Homeolisis



Pengaruh Berbagai Tingkat Konsentrasi Larutan Terhadap Toleransi Homeolisis dan Krenasi EritrositMabuya multifasciatas dan Mus musculus
Ongki Yuwentin
140210103042
Fisiologi Hewan Kelas B
Abstrak
Hewan Poikilotermik dan Homoiotermik memiliki mekanisme penjagaan suhu tubuh yang berbeda antara satu dengan lain, hewan poikiloterm umunya suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan, seturut dengan lingkungannya. Berbeda dengan hewan homoioterm yang suhu tubuh relatif konstan tidak mengikuti suhu lingkungan. Hal tersebut akan mempengaruhi keadaan darah pada hewan – hewan tertentu, umumnya eritrosit hewan Poikiloterm isotonis dengan larutan NaCl 0.7% sedangkan eritrosit hewan Homoioterm isotonis dengan larutan NaCL 0.9%. pada dasarnya fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen karena didalam eritrosit mengandung hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui batas toleransi eritrosit terhadap berbagai tingkat konsentrasi larutan.
Kata Kunci : Eritrosit, Lisis, Krenasi, Hipertonis, Hipotonis, Isotonis, Osmosis
Abstract
Poikiloterm and Homoioterm animal have a diferent mechanism to keep body temperature, generally poikilotherm animal's body temperature influence the temperature of the environment, diferent with poikiloterm homoioterm animal which is relatively constant body temperature the temperature is not influence of their environment. This will affect the state of the blood in animals, poikilotherm erythrocytes generally isotonic with a solution of NaCl 0.7% while the homoioterm animal erythrocyte isotonic with 0.9% NaCl solution. the  function of erythrocyte is to carry oxygen because in erythrocytes contain hemoglobin that able to bind oxygen. In this lab aims to determine the tolerance limit of erythrocytes to various levels of concentration of the solution.
Key Word: Erythrocytes, Lysis, Crenation, Hipertonis, Hipotonis, Isotonis, Osmosis

1.     PENDAHULUAN
Hewan poikiloterm dan homoioterm adalah dua jenis kelompok yang berbeda, hewan poikiloterm pada umumnya memiliki kisaran suhu yang tidak stabil atau konstan, suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan, sedangkan pada hewan homoioterm suhu tubuh relatif stabil atau konstan. namun pada beberapa spesies ektoterm juga mampu menstabilkan suhu tubuhnya sehingga stabil dan beberapa hewan endoterm juga memiliki vairasi suhu seperti kelelawar yang mampu memasuki tahap inaktif pada fase tertentu. Sehingga sebenarnya tidak ada kaitan yang pasti antara sumber panas dan stabilitas suhu tubuh, (Campbell. 2008:16)
Sel darah merah (eritrosit) adalah jenis sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam tubuh dan memiliki fungsi sebagai pengangkut oksigen dan diedarkan  ke jaringan – jaringan tubuh.  Didalam Sel darah merah Terdapat molekul hemoglobin, hemoglobin adalah jenis molekul yang dapat mengikat oksigen. Warna merah pada sel darah merah berasal dari warna hemoglobin yang terbuat dari unsur zat besi. Hemoglobin adalah protein utama tubuh yang teradapat dalam eritrosi yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru – paru dan diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan membawa kemabli karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru – paru untuk dikeluarkan.(Mifbakhuddin.2011:40)
Osmosis adalah proses pergerakan molekul air dari larutan dengan konsentrasi rendah menuju larutan dengan konsentrasi tinggi melalui membran semipermeable (selektif permeable). Keadaan membran sel dan kapiler permeabel terhadap air sehingga kadarnya sama. Membran semipermeable adalah membran yang hanya dapat dilewati oleh beberapa molekul tertentu seperti air, namun tidak dapat dilewati zat terlarut secara langsung seperti protein. (I Made Suma.2011:30)
Krenasi adalah sebuah keadaan dimana sel menjadi mengkerut atau mengempis dikarenakan kehilangan atau keluarnya air dari dalam sel keluar sel dalam jumlah yang banyak karena dipengaruhi keadaan lingkungan sel yang hipertonis sehingga terjadi osmosis (Suwolo. 2000:89)
Lisis adalah keadaan dimana air dari lingkungan masuk kedalam sel dalam jumlah yang berlebih, akibatnya sel menggelembung dan pecah diakibatkan membran sel tidak mampu menahan bentuk sel, pada sel darah merah (eritrosit) peristiwa lisis disebut homeolisis atau peristiwa pecahnya eritrosit yang disebabkan masuknya air kedalam sel darah merah dan mengakibatkan hemoglobin keluar dari dalam sel dan laruta dengan lingkunya. Membran plasma sel darah merah selektif permeable sehingga dapat dilewati oleh air, dan zat – zat tertentu dapat juga melewatinya namun ada juga yang tidak dapat mlewatinya. (Suwolo.2000:88)
Keadaan toleransi sel darah merah (eritrosit) terhadap tingkat berbagai kepekatan medium apakah akan mengalami lisis atau krenasi, bergantung pada keadaan lingkungan dari sel darah merah itu sendiri, apakah sel darah merah berada pada larutan hipertonis atau larutan hipotonis akan menunjukan bentuk  dapat diamati.(Dyah Ayu.2013:303)
2.     METODOLOGI
Pada praktikum ini digunakan beberapa alat dan bahan antara lain:
2.1      Alat
·       Mikroskop
·       Papan & Alat Seksio
·       Gelas Arloji
·       Pinset
·       Jarum pentul
·       Obejct & Cover glass
2.2      Bahan
·       Mabuyamultifasciatas
·       Musmusculus
·       Larutan garfis 0.7% NaCL
·       Larutan garfis 0.9% NaCL
·       Aquades
·       Larutan garam dapur dengan konsentrasi 3%, 2%,1% ,0.9% , 0.5%, 0.3%, 0.1%
·       Vaselin

