Analisis
Pengaruh Faktor Eksternal Berupa Perendaman dan Pergerakan Terhadap Suhu Tubuh Gallus domesticus
Ongki
Yuwentin
140210103042
Fisiologi
Hewan Kelas B
Abstrak
Termoregulasi adalah suatu proses pada tubuh hewan untuk
menjaga suhu tubuh, penjagaan suhu tubuh pada hewan berbeda tergantung pada
jenis hewan tersebut, ada hewan endotermik dan ektotermik. Hewan endotermik
menghangatkan subu tubuhnya melalui proses internal secara metabolik dan hewan
ektotermik sebagian besar mendapat panas dari sumber – sumber eksternal. Dalam
percobaan kali ini untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi suhu tubuh hewan, dengan beberapa perlakuan eksternal untuk
menguji bagaimana pengaruhnya terhadap suhu tubuh hewan. Hewan yang digunakan
adalaj ayam dengan berbagai usia. Ayam diberi perlakuan eksternal sebgai faktor
luar untuk mengamati faktor tersebut apakah berpengaruh terhadap suhu tubuh
ayam. Sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah usia, jenis kelamin
yang digunakan dalam praktikum kali ini.
Kata Kunci : Ayam, Termoregulasi, Endotermik, Ektotermik
Abstract
Termoregulation is a process in the body of animals keep
the body temperature in normal condition, mechanisme to keep body temperature in animals different depending on the type of animal,
there is endothermic and ektotermik animal. Endothermic animals warmed his body through internal metabolic
processes its keep the temperature at normal condition, and ektotermic animals mostly gets heat from
the external sources. In this experiment
to determine the factors - factors that can affect an animal's body
temperature, with some external treatment to test how it would affect the
animal's body temperature. Animals used is chickens of various ages. Chickens
treated outside factors external to
observe whether these factors affect the body temperature of the chicken.
Meanwhile, internal factors that influence the age, gender used in this
experiment.
Key Word: Chiken, Termoregulation, Endotermic, Eksotermic
PENDAHULUAN
Termoregulasi adalah suatu proses internal
mekanisme penjagaan suhu tubuh pada hewan dalam kisaran yang dapat ditoleransi
oleh hewan tersebut. Termoregulasi sangat penting bagi hewan karena sebagian
besar proses metabolik dalam tubuh sangat sensitif terhadap perubahan suhu,
perubahan suhu dapat mempengaruhi kerja enzim yang dapat mempengaruhi metabolik
internal. peningkatan suhu menyebabkan kerja enzim semakin cepat namun dapat
menyebabkan beberapa protein tidak berfungsi semestinya. Setiap hewan memiliki
mekanisme termoregulasi yang berbeda yang sesuai dengan kisaran toleransi suhu
tubuhnya. Dengan adanya termoregulasi pada hewan dapat membuat sel – sel pada
tubuh hewan berada pada suhu optimal agar dapat melaksanakan fungsi dengan
optimal.(Campbell.2008)
Tubuh menanggapi respon fisiologis dari respon yang
diterima oleh tubuh, kondisis internal tubuh unggas dapat diketahui dengan cara
mengukur frekuensi pernafasan, detak jantung, dan suhu rektal, dalam tubuh
terdapat sistem pengaturan suhu yang disebut termoregulsi. Dan termoregulasi
berkaitan dengan homeostatis. Termoregulasi dilakukan oleh hewan untuk mecapai
keadaan homeostatis agar keadaan sel – sel tubuh dapat berkerja secara optimal.
