Laporan Prakikum
Fisiologi
Tumbuhan
Pengaruh Hormon
IAA terhadap Pertumbuhan Akar
Oleh :
Nama : Ongki Yuwentin
NIM :
140210103042
Kelas :
Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok : 1
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Mipa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2016
I.
Judul : Pengaruh Hormon IAA terhadap Pertumbuhan
Akar dan proses pembentukan akar tumbuhan
II.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh beberapa
konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar tumbuhan
III.
Dasar
Teori
Pertumbuhan merupakan kenaikan massa dan
volume yang irreversible (tidak kembali ke asal) karena adanya tambahan
substansi dan perubahan bentuk yang terjadi selama pertumbuhan. Menurut
Supartini (2008), pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas yang
maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukan
dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. Selama
pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel. Proses pertumbuhan ini
diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur
rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi,
yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang
merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman
saat berkembang. Pertumbuhan dalam arti terbatas menunjukkan pertambahan ukuran
yang irreversibel, yang mencerminkan pertambahan protoplasma karena
bertambahnya jumlah dan ukuran sel. Jadi pertumbuhan merupakan kuantitatif
dalam jumlah sel.
Auksin dan giberelin merupakan hormon yang banyak
digunakan dalam zat perangsang tumbuh
(ZPT) buatan. Auksin memiliki manfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan
kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan
akar (Latief,et al,2015). Auksin
merupakan hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar serta pada
bunga. Auksin mampu merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin yang
terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda dan pada jaringan meristem di pucuk,
hormon ini berfungsi sebagai pengatur pembesaran pada sel dan memicu
perpanjangan dari sel pada daerah belakang meristem ujung serta membantu proses pertumbuhan batang,
(Hasibuan,2014). Zat pengatur tumbu pada tanaman yang tergolong dalam Auksin
yaitu Indole Acetic Acid (IAA), Indole-3-butyric acid (IBA), α-Naphthalene
Acetic Acid (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D) (Wudianto, 1998). Jenis
dan konsentrasi pada pemberian auksin akan memberikan respon berbeda terhadap
sistem perakaran (Apriliani,2015).
Auksin
merupakan hormon yang pertama kali ditemukan pada tumbuhan dan merupakan salah
satu dari agen pemberian isyarat kimia yang mengatur perkembangan tumbuhan.
Umumnya auksin terdapat dalam bentuk asam indole-3-acetic (IAA). Salah satu
peran dari IAA pada tanaman adalah sebagai hormon kunci dari berbagai aspek
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Aryantha et.al., 2004 dalam
Danapriatna.2014). Pada kondisi yang rendah IAA mampu merangsang pemanjangan
dari akar, sedangkan pada kadar yang tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan
dari akar akar, namun dengan IAA yang tinggi mampu merangsang peningkatkan
jumlah akar lateral dan adventif (Patten dan Glick, 2002; Silva dan Davies,
2007 dalam Danapriatna.2014).
Auksin sebagai ZPT dapat
mempercepat pertumbuhan akar. Hormon dalam golongan auksin adalah IAA (Indolacetic
Acid), NAA (Naphtaleneacetic Acid), dan IBA (Indolebutyric Acid),
yang bersifat rizokalin. Umumnya ZPT ini mengandung hormon yang lengkap
seperti Rootone Up yang memiliki komposisi naftalen asetamide 0,067%, metal-1-naftalen
asetamida 0,13%, metal-1-naftalen asetat 0,033%, indol-3-butirat 0,057%,
dantiram 4% (Halimursyadah dkk,
2014).
Kadar konsentrasi auksin
yang umum diberikan adalah 0,01-10 ppm. Pemberian ZPT dengan konsentrasi yang
tinggi dapat memberikan pengaruh yang berlawanan dan hanya efektif jika
diberikan pada konsentrasi rendah yaitu 10-7-10-13 M. Pada konsentrasi yang
tinggi sekitar 10 μM, ZPT dapat merusak bagian yang terluka (Wudianto, 1996)
(Halimursyadah dkk, 2014).
Hormon IAA termasuk
kedalam Hormon auksin endogen yang memiliki peran dalam pembesaran sel, dapat menghambat
pertumbuhan tunas samping, merangsang terjadinya ambibisi, berperan dalam
pembentukkan jaringan xilem serta floem, dan juga memiliki pengaruh terhadap
perkembangan dan pemanjangan akar (Wattimena, 1988 dalam Susanti 2016).
Pemajangan sel yang didapatkan dari permberian
auksin / faktor yang disebabkan oleh auksin ini dilakukan dengan cara
penambahan plastisitas dari dinding sel menjadi longgar, sehingga air bisa
masuk ke dalam dinding sel dengan cara osmosis dan sel mengalami bisa
pemanjangan. Selain jenis dari Auksin yang diberikan, pemanjangan akar juga
bergantung kepada jumah dan konsentrasi auksin yang telah diberikan. Bahwa zat pengatur tumbuh
golongan auksin pada keadaan optimum dapat membantu pemanjangan akar, sedangkan
pada kadar yang lebih tinggi dapat menghambat pemanjangan akar, namun pemberian
beberapa jenis dan konsentrasi Auksin tidak bisa memberikan pengaruh terhadap
pertambahan jumlah daun stek pucuk Bayur. (Apriliani,2015).
Mekanisme kerja hormon auksin dalam proses
pemanjangan sel-sel tanaman khususnya akar. Pertama auksin menginisiasi
pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi
pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin akan memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel untuk memompa ion H+ ke dinding sel.
Lalu Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding
sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis
kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil
ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu
pertumbuhan ujung apikal dan
penghambatan pertumbuhan tunas lateral. Auksin memiliki peranan yang penting
dalam inisiasi akar pada kultur in vitro. Auksin berperan dalam memacu
pembentukan akar lateral dari kalus yang belum terdiferensiasi (Munarti, 2014).
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu
proses pemanjangan sel. Hormone auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik
tumbuh). Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi
fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan
tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya,
tumbuhan akan memmbengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh
bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel
tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical (ujung) batang dapat
menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas
apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini
disebut dominansi apical.
IV.
Metode Pengamatan
4.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Beaker
glass
2. Pisau
3. Gelas
Ukur
4. Penggaris
Bahan
1. Tumbuha
kacang panjang berumur 5 hari
2. IAA
konsentrasi 0,0 ppm ; 1,0 ppm ;10 ppm ; 100 ppm
3. Larutan
hara
4. Aquades
4.2
Cara Kerja
Setelah
2 jam memindahkan ke beaker glass yang berisi larutan hara, simpan di
tempat terang selama 1 minggu
|
Mengamati
proses terbentuknya akar pada bagian hipokotil yang mendapat perlakuan IAA,
menghitung jumlah dan panjang akar yang ada
|
Menganalisis
data hasil pengamatan dengan software SPSS
|
Mengambil
20 tumbuhan kacang hijau, potong bagian hipokotilnya di dalam air kemudian
rendam dalam larutan IAA selama 2 jam.
|
Merancang
percoban yang digunakan adala rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan
sesuai jumlah kelompok.
|
V.
Hasil Pengamatan
Perlakuan (ppm)
|
Ulangan
|
Jumlah Akar
|
Panjang Akar
|
1 (0)
|
1
|
2
|
0,817
|
2
|
3
|
0,0011
|
|
3
|
2
|
0,69
|
|
4
|
6
|
0,16
|
|
5
|
0
|
0
|
|
6
|
16
|
0,7
|
|
2(1)
|
1
|
1
|
0,3
|
2
|
0
|
0
|
|
3
|
3
|
0,06
|
|
4
|
13
|
0,44
|
|
5
|
1
|
0,6
|
|
6
|
8
|
0,17
|
|
3(10)
|
1
|
13
|
0,3
|
2
|
2
|
0,04
|
|
3
|
3
|
0,18
|
|
4
|
7
|
0,32
|
|
5
|
0
|
0
|
|
6
|
12
|
0,35
|
|
4(100)
|
1
|
13
|
0,3
|
2
|
2
|
0,0006
|
|
3
|
6
|
0,122
|
|
4
|
1
|
0,1
|
|
5
|
0
|
0
|
|
6
|
13
|
0,4
|
Output pada SPSS
1.
Jumlah Akar
*
Data awal sebelum data hasil akhir di dapatkan suatu kesimpulan.
*
Std Eror menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda, artinya variasi sampel data
yang di input dan berasal dari distribusi yang sama menunjukkan rata-rata nilai
yang tidak jauh berbeda antar masing-masing perlakuan.
*
Std Deviasi indeks yang menggambarkan sebaran data terhadap rata-ratanya ,
dengan hasil yang juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan di
antara masing-masing perlakuan.
*
Data minimum menunjukkan nilai terendah 0
*
Data maximum menunjukkan nilai 16.
* pada uji homogenitas
nilai signifikan menunjukkan angka 0,977 artinya lebih dari 0,05, maka data
tersebut dinyatakan homogen karena Rnilai > dari 0,05
* Data dikatakan
homogen karena distribusi data (pada uji descriptive) menunjukkan persebaran
dengan rata-rata yang relatif sama.
*Pada
uji anova menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,907 Karena signifikasi lebih
dari 0,05 (>0,05), maka dapat dikatakan hasil tidak signifikan.
*
Kesimpulannyaperbedaan perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
akar yang tumbuh. Karena hasil tersebut tidak signifikan, maka tidak dapat
dilanjutkan dilanjutkan ke uji selanjutnya (uji duncan).
*Duncan
tidak berbeda nyata antar beberapa perlakuan, maka tidak perlu di baca.
2.
Panjang akar
* Data awal sebelum
data hasil akhir di dapatkan suatu kesimpulan.
*
Std Eror menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda, artinya variasi sampel data
yang di input dan berasal dari distribusi yang sama menunjukkan rata-rata nilai
yang tidak jauh berbeda antar masing-masing perlakuan.
*
Std Deviasi indeks yang menggambarkan sebaran data terhadap rata-ratanya ,
dengan hasil yang juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan di
antara masing-masing perlakuan.
*
Data minimum menunjukkan nilai terendah 0
*
Data maximum menunjukkan nilai 0,8.
* Pada uji homogenitas
nilai signifikan menunjukkan angka 0,354 artinya lebih dari 0,05, maka data
tersebut dinyatakan homogen karena Rnilai > dari 0,05
* Data dikatakan
homogen karena distribusi data (pada uji descriptive) menunjukkan persebaran
dengan rata-rata yang relatif sama
*Pada
uji anova menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,869 Karena signifikasi lebih
dari 0,05 (>0,05), maka dapat dikatakan hasil tidak signifikan.
* Kesimpulannyaperbedaan perlakuan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap panjang akar yang tumbuh. Karena hasil
tersebut tidak signifikan, maka tidak dapat dilanjutkan dilanjutkan ke uji
selanjutnya (uji duncan).
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan
percobaan mengenai tentang pengaruh hormon
IAA terhadap pertumbuhan akar yang menggunakan alat berupa beaker glass diganti
dengan botol capcin yang digunakan sebagai tempat media (larutan hara dan
hormon IAA) dan tanaman uji yaitu tumbuhan kacang hijau berumur 7
hari, gelas ukur digunakan untuk mengukur larutan hara dan aquades, penggaris
atau meteran digunakan untuk mengukur tanaman atau akar tanaman jika mengalami
proses pertumbuhan, pisau digunakan untuk memotong tanaman pada bagian
akar-nya. Kemudian bahan yang digunakan adalah tanaman kacang hijau sebagai
tanaman uji pada praktikum ini, IAA merupakan golongan atau jenis dari auksin
yang merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan akar dan mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan,
diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal,
fototropisme dan geotropisme. IAA
merupakan auksin utama dalam tubuh tumbuhan yang disintesa dari asam amino
dengan bantuan enzim IAA-oksidase. Hasil sintesa tersebut menghasilkan auksin
dengan konsentrasi yang lebih rendah, diantaranya IAN (Indolaseto nitril), TpyA
(asam Indolpiruvat) dan IAAId (Indolasetatdehid). Pada fase reproduktif, hormon
auksin lebih banyak ditemukan dalam serbuk sari, buah dan biji. Selain auksin
alami, terdapat pula auksin sintesis. Larutan
hara digunakan untuk memenuhi nutrisi pada tanaman kacang hijau yang diuji.
Prosedur kerja pada
praktikum ini yaitu, pertama menumbuhkan biji
kacang hijau selama 1 minggu, kemudian Mengambil 20
tumbuhan kacang hijau, memotong bagian hipokotilnya di dalam air. Pemotongan
di dalam air ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya udara didalam pebulu
Xilem apabila terdapat udara pada pembulu Xilem maka dapat mengganggu
pengangkutan larutan hara. Hal ini bertujuan untuk
menjaga ketersediaan di dalam tumbuhan tersebut. Apabila hal itu tidak
dilakukan maka ketersediaan air dan unsur hara di dalam tumbuhan akan berkurang
sehingga saat melakukan praktikum hasil yang didapat tidak valid. Kemudian merendamnya
dalam larutan IAA selama 2 jam konsentrasi IAA yang digunakan adalah 0
ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm. Setelah 2 jam memindahkan ke
beaker glass (digantikan dengan botol plastik capcin) yang berisi larutan hara.
Fungsi perendaman dalam unsur hara
bertujuan untuk memberikan nutrisi pada tanaman agar tanaman tidak mati dengan
pemberian unsur hara akan membuat nutrisi tanaman tersebut akan tercukupi. Hal
ini tumbuhan dapat hidup tidak terlepas dari adanya nutrisi esensial yang
dibutuhkan, dimana nutrisi esensial tersebut didapatkan dari pemberian unsur
hara. Lalu menyimpan pada tempat yang terang selama 1 minggu. Penyimpanan
di tempat terang bertujuan untuk tanaman bisa mendapatkan cahaya secara
maksimal sehingga mampu melakukan fotosintesis sehingga tanaman dapat hidup. Berikutnya
mengamati proses terbentuknya akar pada bagian hipokotil yang mendapat
perlakuan IAA, selanjutnya menghitung jumlah dan panjang akar yang ada. Rancangan
percoban yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan
sesuai jumlah kelompok. RAL bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan dari akar dan jumlah akar pada perlakuan di tempat yang
sama yaitu tempat terang. Prosedur kerja yang terakhir adalah
menganalisis data hasil pengamatan dengan software SPSS.
Fungsi hormon
auksin bagi tumbuhan adalah merangsang pementukan akar dan mempertahankan sifat
geotropisme negative dari batang, hormon auksin dapat merangsang perkembangan
akar lateral dari serabut akar sehingga meningkatkan penyerapan air dan
mineral. Hormon auksin akan merangsang pembelahan pada sel cambium vaskuler
sehingga akan membuat pertumbuhan jaringan vaskuler sekunder. Selain itu hormon
auksin menyebabkan diferensiasi sel menjadi xilem hingga dapat meningkatkan
transpotasi mineral dan air. Hormone auksin berpengaruh pada pemanjangan sel,
pembelahan sel dan diferensiasi sel.
Lalu
hasil yang kami peroleh sesuai dengan hasil pengamatan adalah pada kelompok 1
dengan perlakuan kontrol didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,18 cm
dan dan memiliki akar sebanyak 2. Lalu untuk perlakuan menggunakan konsentrasi
1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,3 cm dan jumlah akar mencapai
adalah 1, untuk perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar
0,3 cm dan jumlah akar mencapai 13 cm. Untuk 100 ppm, didapatkan hasil yang memiliki
panjang akar 0,3 cm dan jumlah akar mencapai 13 cm. Lalu pada kelompok 2 dengan
control didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,0011 cm dan banyak akar mencapai
3 cm. Kemudian untuk perlakuan 1 ppm, didapatkan hasil yang memiliki panjang
akar 0 cm artinya tumbuhan yang ditanam telah mati. Kemudian untuk perlakuan 10
ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,04 cm dan jumlah akar mencpai
2. Kemudian dengan perlakuan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang
akar 0,0001 cm dan jumlah akar mencapai 2. Kemudian pada kelompok 3, dengan
perlakuan control didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,069 cm dan
jumlah akar mencapai 3. Kemudaian untuk perlakuan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki
panjang akar 0,01 cm dengan jumalah akan mencapai 2, pada perlakuan 10 ppm didapatkan
hasil yang memiliki panjang akar 0,018 cm dan jumlah akar mencapai 2. Untuk
perlakuan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,122 cm dengan
jumlah akar mencapai 2. Kemudaian pada kelompok 4 dengan perlakuan control didapatkan
hasil yang memiliki panjang akar 0,16 cm dengan jumlah akar mencapai 6. Untuk
perlakuan dengan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,44 cm
dengan jumlah akar mencapai 13, untuk perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki
panjang akar 0,32 cm dan jumlah akar mencapai 1. Sedangkan untuk perlakuan
dengan 100 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,1 cm dan jumlah
akar mencapai 1. Kemudian pada kelompok 5 dengan perlakuan konrol didapatkan
hasil yang memiliki panjang akar 0, sedangkan untuk jumlah akar mencapai 0
artinya tumbuhan tersebut telah mengalami mati. Pada perlakuan dengan
menggunakan 1 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,1 cm dan jumlah
akar mencapai 1. Untuk perlakuan 10 ppm dan 100 ppm tumbuhan telah mengalami kematian
sehingga panjang akar yang didapatkan adalah 0 dan begitupun dengan jumlah
akar. Kemudian pada kelompok 6, dengan perlakuan control didapatkan hasil yang memiliki
panjang akar 0,7 cm serta jumlah akar mencapai 16. Pada perlakuan 1 ppm didapatkan
hasil yang memiliki panjang akar 0,17 cm dengan jumlah akar mencapai 8.
Kemudian pada perlakuan 10 ppm didapatkan hasil yang memiliki panjang akar 0,35
cm dengan jumlah akar mencapai 12. Untuk perlakuan 100 ppm didapatkan hasil
yang memiliki panjang akar 0,11 dan jumlah akar mencapai 13.
Lalu hasil
analisis jumlah akar uji anova SPSS didapatkan ada 4 tabel. Tabel 1 (Descriptive) diketahui bahwa terdapat 4
perlakuan yaitu kontrol / 0 ppm, 1 ppm,
10 ppm, 100 ppm. Sedangkan pada tabel 2 (Test of Homogeneity of Variances), didapatkan data peluang
dari perlakuan untuk signifikasi data sebesar 0,977. Karena nilai adalah 0,977
lebih besar dari 0,05 maka keempat dari variasi jumlah akar tiap konsentrasi
IAA adalah sama atau homogen. Lalu pada tabel 3 (ANOVA) didapatkan bahwa nilai
signifikasi data sebesar 0,907. Kebalikan dari homogenitas, jika hasil yang
didapaptkan lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dinyatakan tidak homogen
lalu data yang telah kami peroleh adalah 0,907 > 0,05 maka datan dapat
dikatakan tidak signifikan. Dengan hal ini bahwa adanya perlakuan berupa
perbedaan konsentrasi larutan IAA yang telah diperikan berpengaruh secara tidak
signifikan bahkan tidak berpengauh kepada jumlah
akar tanaman kacang hijau. Jadi, perlakuan tidak berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah akar. Sedangkan pada tabel 4 (Post Hoc Tests-Homogeneous
Subsets), semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah akar.
Pembuktian bahwa jumlah rata-rata akar tumbuhan kacang hijau berpengaruh atau
tidaknya terhadap beberapa konsentrasi dari larutan IAA dapat dilihat pada
kurva profile plot dibawah ini.
Dari Kurva terlihat hasil terendah terdapat pada perlakuan
dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 1 ppm, lalu mengalami kenaikan pada
konsentrasi IAA10 ppm, Sedangkan pada konsentrasi IAA 100 ppm sangatlah tinggi
jika dibandingkan dengan konsentrasi yang lain. Dari grafik tersebut, dapat
diketahui bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Bahwa pada kondisi yang
rendah IAA mampu merangsang pemanjangan dari akar, sedangkan pada kadar yang
tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan dari akar akar, namun dengan IAA yang
tinggi mampu merangsang peningkatkan jumlah akar lateral dan adventif (Patten
dan Glick, 2002; Silva dan Davies, 2007 dalam Danapriatna.2014).
Lalu pada analisis panjang akar uji
anova SPSS, terdapat 4 tabel. Tabel 1 (Descriptive)
diketahui bahwa terdapat 4 perlakuan yaitu kontrol / 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm.
Sedangkan pada tabel 2 (Test of Homogeneity of Variances), didapatkan data peluang
dari perlakuan untuk signifikasi data sebesar 0,354. Karena nilai 0,354 lebih
besar dari 0,05 maka keempat dari variasi jumlah akar tiap konsentrasi IAA
adalah sama atau homogen Pada tabel 3 (ANOVA) diketahui nilai signifikasi data
sebesar 0,869. Nilai Anova memilioki kebalikan dari nilai homogenitas, jika
0,869 lebih besar dari 0,05 maka data yang didapatkan tidak signifikan. Dengan ini
maka bisa disimpulkan bahwasannya adanya pemberian perlakuanIAA yang berbeda
dapat berpengaruh secara tidak signifikan terhadap panjang
akar tanaman
kacang hijau. Jadi, perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
akar. Pada tabel 4 (Post Hoc Tests-Homogeneous Subsets),
semua perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah akar. Hal ini
dapat dilihat melalui profile plot.
Dapat
terlihat bahwa urutan jumlah akar terendah sampai terbanyak adalah pada
perlakuan dengan konsentrasi 100 ppm (kontrol), 1 ppm, 10 ppm dan 0 ppm. Maka
dapat diketahui bahwa hasil percobaan tidak sesuai dengan teori Bahwa pada
kondisi yang rendah IAA mampu merangsang pemanjangan dari akar, sedangkan pada
kadar yang tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan dari akar akar, namun dengan
IAA yang tinggi mampu merangsang peningkatkan jumlah akar lateral dan adventif
(Patten dan Glick, 2002; Silva dan Davies, 2007 dalam Danapriatna.2014). Maka
seharusnya, urutan jumlah akar terendah adalah pada perlakuan dengan
konsentrasi 0 ppm dan tertinggi pada 100 ppm.
Adanya pertumbuhan akar pada bagian hipokotil yang
telah dipotong dikarenakan adanya kerja dari IAA terhadap akar. Mekanisme kerja
auksin sdipengaruhi cahaya dan Auksin akan sangat aktif jika dia tidak terkena
cahaya. Hal ini menyebabkan adanya fototropisme pada tumbuhan. Fototropisme adalah
peristiwa membengkoknya batang tanaman ke arah datangnya cahaya. Hal ini
terjadi akibat dari adanya perbedaan rangsangan dari perpanjangan sel akibat dari
adanya penyebaran auksin yang tidak merata dan tidak diproduksinya auksin pada
bagian yang terkena cahaya. Lalu pada bagian yang tidak terkena cahaya makan
akan aktif memproduksi auksin sehingga terjadi penimbunan auksin disana.
Penimbunan auksin pada sisi yang tidak terkena cahaya dapat membuat pemanjangan
sel yang lebih pada sisi tersebut sehingga akan membuat batang membengkok ke
arah datangnya cahaya. Dalam mempengaruhi pemanjangan sel–sel akar tanaman
khususnya akar kerj auksin, yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran
/pelenturan dinding sel. Auksin akan memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel untuk memompa ion H+ ke dinding sel.
Lalu Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding
sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis
kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil
ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu
pertumbuhan ujung apikal dan
penghambatan pertumbuhan tunas lateral. Auksin memiliki peranan yang penting
dalam inisiasi akar pada kultur in vitro. Auksin berperan dalam memacu
pembentukan akar lateral dari kalus yang belum terdiferensiasi (Munarti, 2014).
Faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan, ada faktor dari dalam tubuh tumbuhan itu
sendiri (internal) dan ada juga faktor dari lingkungan luar (eksternal) antara
lain:
Faktor eksternal
1. Cahaya merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan. Cahaya berfungsi
sebagai sumber energi dalam fotosintesis untuk memproduksi pati, yang kemudian
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkemabangan tanaman.
2. Suhu atau temperatur, mamapu mempengaruhi proses pertumbuhan, pada
reproduksi tumbuhan
3.
Kelembaban, pada
kondisi lembab menyebabkan banyak air yang diserap oleh tumbuhan dan sedikit
yang di uapkan. Kondisi itu mampu mendukung pemanjangan sel-sel. Sehingga mampu mendukung proses pertumbuhan dengan
lebih baik
4.
Air adalah senyawa
utama yang sangat dibutuhkan tumbuhan . Air dalam tumbuhan berfungsi untuk
fotosintesis, pelarut universal, mengatifkan reaksi enzimatik, menjaga
kelembaban dan membantu perkecambahan biji. Tanpa air reaksi kimia dalam sel
tidak dapat berlangsung sehingga mengakibatkan kematian tumbuhan.
5.
Nutrisi
(makanan) merupakan bahan baku utama untuk organism dalam proses pertumbuhan dengan
adanya nutrisi dapat menunjang proses pretumbuhan pada tumbuhan menjadi lebih
baik sehingga berakitbat pada perkembangannya. Contoh Seperti karbon, oksigen, hydrogen,
nitrogen, sulfur, fosfor, kalsium,
kalium dan magnesium. Jika tumbuhan kekurangan sebagian nutrisi itu maka akan
mengalami defisien.
6. Oksigen,
pada dasarnya oksifen digunakan dalam proses respirasi berfungsi dalam reaksi
metabolism tumbuhan karena oksigen penting dalam respirasi yang menghasilkan
energy.
Faktor Internal
1.
Gen, adalah
sifat turunan yang dapat diturunkan pada krturunannya,Pembentukan protein yang
merupakan bagian dasar penyusun tumbuh-tumbuhan dikendalikan secara langsung
oleh gen.
2.
Hormon, adalah
regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada satu bagian
tumbuhan,sedangkan respons pertumbuhan terhadap hormone terjadi di bagian
tumbuhan lainnya. Misalnya: Akar,batang dan daun. Sedangkan hormon tumbuhan
(fitohormon) antara lain auksin,sitokinin,dan giberelin.
VII.Penutup
7.2 Saran
Pada
beberapa konsentrasi IAA yang telah diberikan pada percobaan ini memiliki
pengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar
tumbuhan. Bila pemberian auksin terlalu
banyak mampu menghambat pemanjangan akar namun
meningkatkan jumlah akar, sedangkan Jika
pemberian IAA sedikit maka seharusnya pertumbuhan panjang akar akan semakin
cepat dan jumlah akar sedikit. Tapi pada
percobaan ini telah terjadi kegagalan jumlah IAA yang banyak seharusnya akan menginisiasi
perpanjangan akartetapi pada percobaan ini konsentrasi IAA yang banyak malah
mendapatkan hasil yang lebih rendah.
6.1 Saran
Sebaiknya saat proses pemotongan akar, tidak
dilakukan proses pemotongan hingga tidak terdapat akar primernya, cukup dipotong
akar-akar sekundernya saja. Agar akar dapat tumbuh sehingga praktikum ini
berhasil
Daftar Pustaka
Apriliani ,Agusti,et al ,2015.Pemberian Beberapa Jenis Dan Konsentrasi Auksin Untuk Menginduksi
Perakaran Pada Stek Pucuk Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) Dalam
Upaya Perbanyakan Tanaman Revegetasi Effect
of Types And Concentration Of Auxin On Root Induction of Apical Shoots Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) In
Attempt To Propagate of Revegetation Plants.Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 4(3) – September 2015: 178-187
(ISSN : 2303-2162)
Danapriatna,Nana.2014.Faktor Yang Mempengaruhi Biosintesis Iaa Oleh
Azospirillum.Jurnal Ilmiah
Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88
Halimursyadah. dkk. 2014. Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Nanas (Annanas comusus L.Merr) Dari
Sumber Stek Berbeda Dan Konsentrasi Auksin. Jurnal
Ilmiah AgrIBA. ISSN : 2303-1158. Aceh.
Latief,Sthefany,et al,2015.Pengaruh Interval dan Pemberian Cucian Air Beras Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) varietas Vima-1.
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Munarti., et al. 2014. Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan
Stek Mikro Kentang Secara In Vitro. Jurnal
Pendidikan Biologi. Vol. 1(1): 1-8
Supartini,
Yupi.2004.Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Susanti,Winda
Ika,et al.2016.Peranan Cendawan Dan
Bakteri Rhizosfer Bambu Dalam Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Dan Fenomena Desease Suppresive Soil
LAMPIRAN
Kel
|
Foto
|
|||
1
|
Kontrol
|
1
ppm
|
10
ppm
|
100
ppm
|
|
|
|
|
|
2
|
Kontrol
|
1
ppm
|
10
ppm
|
100
ppm
|
|
|
|
|
|
3
|
Kontrol
|
1
ppm
|
10
ppm
|
100
ppm
|
|
|
|
|
|
4
|
Kontrol
|
1
ppm
|
10 ppm
|
100 ppm
|
|
|
|
|
|
5
|
Kontrol
|
1
ppm
|
10 ppm
|
100
ppm
|
|
|
|
|
|
6
|
Kontrol
|
1
ppm
|
10
ppm
|
100
ppm
|
|
|
|
|
|