2.3      Prosedur Kerja
Langkah pertama untuk melakukan praktikum kali ini adalah dengan membedah hewan yang akan diambil sampel darahnaya, sebelum dibedah mencit di dislokasi lehernya dan kadal dibius dengan klorofom. Setelah itu hewan dibedah diatas papan menggunakan alat seksio. Setelah dibedah dicari mencari organ jantung dan mencari bagian pembulu darah kapiler yang mengandung banyak darah. Setelah itu pembulu darah ditusuk dengan menggunakan jarum sehingga darah mengalir keluar, setelah darah mengalir keluar dihisap menggunakan pinset dan diletakan pada gelas arloji yang sudah diberis vaselin. Tujuan diberinya vaselin pada darah yang akan diamati adalah agar sel – sel darah merah tidak membeku, apabila terjadi pembekuan maka sel darah akan susah untuk diamati. Setelah dicapur
dengan vaselin lalu mengambil sedikit sampel darah dan diletakan diatas kaca benda dan ditetesi dengan larutan yang sudah ditentukan. Untuk darah kadal dimulai dengan mengamati sel darah pada medium yang lebih encer dari 0.7% NaCL, berturut – turut mulai dari 0.5%, 0.3%, 0.1% dan diakhiri dengan mengamati dengan mikroskop. Lalu diamati pada medium yang lebih pekat dari 0,7% NaCL yaitu 3%, 2%,1% ,0.9%. Selanjutnya Untuk darah mencit dimulai dengan mengamati sel darah pada medium yang lebih encer dari 0.9% NaCL, berturut – turut mulai dari 0.7%, 0.5%, 0.3%, 0.1% dan diakhiri dengan mengamati dengan mikroskop. Lalu diamati pada medium yang lebih pekat dari 0,9% NaCL yaitu 3%, 2%,1%. Untuk setiap pengamatan pada medium hendaknya
selalu mengganti sel darah yang baru (berbeda)


























3.     HASIL DAN PEMBAHASAN
no
bahan
Garam fisiologis NaCL
Kontrol
Aquades
0.1%
0.3%
0.5%
0.7%
0.9%
1%
2%
3%
1
Kadal
Normal

Lisis
lisis
Lisis





2
Mencit
Normal

Lisis
Gembung
Lisis





3
Kadal
Normal


Krenasi
Lisis
Lisis




4
Mencit
Normal



Sedikit
Mem
besar
Sedikit
Mem
Besar
Normal



5
Kadal
Normal




normal
Krenasi
Krenasi


6
Mencit
Normal






Krenasi
krenasi
krenasi
7
kadal
Normal
normal





krenasi
krenasi
krenasi
Dari  data hasil pengamatan didapat kelompok 1 sampel eritrosit kadal diamati eritrosit pada larutan garfis 0.1% Lisis, 0.3% eritrosit lisis dan pada 0.5% lisis. Kelompok 2 eritrosit mencit yang diamati, pada larutan garfis 0.1% Lisis, 0.3% keadaan eritrosit gembung, 0.5% keadaan eritrosit lisis. Kelompok 3 sample eritrosit kadal pada larutan garfis 0.3% eritrosit krenasi, 0.5% eritrosit  lisis, 0.7% eritrosit lisis. Kelompok 4 eritrosit mencit pada larutan garfis 0.5% eritrosit membesar, 0.7% eritrosit membesar, pada 0.9% eritrosit normal. Kelompok 5 sample eritrosit kadal. pada larutan garfis 0.7% eritrosit normas, 0.8% eritrosit krenasi, 1% eritrosit krenasi. Kelompok 6 sample eritrosit mencit, pada larutan garfis 1% eritrosit krenasi, 2% eritrosit krenasi, 3% eritrosit krenasi. Kelompok 7 sample eritrosit kadal pada larutan garfis 1%

eritrosit krenasi, 2% eritrosit krenasi, 3% eritrosit krenasi.
                Dalam praktikum kali ini digunakan contoh hewan pikiloterm dan homoioterm yang diwakili oleh kadal dan mencit. Kedua jenis hewan ini memiliki mekanisme kontrol suhu tubuh yang berbeda dalam mempertahankan suhun tubunya. Hal ini akan mempengaruhi keadaan sel tubuhnya. Sel darah merah (eritrosit) kadal isotonis terhadap larutan garfis 0.7% NaCL sedangkan mencit sel darah merah (eritrosit) isotonis terhadap 0.9% NaCL. Perbedaan keadaan isotonis ini disebabkan oleh selain pola hidup yang berbeda, secara fisiologis tubuh mencit dan kadal memiliki mekanisme penjagaan suhu tubuh yang berbeda. Menurut Campbell (2008:13) untuk mencapai suatu keadaan homeostatis makluk hidup mempertahankan lingkungan internal yang realtif konstan atau tetap, walau keadaan eksternal berubah secara signifikan. Sehingga dengan adanya perbedaan mekanisme fisiologis yang berbeda tentu akan mempengaruhi keadaan dari sel tubuh tersebut.
                Pada data hasil kelompok 1 eritrosit kadal pada larutan garfis 0.1% menglami lisis, 0.3 % eritrosit lisis, dan 0.5% eritrosit lisis. Keadaan ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwan apabila sebuah sel berada dalam lingkungan hipotonis maka air yang ada diluar sel akan masuk kedalam sel dan apabila membran sel tidak dapat menahan maka akan terjadi lisis. Disini batas toleransi homeolisis eritrosit kadal adalah 0.7% artinya larutan dengan konsentrasi dibawah 0.7% dianggap sebagai larutan hipotonis
Pada data kelompok 2 eritrosit mencit,Saat ditetesi larutan garfis 0.1% eritrosit lisis, 0.3% eritrosit gembung, 0.5% lisis. Seharusnya pada keadaan 0.3% eritrosit lisis. namun disini di hasil pengamatan sel tidak lisis namun gembung, hal ini dapat disebabkan karena jumlah air yang masuk masih dapat ditahan oleh membran sehingga tidak menyebabkan sel lisis.
                Dari data hasil kelompok 3 eritrosit kadal.pada larutan garfis 0.3% krenasi, 0.5% eritrosit lisism dan 0.7% eritrosit lisis. Dari data ini seharusnya pada konsentrasi 0.3% keadaan sel eritrosi lisis bukan mengalami krenasi, hal ini dapat disebabkan dari praktikan yang kurang teliti dalam mengamati keadaan sel eritrosit dan pada konsentrasi 0.5% eritrosit mengalami lisis hal ini sesuaidengan dasar teori, sedangkan pada konsentrasi 0.7%  mengalami lisis seharusnya pada konsentrasi ini justru sel eritrosit harusnya normal, namun disini sel mengalami lisis, hal ini dapat disebabkan kurang teliti praktikan dalam mengamati dan kesalahan dalam menetesi konsentrasi larutan garfis pada eritrosit yang akan diamati.
                Dari data kelompok 4 eritrosit mencit didapat hasil, ditetesi larutan garfis 0.5% eritrosit membesar, 0.7 sedikit membesar, dan 0.9% normal. Keadaan ini sesuai dengan dasar teori. Karena eritrosit hewan homoioterm memiliki batas toleransi pada 0.9% NaCL artinya eritrosit isotonis pada larutan ini. Sedangkan pada larutan dibawah konsentrasi 0.9% akan sel akan mengalami penambahan jumlah air dari lingkungan karena konsentrasi didalam sel lebih pekat daripada lingkungan diluar sel.
                Dari data hasil kelompok 5 sample erirosit kadal diapat hasil Setelah ditetesi larutan garfis 0.7% keadaan eritrosit normal, 0.9% eritrosit krenasi, dan 1% eritrosit krenasi. Keadaan ini sesuai dengan dasar teori bahwa apabila sel diletakan dalam lingkungan hipertonis maka sel akan mengalami kehilangan air, karena air akan berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi melalui proses osmosis, yang mengakibatkan sel menjadi mengkerut dan krenasi. batas toleransi krenasi eritrosit kadal adalah 0.7% artinya diatas konsentrasi itu dianggap larutan hipertonis (larutan konsentrasi tinggi) Sedangkan 0.7% adalah keadaan isotonis bagi eritrosit kadal yang tidak akan menyebabkan adanya perpindahan air pada selnya.