(Bomy.2014)
Setiap makluk hidup memiliki suatu zona kesetimbangan
fisiologis yang disebut homeostatis. Apabila terjadi tekanan dan dapat
menyebabkan kondisi stres maka zona homeostatis dapat terganggu dan secara otomatis
tubuh berusaha mengembalikan kondisi tersebut kekondisi semula. Secara
fisiologis suhu lingkungan yang tinggi dapat mempengaruhi sintesis, dan
stabilitas serta aktivasi enzim.perubahan temperatur dapat mempengaruhi
keseimbangan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan perubahan
fisiologis.(Tamzil.2014)
Homeostatis adalah sebuah proses yang membantu menjaga
kondisi internal agar tetap dalam keadaan konstan sekalipun keadaan lingkungan
luar berubah. Dalam tubuh banyak sekali organ yang dapat memainkan proses
homeostatis contohnya kulit membantu menjaga suhu internal tubuh dalam kisaran
tetap saat kondisi lingkungan luar berubah.(Dukes.2013)
Suatu sel dapat mengalami metabolisme yang lebih tinggi
dapat menghasilkan suhu medium yang leih tinggi daripada suhu lingkungan. Suhu
tubuh hewan bergantung pada faktor yang cenderung menambah panas dan cenderung
mmengurangi panas. Panas dapat didapatkan dari termogenesis metabolik
(endtormi) atau absorbsi panas yang dari lingkungan luar tubuh (ektoterm) yang
seagian besar berasal dari radiasi matahari.(Soewolo.2000)
METODOLOGI
Dalam
uji faktor yang mempengaruhi suhu tubuh hewan, digunakan alat dan bahan sebagai
berikut.
Alat
:
Ø Termometer Alkhohol 700
Ø Timbangan
Ø Tali rafia
Ø Baskom
Bahan
Ø Ayam jantan dan betina berbagai usia
Ø Air
Langkah pertama yang dilakukan adalah
menimbang tubuh ayam dengan timbangan dan mengukur suhu awal setiap ayam yang
akan digunakan dalam praktikum. Setelah itu mengikat ayam dengan tali rafia dan
melakukan perlakuan pertama yaitu membiarkan ayam bergerak secara terus menerus
selama 15 menit dan setiap 5 menit dilakukan pengukuran suhu tubuh ayam
menggunakan termometer raksa yang dimasukan dalam kloaka dan memindah dalam
tabel setiap data hasil pengaamatan yang didapat. Dan perlakuan kedua adalah
perendaman didalam air, setelah mendapat perlakuan pertama lalu ayam direndam
didalam air selama 15 menit dan setiap 5 menit dicek suhunya dengan menggunakan
termometer raksa yang dimasukan dalam kloaka
dan memindah data hasil pengamatan dalam tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan fisik berupa gerakan
No
|
Jenis
ayam
|
Jenis
kelamin
|
Berat
badan
|
Suhu
awal
|
Suhu menit ke -
|
||
5
|
10
|
15
|
|||||
1
|
Anak
– anak
|
Jantan
|
125.95
gr
|
40.40C
|
420C
|
430C
|
430C
|
Betina
|
|||||||
2
|
Remaja
|
Jantan
|
220.2
gr
|
41.50C
|
41.80C
|
420C
|
420C
|
Betina
|
100
gr
|
400C
|
410C
|
41.50C
|
41.60C
|
||
3
|
Pemuda
|
Jantan
|
1.5
kg
|
360C
|
360C
|
38.40C
|
40.40C
|
Betina
|
1 kg
|
38.80C
|
41.90C
|
420C
|
420C
|
||
4
|
dewasa
|
Jantan
|
1.9
kg
|
41.30C
|
41.50C
|
41.40C
|
420C
|
Betina
|
2.5
kg
|
390C
|
41.80C
|
41.90C
|
42.50C
|
Perlakuan fisik berupa perendaman
No
|
Jenis
ayam
|
Jenis
kelamin
|
Berat
badan
|
Suhu
awal
|
Suhu menit ke -
|
||
5
|
10
|
15
|
|||||
1
|
Anak
– anak
|
Jantan
|
125.95
gr
|
420C
|
41.70C
|
410C
|
40.50C
|
Betina
|
|||||||
2
|
remaja
|
Jantan
|
220.2
gr
|
40.50C
|
410C
|
400C
|
39.70C
|
Betina
|
100
gr
|
400C
|
39.40C
|
38.70C
|
370C
|
||
3
|
Pemuda
|
Jantan
|
1.5
kg
|
360C
|
40.20C
|
35.20C
|
350C
|
Betina
|
1 kg
|
400C
|
37.50C
|
35.30C
|
350C
|
||
4
|
dewasa
|
Jantan
|
1.9
kg
|
41.30C
|
370C
|
34.50C
|
34.50C
|
betina
|
2.5
kg
|
390C
|
410C
|
420C
|
42.50C
|
Dalam
praktikum kali ini untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh dalam suhu
tubuh hewan, dilakukan beberapa perlakuan yaitu pergerakan ayam dan perendaman.
Perlakuan pertama pergerakan ayam dilepas bergerak selama 15 menit dan setiap 5
menit sekali diukur suhu tubuhnya, selama 5 menit ayam tidak boleh berhenti
bergerak hal ini
akan
mengakibatkan ayam mengalami stres karena tekanan bergerak dalam waktu yang
cukup lama. Dan didapat data hasil pengamatan kelompok 1 dengan objek ayam anak
– anak suhu awal 40.40C menit ke 5 420C menit ke 10 430C
menit ke15 430C, kelompok 2 dengan objek ayam remaja jantan suhu
awal 41.50C menit ke 5 41.80C menit ke 10 420C
menit ke 15 420C, kelompok 3 dengan objek ayam remaja betina suhu
awal 400C menit ke 5 41.50C menit 10 41.50C
menit ke 15 41.60C, kelompok 4 dengan objek ayam pemuda jantan suhu
awal 360C menit ke 5 360C menit ke 10 38.40C
menit ke 15 40.40C, kelompok 5 dengan objek ayam pemuda betina suhu
awal 38.80C menit ke 5 41.90C menit ke 10 420C
menit ke 15 420C, kelompok 6 dengan objek ayam dewasa jantan suhu
awal 41.30C menit ke 5 41.50C menit ke 10 41.40C
menit ke 15 420C, dan kelompok 7 dengan objek ayam dewasa betina
suhu awal 390C menit ke 5 41.80C menit ke 10 41.90C
menit ke 15 42.50C. Dapat disimpulkan dari data ini bahwa suhu ayam
semakin lama perlakuan berlangsung semakin naik pula suhu tubuh ayam hal ini
dapat disebabkan karena tubuh unggas yang terganggu karena mengalami stres
berupa panas akan secara otomatis berusaha untuk mengembalikan ke keadaan yang
homeostatis ke kondisis seperti semula. Bila stres terus berlanjut dan tubuh
tidak mampu menanganinya maka akan berlanjut menggunakan jalur genetik yaitu
dengan cara mengaktifkan gen HSP yang hanya berfungi saat tubuh dalam kondisis
stres. Dalam keadaan normal gen ini nonaktif sebaliknya ketika tubuh mengalami stres
berat, metabolisme terganggu, dan tubuh tidak dapat lagi menahan stres tersebut
maka hormon ini akan aktif dan berusaha mengatasi keadaan ini dalam jangka
waktu yang terbatas. Ayam yang stres akan membuat gen bekerja dengan semua
jaringan sel untuk merespon beban panas lingkungan diatas zona toleransi panas.
Baik dengan intraselulae dan ekstraselular. Sebagai sinyal untuk
mengordinasikan metabolisme keseluruh tubuh, aktivitas ini dimulai dari kulit
ketika suhu dianggap diatas batas toleransi maka meningkatkan mekanisme
evaporasi untuk menghilangkan panas. Itulah sebabnya dalam tubuh unggas yang
mengalami stres tingkat kepadatan gen HSP sanga padat dibandingkan ternak yang
tidak stres. dalam kondisi ini gen HSP berperan dalam mendampingi protein yang
mengalami gangguan stres seluler, bila gen HSP sudah berhasil menghilangkan
stres, maka semua fungsi tubuh dilakukan seperti semula. Sehingga mekanismenya
kerja gen ini mendorong semua aktifitas dalam jaringan sel untuk menghilangkan
stres dari rangsangan yang didapat, karena dalam percobaan ini gerakan pada
hewan menghasilkan panas dan suhu lingkungan juga menunjang tingginya suhu maka
gen tersebut mengordinasi untuk menstabilkan kembali suhu tubuh ayam dengan
memperbesar proses evaporasi untuk menghilangkan panas tubuh.
Perlakuan kedua yaitu dengan perendaman selama 15 menit
dan setiap 5 menit sekali diukur suhu tubuh ayam dan diapat hasil sebagai
berikut, kelompok 1 dengan objek ayam anak – anak suhu awal 420C
menit ke 5 41.70C menit ke 10 410C menit ke15 40.50C,
kelompok 2 dengan objek ayam remaja jantan suhu awal 410C menit ke 5
410C menit ke 10 400C menit ke 15 39.70C,
kelompok 3 dengan objek ayam remaja betina suhu awal 400C menit ke 5
39.40C menit 10 38.70C menit ke 15 370C,
kelompok 4 dengan objek ayam pemuda jantan suhu awal 360C menit ke 5
40.20C menit ke 10 35.20C menit ke 15 350C,
kelompok 5 dengan objek ayam pemuda betina suhu awal 400C menit ke 5
37.50C menit ke 10 35.30C menit ke 15 350C,
kelompok 6 dengan objek ayam dewasa jantan suhu awal 41.30C menit ke
5 370C menit ke 10 34.50C menit ke 15 34.50C,
dan kelompok 7 dengan objek ayam dewasa betina suhu awal 390C menit
ke 5 410C menit ke 10 420C menit ke 15 42.50C.
Dapat disimpulkan dari data diatas bahwa semakin lama perendaman maka suhu
tubuh ayam akan semakin turun, ayam termasuk dalam jenis hewan endoterm artinya
suhu tubuh didapat dari metabolisme didalam tubuhnya itu sendiri, sehingga
tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu ketika keadaan lingkungan
berubah maka ayam melalukan fungsi fiologis tertentu untuk menjjaga suhu
tubuhnya. Saat diamati suhu tuuhnya tubuh ayam menggigil hal ini dikarenakan
mekanisme menggigil mengakibatkan sel – sel meningkatkan laju metabbolisme nya
dengan memicu gerakan mengigil tersebut sehingga meningkatkan pembentukan ATP
dan ATP tersebut dapat mengakibatkan kenaikan suhu tubuh ayam. Dengan adanya
penurunan suhu maka akan direspon oleh sara motorik dengan cara mengaktifkan
unit – unit motorik seperti terjadinya kontraksi otot sehingga terjadi gerakan
dan menghasilkan panas yang digunakan untuk menstabilkan suhu tubuhnya, selain
itu bentuk lain dari mekanisme penjagaan lainya adalah dengan menyempitnya
pembulu darah superfisial, letaknya dipermukaan tubuh sehingga mengakibatkan
suhu dari luar tidak masuk kedalam tubuh dan menjaga tubuh tetap hangat.
Pada dasarnya suhu tubuh hewan dapat dipengaruhi beberapa
faktor antara lain
·
Kecepatan
metabolisme setiap inidividu berbeda tergantung bagaimana kondisi fisiknya hal
ini memberi dampak berupada produksi jumlah panas yang berbeda pula pada tiap
individu
·
Rangsangan
saraf parasimpatis ini biasanya diakibatkan oleh stres yang dialami hewan
tersebut, sehingga menyebabkan kecepatan metabolisme naik dan menyebabkan
peningkatan suhu
·
Aktivitas
dapat merangsang laju metabolisme yang mengakibatkan energi ternmal dapat
menignkatkan suhu tubuh
·
Jenis
kelamin umumnya jantan memiliki metabolisme yang lebih tinggi daripada betina
sehingga menyebabkan perbedaan suhu tubuh antara keduanya
·
Kerja
beberapa hormon yang dimiliki oleh hewan dapat meningkatkan laju metabolisme
sehingga produksi panas relatif konstan.
KESIMPULAN
Suhu tubuh hewan endoterm tidak terpengaruh oleh keadaan
lingkungan namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suhu hewan
tersebut, baik meningkatkan atau menurunkan suhu tubuh hewan tersebut, namun
perbedaan dengan suhu awal tidak terlalu jauh karena adanya mekanisme pertahan
suhu tubuh yang dihasilkan sebagai bentuk mengatasi stres pada hewan tersebut. faktor lain yang mempengaruhi suhu
tubuh ayam yaitu usia, jenis kelamin, dan proses metabolisme serta produksi
panas didalam tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Bomy,
Syahrio Tantalo, Siswanto. 2013. Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak
melalui minum terhadap fisiologis broiler. Departement
of animal Husbandry
Campbell,
Neil A, et al. 2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta:
Erlangga
Mohammad
Hasil Tamzil. 2014. Stres Panas pada unggas: metabolisme, akibat dan upaya
penanggulanganya. WARTOZA. 2(24)
Soewolo.
2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional