm dan jumlah akar mencapai adalah 1, untuk perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,3 cm dan jumlah akar mencapai 13 cm. Untuk 100 ppm, didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,3 cm dan jumlah akar mencapai 13 cm. Lalu pada kelompok 2 dengan control didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,0011 cm dan banyak akar mencapai 3 cm. Kemudian untuk perlakuan 1 ppm, didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0 cm artinya tumbuhan yang ditanam telah mati. Kemudian untuk perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,04 cm dan jumlah akar mencpai 2. Kemudian dengan perlakuan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,0001 cm dan jumlah akar mencapai 2. Kemudian pada kelompok 3, dengan perlakuan control didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,069 cm dan jumlah akar mencapai 3. Kemudaian untuk perlakuan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,01 cm dengan jumalah akan mencapai 2, pada perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,018 cm dan jumlah akar mencapai 2. Untuk perlakuan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,122 cm dengan jumlah akar mencapai 2. Kemudaian pada kelompok 4 dengan perlakuan control didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,16 cm dengan jumlah akar mencapai 6. Untuk perlakuan dengan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,44 cm dengan jumlah akar mencapai 13, untuk perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,32 cm dan jumlah akar mencapai 1. Sedangkan untuk perlakuan dengan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,1 cm dan jumlah akar mencapai 1. Kemudian pada kelompok 5 dengan perlakuan konrol didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0, sedangkan untuk jumlah akar mencapai 0 artinya tumbuhan tersebut telah mengalami mati. Pada perlakuan dengan menggunakan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,1 cm dan jumlah akar mencapai 1. Untuk perlakuan 10 ppm dan 100 ppm tumbuhan telah mengalami kematian sehingga panjang akar yang didapatkan adalah 0 dan begitupun dengan jumlah akar. Kemudian pada kelompok 6, dengan perlakuan control didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,7 cm serta jumlah akar mencapai 16. Pada perlakuan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,17 cm dengan jumlah akar mencapai 8. Kemudian pada perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,35 cm dengan jumlah akar mencapai 12. Untuk perlakuan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,11 dan jumlah akar mencapai 13.
Lalu hasil analisis jumlah akar uji anova SPSS didapatkan ada 4 tabel. Tabel 1 (Descriptive) diketahui bahwa terdapat 4 perlakuan  yaitu kontrol / 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm. Sedangkan pada tabel 2 (Test of Homogeneity of Variances), didapatkan data peluang dari perlakuan untuk signifikasi data sebesar 0,977. Karena nilai adalah 0,977 lebih besar dari 0,05 maka keempat dari variasi jumlah akar tiap konsentrasi IAA adalah sama atau homogen. Lalu pada tabel 3 (ANOVA) didapatkan bahwa nilai signifikasi data sebesar 0,907. Kebalikan dari homogenitas, jika hasil yang didapaptkan lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dinyatakan tidak homogen lalu data yang telah kami peroleh adalah 0,907 > 0,05 maka datan dapat dikatakan tidak signifikan. Dengan hal ini bahwa adanya perlakuan berupa perbedaan konsentrasi larutan IAA yang telah diperikan berpengaruh secara tidak signifikan bahkan tidak berpengauh kepada jumlah akar tanaman kacang hijau. Jadi, perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah akar. Sedangkan pada tabel 4 (Post Hoc Tests-Homogeneous Subsets), semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah akar. Pembuktian bahwa jumlah rata-rata akar tumbuhan kacang hijau berpengaruh atau tidaknya terhadap beberapa konsentrasi dari larutan IAA dapat dilihat pada kurva profile plot dibawah ini.
Dari Kurva terlihat hasil terendah terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 1 ppm, lalu mengalami kenaikan pada konsentrasi IAA10 ppm, Sedangkan pada konsentrasi IAA 100 ppm sangatlah tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi yang lain. Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Bahwa pada kondisi yang rendah IAA mampu merangsang pemanjangan dari akar, sedangkan pada kadar yang tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan dari akar akar, namun dengan IAA yang tinggi mampu merangsang peningkatkan jumlah akar lateral dan adventif (Patten dan Glick, 2002; Silva dan Davies, 2007 dalam Danapriatna.2014).
Lalu pada analisis panjang akar uji anova SPSS, terdapat 4 tabel. Tabel 1 (Descriptive) diketahui bahwa terdapat 4 perlakuan  yaitu kontrol / 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm. Sedangkan pada tabel 2 (Test of Homogeneity of Variances), didapatkan data peluang dari perlakuan untuk signifikasi data sebesar 0,354. Karena nilai 0,354 lebih besar dari 0,05 maka keempat dari variasi jumlah akar tiap konsentrasi IAA adalah sama atau homogen Pada tabel 3 (ANOVA) diketahui nilai signifikasi data sebesar 0,869. Nilai Anova memilioki kebalikan dari nilai homogenitas, jika 0,869 lebih besar dari 0,05 maka data yang didapatkan tidak signifikan. Dengan ini maka bisa disimpulkan bahwasannya adanya pemberian perlakuanIAA yang berbeda dapat berpengaruh secara tidak signifikan terhadap panjang akar tanaman kacang hijau. Jadi, perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah akar. Pada tabel 4 (Post Hoc Tests-Homogeneous Subsets), semua perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah akar. Hal ini dapat dilihat melalui profile plot.
Dapat terlihat bahwa urutan jumlah akar terendah sampai terbanyak adalah pada perlakuan dengan konsentrasi 100 ppm (kontrol), 1 ppm, 10 ppm dan 0 ppm. Maka dapat diketahui bahwa hasil percobaan tidak sesuai dengan teori Bahwa pada kondisi yang rendah IAA mampu merangsang pemanjangan dari akar, sedangkan pada kadar yang tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan dari akar akar, namun dengan IAA yang tinggi mampu merangsang peningkatkan jumlah akar lateral dan adventif (Patten dan Glick, 2002; Silva dan Davies, 2007 dalam Danapriatna.2014). Maka seharusnya, urutan jumlah akar terendah adalah pada perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm dan tertinggi pada 100 ppm.
Adanya pertumbuhan akar pada bagian hipokotil yang telah dipotong dikarenakan adanya kerja dari IAA terhadap akar. Mekanisme kerja auksin sdipengaruhi cahaya dan Auksin akan sangat aktif jika dia tidak terkena cahaya. Hal ini menyebabkan adanya fototropisme pada tumbuhan. Fototropisme adalah peristiwa membengkoknya batang tanaman ke arah datangnya cahaya. Hal ini terjadi akibat dari adanya perbedaan rangsangan dari perpanjangan sel akibat dari adanya penyebaran auksin yang tidak merata dan tidak diproduksinya auksin pada bagian yang terkena cahaya. Lalu pada bagian yang tidak terkena cahaya makan akan aktif memproduksi auksin sehingga terjadi penimbunan auksin disana. Penimbunan auksin pada sisi yang tidak terkena cahaya dapat membuat pemanjangan sel yang lebih pada sisi tersebut sehingga akan membuat batang membengkok ke arah datangnya cahaya. Dalam mempengaruhi pemanjangan sel–sel akar tanaman khususnya akar kerj auksin, yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel  dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin akan memacu protein tertentu  yang ada di membran  plasma sel untuk  memompa ion H+ ke dinding sel. Lalu Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel.  Sel tumbuhan kemudian  memanjang akibat air  yang masuk secara osmosis.  Setelah pemanjangan  ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu pertumbuhan  ujung apikal dan penghambatan pertumbuhan tunas lateral. Auksin memiliki peranan yang penting dalam inisiasi akar pada kultur in vitro. Auksin berperan dalam memacu pembentukan akar lateral dari kalus yang belum terdiferensiasi (Munarti, 2014).
Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, ada faktor dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri (internal) dan ada juga faktor dari lingkungan luar (eksternal) antara lain:
Faktor eksternal
1.      Cahaya merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan. Cahaya berfungsi sebagai sumber energi dalam fotosintesis untuk memproduksi pati, yang kemudian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkemabangan tanaman.
2.      Suhu atau temperatur, mamapu mempengaruhi proses pertumbuhan, pada reproduksi tumbuhan
3.      Kelembaban, pada kondisi lembab menyebabkan banyak air yang diserap oleh tumbuhan dan sedikit yang di uapkan. Kondisi itu mampu mendukung pemanjangan sel-sel. Sehingga  mampu mendukung proses pertumbuhan dengan lebih baik
4.      Air adalah senyawa utama yang sangat dibutuhkan tumbuhan . Air dalam tumbuhan berfungsi untuk fotosintesis, pelarut universal, mengatifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembaban dan membantu perkecambahan biji. Tanpa air reaksi kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga mengakibatkan kematian tumbuhan.
5.      Nutrisi (makanan) merupakan bahan baku utama untuk organism dalam proses pertumbuhan dengan adanya nutrisi dapat menunjang proses pretumbuhan pada tumbuhan menjadi lebih baik sehingga berakitbat pada perkembangannya. Contoh Seperti karbon, oksigen, hydrogen, nitrogen, sulfur,  fosfor, kalsium, kalium dan magnesium. Jika tumbuhan kekurangan sebagian nutrisi itu maka akan mengalami defisien.
6.      Oksigen, pada dasarnya oksifen digunakan dalam proses respirasi berfungsi dalam reaksi metabolism tumbuhan karena oksigen penting dalam respirasi yang menghasilkan energy.
Faktor Internal
1.      Gen, adalah sifat turunan yang dapat diturunkan pada krturunannya,Pembentukan protein yang merupakan bagian dasar penyusun tumbuh-tumbuhan dikendalikan secara langsung oleh gen.
2.       Hormon, adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada satu bagian tumbuhan,sedangkan respons pertumbuhan terhadap hormone terjadi di bagian tumbuhan lainnya. Misalnya: Akar,batang dan daun. Sedangkan hormon tumbuhan (fitohormon)  antara lain  auksin,sitokinin,dan giberelin.







VII.Penutup

7.2 Saran
Pada beberapa konsentrasi IAA yang telah diberikan pada percobaan ini memiliki pengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar tumbuhan. Bila pemberian auksin terlalu banyak mampu menghambat pemanjangan akar namun meningkatkan jumlah akar, sedangkan Jika pemberian IAA sedikit maka seharusnya pertumbuhan panjang akar akan semakin cepat dan  jumlah akar sedikit. Tapi pada percobaan ini telah terjadi kegagalan jumlah IAA yang banyak seharusnya akan menginisiasi perpanjangan akartetapi pada percobaan ini konsentrasi IAA yang banyak malah mendapatkan hasil yang lebih rendah.

6.1  Saran
 Sebaiknya saat proses pemotongan akar, tidak dilakukan proses pemotongan hingga tidak terdapat akar primernya, cukup dipotong akar-akar sekundernya saja. Agar akar dapat tumbuh sehingga praktikum ini berhasil











Daftar Pustaka


Apriliani ,Agusti,et al ,2015.Pemberian Beberapa Jenis Dan Konsentrasi Auksin Untuk Menginduksi Perakaran Pada Stek Pucuk Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) Dalam Upaya Perbanyakan Tanaman Revegetasi Effect of Types And Concentration Of Auxin On Root Induction of Apical Shoots Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) In Attempt To Propagate of Revegetation Plants.Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 4(3) – September 2015: 178-187 (ISSN : 2303-2162)
Danapriatna,Nana.2014.Faktor Yang Mempengaruhi Biosintesis Iaa Oleh Azospirillum.Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88
Halimursyadah. dkk. 2014. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Nanas (Annanas comusus L.Merr) Dari Sumber Stek Berbeda Dan Konsentrasi Auksin. Jurnal Ilmiah AgrIBA. ISSN : 2303-1158. Aceh.
Latief,Sthefany,et al,2015.Pengaruh Interval dan Pemberian Cucian Air Beras Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) varietas Vima-1. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Munarti., et al. 2014. Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Stek Mikro Kentang Secara In Vitro. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 1(1): 1-8
Supartini, Yupi.2004.Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Susanti,Winda Ika,et al.2016.Peranan Cendawan Dan Bakteri Rhizosfer Bambu Dalam Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Dan Fenomena Desease Suppresive Soil











LAMPIRAN





























Kel
Foto
1
Kontrol
1 ppm
10 ppm
100 ppm

2
Kontrol
1 ppm
10 ppm
100 ppm

3
Kontrol
1 ppm
10 ppm
100 ppm

4
Kontrol
1 ppm
10 ppm
100 ppm

5
Kontrol
1 ppm
10 ppm
100 ppm

6
Kontrol
1 ppm
10 ppm
100 ppm





































Related Posts