                Dari data hasil kelompok 6 sample mencit ditetesi larutan garfis 1% eritrosit krenasi, 2% eritrosit krenasi, 3% eritrosit krenasi. Hasil ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan apabila sel diletakan dalam lingkungan hipertonis maka akan mengalami krenasi,
                kelompok 7 sample eritrosit kadal didapat hasil, setelah ditetesi garam fisiologis 1% eritrosit krenasi, 2% eritrosit krenasi, 3% eritrsoit krenasi. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sel akan mengalami krenasi bila diletakan dalam keadaaan hipertonis, disini batas toleransi eritrosit kadal adalah 0.7%
                Penyebab terjadiya lisis dan krenasi yang menyebabkan kerusankan sel adalah keadaan atau jumlah air. Definisi dari lisis sendiri adalah masuknya air dari lingkungan luar sel melalui membran semipermeable oleh proses osmosis yang disebabkan karena konsentrasi didalam sel lebih tinggi dari pada konsentrasi diluar sel sehingga menyebabkan air berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi sampai keadaan setimbang.
                Krenasi adalah keadaan dimana sel mengalami kehilangan air yang disebabkan karena air didalam sel keluar dari sel menuju ke lingkungan luar sel yang disebabkan oleh proses osmosis karena adanya beda konsentrasi didalam sel dan diluar sel, konsentrasi diluar sel lebih tinggi dari pada didalamsel
                Jika dibandingakn dari data hasil pengamatan eritrosit kadal dan eritrosit mencit yang lebih toleran terhadap larutan yang lebih encer dari garam fisiologisnya adalah eritrosit kadal karena pada hasil pengamatan kelompok 2 dan 4 ada hasil yang menunjukan bahwa eritrosit kadal tidak mengalami lisis melainkan hanya menggembung dan sedikit membesar artinya keadaan itu masih bisa di toleransi oleh sel eritrosit kadal. Sedangkan sel eritrosit mencit tidak toleran terhadap larutan yang lebih pekat dari pada garam fisiologisnya hal ini dibuktikan dengan hasil pengamtan sel eritrosit mencit yang berada dilingkungan hipertonis mengalami krenasi. Namun ada 1 hasil pengamtan yang menunjukan pada keadaan larutan garfis 0.9% sel juga menglami krenasi hal dapat terjadi karena praktikan kurang teliti dalam mengamati keadaan sel dibawah mikroskop dan juga dapat disebabkan kesalahan dalam memberi larutan garfis ke object yang akan diamati.
4.     KESIMPULAN
Sel harus berada dalam keadaan setimbang dengan lingkungannya untuk menghindari terjadinya lisis atau krenasi, sel eritrosit hewan poikiloterm umumnya memiliki batas toleransi osmotik 0.7% NaCL dan hewan homoioterm umumnya memiliki batas toleransi osmotik 0.9%. apabila sel berada dibawah batas toleransi tersbut artinya ada dalam keadaan lingkungan hipotonis dapat menyebabkan lisis, Sedangkan bila sel diletakan pada keadaan lingkungan hipertonis maka sel dapat mengalami krenasi
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, et al. 2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dyah Ayu Widyastuti.2013. Profil Darah Tikus Putih Wistar Pada Kondisi Subkronis Pada Pemberian Natrium Nitrit. JSV 3. ISSN : 0126 - 0421
I Made Suma Anthara. 2011. Homeostatis Caritan Tubuh pada Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana. ISSN 2085 – 2495 vol 3 (1) :23 – 37
Mifbakhuddin. 2011. Hubungan     Antara Paparan Gas Buang              Kendaraan (Pb) Dengan Kadar        Hemoglobin dan Eritrosit                 Berdasarkan Lama Kerja Pada       Petugas Operator Wanita Spbu        di Wilayah Semarang Selatan.         Jurnal Natur Indonesia. ISSN   1410-9379.  Vol 6 (2)
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasionalp