Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan
“ Pertumbuhan
Pucuk ”
Oleh :
Nama : Ongki Yuwentin
NIM :
140210103042
Kelas :
Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok : 1
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Mipa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2016
I.
Judul
Pertumbuhan
pucuk
II.
Tujuan
Untuk
mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk
tumbuhan.
III.
Tinjauan
Pustaka
Kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.) termasuk kedalam tanaman Leguminosa yang dapat
tumbuh dengan baik pada daerah tropis yang memiliki nilai gizi dan ekonomis
penting setelah tanaman kacang tanah dan kedelai. Tumbuhan ini dikenal luas disemua
daerah dan dunia dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. apabila dilihat
dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki indonesia, Indonesia
termasuk salah satu negara yang berkesempatan untuk melakukan ekspor kacang
hijau (Latief,et al,2015).
Pertumbuhan yang terjadi pada tumbuhan syarat pertama
yaitu perkecambahan yang terjadi pada biji dan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkecambahan biji adalah sustrat atau media tumbuh benih (Murniati,et al,2006). Tahap pertama dalam suatu
perkecambahan biji dimulai dengan penyerapan air oleh biji, lalu dilanjutkan
dengan respirasi, perombakan cadangan makanan, diikuti dengan aktivitas enzim
dan proses pengembangan dan pembesaran pada sel-sel di titik tumbuh. proses masuknya air ke dalam biji tergantung
pada 3 hal yaitu: komposisi kimiawi biji, permeabilitas kulit biji, dan adanya
air dalam bentuk cair ataupun uap di sekitar benih. Proses air masuk ke dalam biji
tidak ada kaitannya dengan hidup atau matinya benih. Namun jelas berhubungan
dengan sifat-sifat kimiawi dari kulit biji dan sifat tanggap benih terhadap
ketersediaan air di sekitarnya (Situmorang,et
al,2015).
Perkecambahan
adalah peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis yaitu imbibisi dan
absorbsi air, hidrasi jaringan, pengaktifan enzim serta transpor molekul yang
terhidrolisis ke sumbu embrio, peningkatan respirasi dan asimilasi, inisiasi pembelahan
dan pembesaran sel, serta munculnya embrio (Gardner et al. 1991 dalam subandi,et al,2015).
Perkecambahan merupakan
proses pertumbuhan embrio dan komponen biji lainnya yang memiliki kemampuan
untuk tumbuh secara normal untuk menjadi tanaman baru. Jaringan yang mengalami
hidrasi dapat memicu aktivasi dari hormon giberelin yang ada di dalam jaringan
sehingga jaringan tersebut akan mengeluarkan
enzim hidrolitik. Aktivasi dari hormon giberelin akan diikuti dengan aktifnya
auksin serta sitokinin. Keberadaan
auksin pada sel dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dari sel terhadap
air sehingga tekanan pada dinding sel akan menurun. Hal itu bisa menyebabkan dinding
sel melunak yang ditandai dengan pecahnya kulit dari biji sehingga air mampu
masuk ke dalam sel yang menyebabkan bertambahnya volume sel (Hopkins, 2008
dalam Mukminin, et al,2016).
Penempatan biji pada media
yang tergenang air, dapat membuat perkecambahan akan berjalan lebih cepat,
perlakuan ini dilakukan agar proses imbibisi pada kecambah berjalan cepat dan
lebih cepat terjadi sebelum biji ditanam pada media tanah. Imbibisi adalah
proses masuknya air ke dalam biji. Masuknya air ke dalam biji akan mengaktifkan
enzim giberelin didalam biji sehingga proses perkecambahan dimulai (Wardani, et al,2016)
Hormon merupakan
salah satu faktor yang dapat memacu perkecambahan pada biji. Giberelin
merupakan hormon yang sangat berperan penting dalam proses perkecambahan biji
karena mampu mendorong pembelahan sel dengan cara memacu siklus sel pada fase
sintesisnya untuk masuk ke fase pertumbuhannya. Giberelin juga dapat memacu
terbentuknya enzim hidrolase yang dapat menguraikan bahan cadangan makanan pada
biji untuk pertumbuhan kecambah (Salisbury dan Ross 1995 dalam subandi,et al,2015).
Auksin dan giberelin merupakan jenis bahan /Hormon
yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksin memiliki
manfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan
giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar (Latief,et al,2015). Auksin merupakan hormon
tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar serta pada bunga. Auksin mampu
merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin yang terdapat pada
pucuk-pucuk tunas muda dan pada jaringan meristem di pucuk, hormon ini berfungsi
sebagai pengatur pembesaran pada sel dan memicu perpanjangan dari sel pada
daerah belakang meristem ujung serta membantu proses pertumbuhan batang, (Hasibuan,2014).
Zat pengatur tumbu pada tanaman yang tergolong dalam Auksin yaitu Indole Acetic
Acid (IAA), Indole-3-butyric acid (IBA), α-Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan
2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D) (Wudianto, 1998). Jenis dan konsentrasi pada
pemberian auksin akan memberikan respon berbeda terhadap sistem perakaran
(Apriliani,2015). Giberelin adalahn hormon pertumbuhan yang terdapat tanaman
yang memiliki beberapa pengaruh pertumbuhan, antara lain giberelin, Hormon
tanaman yang sering terlibat dalam proses fisiologi dan pengaturan pertumbuhan
antara lain Pertumbuhan dan perkembangan, pemanjangan batang, terlibat dalam
pembungaan dan terlibat pada proses, perkecambahan biji (Parman,2015).
Pemajangan sel yang didapatkan dari permberian
auksin / faktor yang disebabkan oleh auksin ini dilakukan dengan cara
penambahan plastisitas dari dinding sel menjadi longgar, sehingga air bisa
masuk ke dalam dinding sel dengan cara osmosis dan sel mengalami bisa
pemanjangan. Selain jenis dari Auksin yang diberikan, pemanjangan akar juga
bergantung kepada jumah dan konsentrasi auksin yang telah diberikan. Bahwa zat pengatur tumbuh
golongan auksin pada keadaan optimum dapat membantu pemanjangan akar, sedangkan
pada kadar yang lebih tinggi dapat menghambat pemanjangan akar, namun pemberian
beberapa jenis dan konsentrasi Auksin tidak bisa memberikan pengaruh terhadap
pertambahan jumlah daun stek pucuk Bayur. (Apriliani,2015).
Selain faktor
dari kerja hormon, aktivitas sejumlah
enzim mampu enjadi faktor yang sangat penting berperan dalam perkecambahan.
Enzim akan berperan dalam perombakan cadangan makanan dan pelunakan endosperm. Endosperm
di sekitar embrio akan menjadi hambatan fisik bagi perkecambahan itu sendiri.
Sebagai tempat cadangan makanan, endosperm umumnya tersusun atas polisakarida
cadangan dinding sel (cell wall storage polysaccharides / CWPs), fruktan, dan
pati. Jenis polisakarida yang umum dijumpai pada biji legum adalah
galaktomannan (Buckeridge,et al,2002 dalam
subandi,et al,2015). Tingginya
kandungan galaktomannan pada endosperm menyebabkan endosperm bersifat kaku
sehingga sulit ditembus radikula. Pemecahan cadangan makanan yang terjadi di
endosperm terjadi karena adanya aktivitas dari enzim hidrolase yang salah
satunya yaitu endo-β-mannanase. Endo-β-mannanase akan menghidrolisis
galaktomannan (polimer) menjadi monomernya yaitu mannose dan galaktosa
(Buckeridge,et al,2002 dalam subandi,et al,2015).
Cahaya merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi perkecambahan
suatu biji. Cahaya mampu menstimulasi perkecambahan cahayajuga mampu menghentikan dormansi pada biji, cahaya adalah salah satu faktor yang menstimulasi
perkecambahan dengan nilai daya kecambah yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan perlakuan tanpa cahaya (Wardani, et
al,2016)
Proses fisiologi pada suatu tanaman tidak akan
berjalan lancar dan hal tersebut dapat mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dari
tanaman dan tinggi dari tanaman menjadi lebih rendah. Pertumbuhan tinggi
tanaman dipicu oleh aktivitas meristem apikal tumbuhan sehingga tanaman akan bisa
tinggi. Kelancaran dari aktivitas meristem apikal tersebut sangat tergantung terhadap ketersediaan
karbohidrat yang diperoleh dari hasil fotosintesis dalam menghasilkan
karbohidrat untuk proses pembelahan sel (Sulistyowati, 2011 dalam slamet, et al.2015).
Meristem apikal tunas adalah
massa yang berbentuk kubah dari sel-sel yang sedang membelah diujung tunas.
Daun berkembang dari primordia daun (leaf
primordia, tunggal primordium), penjuluran serupa jari disepanjang kedua
meristem apikal. Kuncup aksilaris berkembang dari pulau-pulau sel meristematik
yang ditinggalkan oleh meristem apikal di dasar primordia daun. Kuncup
aksilaris dapat membentuk tunas lateral pada watu selanjutnya ( Campbell dkk, 2008: 326).
Umur dari munculnya
tunas pada tumbuhan sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar yang cepat yang terjadi maka akan
mempercepat umur dari pertumbuhan tunas. Adapun mekanisme dari pertumbuhan dari
akar yaitu : auksin yang ada akan memperlambat timbulnya senyawa-senyawa dalam
dinding sel yang berhubungan dengan pembentukan kalsium pekat, sehingga
menyebabkan dinding sel tersebut menjadi lebih elastis. Akibatnya dari
pergerakan sitoplasma yang lebih leluasa untuk mendesak dinding sel ke arah
luar dan memperluas volume dari sel. Selain itu, auksin bisa menyebabkan
terjadinya pertukaran dari ion H+ dengan ion K+. Ion K+ akan masuk ke dalam
sitoplasma serta memicu penyerapan air ke dalam sitoplasma untuk selalu mempertahankan
tekanan turgor dalam sel, sehingga sel yang mengalami pembentangan. Setelah sel
mengalami pembentangan maka dinding sel tersebut
akan menjadi kaku kembali karena terjadi kegiatan metabolik berupa penyerapan
ion Ca+ dari luar sel, yang akan menyempurnakan susunan kalsium pektat dalam
dinding sel (Novitasari,2015).
Faktor yang mampu mempengaruhi persentase dari perkecambahan
yaitu kecambah yang normal. Kecambah normal itu ditentukan dari perkembangan
akar, hipokotil, dan kotiledonnya. pada kecambah normal umumnya memiliki sistem
perakaran yang baik terutama pada akar primer, perkembangan hipokotil yang baik
dan sempurna dengan daun berwarna hijau dan mampu tumbuh dengan baik serta
memiliki satu kotiledon untuk berkecambah dari monokotil dan dua dari dikotil.
Hal tersebut mampu membuktikan bahwa benih yang berkecambah dapat didominasi
oleh benih normal, pada umumnya kebutuhan dalam pertumbuhan perkecambahan biji
haruslah terpenuhi beberapa hal seperti air, oksigen, dan cahaya dipenuhi, biji
bermutu tinggi akan menghasilkan kecambah/bibit yang normal dan benih bervigor
tinggi memiliki sifat-sifat cepat tumbuh dan serempak tumbuh (slamet, et al.2015)
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
Alat
1.
Gelas Aqua
2.
Kapas
3.
Penggaris
4.
Spidol
Bahan
1. Biji
kacang hijau
2.
air
4.2
Cara Kerja
Menyiapkan
gelas aqua sebanyak 2 gelas, lalu memberi kapas yang telah dibasahi dengan
air, lalu menempatkan kacang hijau tersebut kedalam gelas yang berisi kapas
basah
|
Memilih
10 biji kacang hijau yang bagus
|
lalu
menumbuhkan biji biji kacang hijau selama 5 hari pada tempat gelap dan pada
tempat terang
|
Setalah
5 hari mengukur bagian epikotilnya dengan panjang 2mm sebanyak 10 kali,
lalu meneptakannya kembali pada tempat gelap dan tempat terang
|
setelah
dua hari kemudian diamatai lagi penambahan panjang pada titi-titik yang
telah di tandai, lalu Mengukur jarak diantara interval dan menghitung nilai
rata-rata panjang masing-masing nomor interval setelah 48 jam.
|
Mengamati
pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling
lambat.
|
V.
Hasil Pengamatan
Kel
|
Tumbuhan
|
interval
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
Terang
|
1
|
0,3
|
6,4
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2
|
0,6
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
3
|
1
|
0,9
|
0,5
|
0,5
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
4
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,5
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
5
|
0,5
|
0,8
|
0,5
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
2
Terang
|
1
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,4
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
2
|
0,7
|
0,6
|
0,5
|
0,6
|
0,4
|
0,6
|
0,4
|
0,2
|
0,4
|
0,4
|
|
3
|
0,8
|
0,1
|
0,8
|
0,7
|
0,5
|
0,4
|
0,5
|
0,4
|
0,5
|
0,3
|
|
4
|
0,5
|
0,9
|
0,8
|
0,4
|
0,7
|
0,3
|
0,5
|
0,5
|
0,6
|
0,5
|
|
5
|
0,6
|
0,7
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,6
|
0,3
|
0,3
|
0,6
|
|
3 Terang
|
1
|
2
|
1
|
1
|
0,8
|
0,7
|
0,6
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
2
|
1,6
|
1,5
|
1,3
|
1
|
0,6
|
0,5
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
3
|
2
|
1,5
|
1
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
4
|
1,7
|
1,6
|
1
|
1
|
0,8
|
0,8
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
|
5
|
2
|
2
|
1,5
|
0,4
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
4 gelap
|
1
|
0,7
|
0,8
|
1
|
0,8
|
0,6
|
0,4
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
2
|
0,7
|
0,3
|
1,2
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
3
|
0,7
|
0,8
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
4
|
0,7
|
0,8
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
5
|
0,9
|
0,6
|
0,4
|
0,5
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
5 gelap
|
1
|
1,6
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
3
|
0,7
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
4
|
0,6
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
|
5
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,5
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
|
6 gelap
|
1
|
7,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
2
|
7
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,6
|
0,6
|
|
3
|
9,2
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
|
4
|
8,7
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
|
5
|
10
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan
percobaan mengenai pertumbuhan Pucuk yang bertujuan untuk mengetahui letak
daerah morfologi mana yang terutama
terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan. bahan-bahan yang digunakan adalah biji
kacang hijau yang ditumbuhkan diatas media kapas basah. Langkah yang pertama yang
dilakukan yaitu dengan memilih 10 biji kacang hijau yang bagus lalu kemudian kami
mengisi gelas aqua dengan kapas yang telah dibasahi yang bertujuan untuk
menciptakan media yang lembab bagi tumbuhan dan juga mencitakan lingkungan yang
lembab juga bagi tumbuhan, setalah itu meletakkan biji kacang hijau tersebut
diatas media dan ditumbuhkan selama 5 hari pada tempat gelap dan juga pada
tempat terang perbedaan perlakuan tersebut bertujuan untuk melihat perbedaan
kerja dari hormon auksin terhadap pengharuh dari cahaya. selama penanaman 5
hari terus menyiram media dengan air secukupnya agar media tetap lembab dan
tumbuhan bisa terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Setelah 5
hari penanaman kemudian memberi 10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm sbanyak
10 kali yang dimulai dari pucuk tumbuhan. Selanjutnya meletakkan kembali
masing-masing tanaman pada tempat semula yaitu ditempat terang dan yang
ditempat yang terang dan pada tempat gelap yang ada digelap.. Langkah
berikutnya mengukur jarak diantara interval dan hitung nilai rata-rata panjang
masing-masing nomor interval dan langkah yang terakhir adalah mengamati pada
nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling lambat.
Dari tabel pengamatan dari semua
kelompo dikelas didpatkan data sebagai berikut yaitu pada kelompok 1 yang
ditempatkan pada tempat terang dengan hasil yaitu :
1
|
0,3
|
6,4
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2
|
0,6
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
3
|
1
|
0,9
|
0,5
|
0,5
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
4
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,5
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
5
|
0,5
|
0,8
|
0,5
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
pada kelompok 1 ini interval terpanjang didapatkan
pada pada tumbuhan nomer satu yaitu tepatnya pada interval kedua terjadi
perpanjangan mencapai 6,4 cm dari 0,2 cm. perpanjangan yang terjadi umumnya
pada interval 1 sampai 5 alasannya yaitu karena pada interval tersebut masih
ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang
dengan baik. pada kelompok 2 yang ditempatkan pada tempat terang dengan hasil
yaitu :
1
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,4
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
2
|
0,7
|
0,6
|
0,5
|
0,6
|
0,4
|
0,6
|
0,4
|
0,2
|
0,4
|
0,4
|
3
|
0,8
|
0,1
|
0,8
|
0,7
|
0,5
|
0,4
|
0,5
|
0,4
|
0,5
|
0,3
|
4
|
0,5
|
0,9
|
0,8
|
0,4
|
0,7
|
0,3
|
0,5
|
0,5
|
0,6
|
0,5
|
5
|
0,6
|
0,7
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,6
|
0,3
|
0,3
|
0,6
|
pada kelompok 2 ini interval terpanjang didapatkan
pada pada tumbuhan nomer 4 yaitu tepatnya pada interval kedua terjadi perpanjangan
mencapai 0,9 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok dua terjadi pada semua
interval titik yang ditandai alasannya yaitu karena pada interval tersebut
masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus
berkembang dengan baik.
pada kelompok 3 yang ditempatkan pada tempat terang
dengan hasil yaitu :
1
|
2
|
1
|
1
|
0,8
|
0,7
|
0,6
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
2
|
1,6
|
1,5
|
1,3
|
1
|
0,6
|
0,5
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
3
|
2
|
1,5
|
1
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
4
|
1,7
|
1,6
|
1
|
1
|
0,8
|
0,8
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
5
|
2
|
2
|
1,5
|
0,4
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
pada kelompok 3 ini interval terpanjang didapatkan
pada pada tumbuhan nomer 4 yaitu tepatnya pada interval pertama terjadi perpanjangan
mencapai 1,7 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok 3 terjadi pada interval 1sampai 8 yaitu karena pada interval
tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan
terus berkembang dengan baik. pada kelompok 4 yang ditempatkan pada tempat
gelap dengan hasil yaitu :
1
|
0,7
|
0,8
|
1
|
0,8
|
0,6
|
0,4
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
2
|
0,7
|
0,3
|
1,2
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
3
|
0,7
|
0,8
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
4
|
0,7
|
0,8
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
5
|
0,9
|
0,6
|
0,4
|
0,5
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
pada kelompok 4 ini interval terpanjang didapatkan
pada pada tumbuhan nomer 2 yaitu tepatnya pada interval kedua terjadi perpanjangan
mencapai 1,2 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok 4 terjadi pada interval 1 sampai 9 yaitu karena pada
interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu
tumbuh dan terus berkembang dengan baik. pada kelompok 5 yang ditempatkan pada
tempat gelap dengan hasil yaitu :
1
|
1,6
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
3
|
0,7
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
4
|
0,6
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
5
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,5
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
pada kelompok 5 ini interval terpanjang didapatkan
pada pada tumbuhan nomer 1 yaitu tepatnya pada interval 1 terjadi perpanjangan
mencapai 1,6 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok 5 terjadi pada interval 1 sampai 8 yaitu karena pada
interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu
tumbuh dan terus berkembang dengan baik. pada kelompok 6 yang ditempatkan pada
tempat gelap dengan hasil yaitu :
1
|
7,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
2
|
7
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,6
|
0,6
|
3
|
9,2
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
4
|
8,7
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
5
|
10
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
pada kelompok 6 ini interval terpanjang didapatkan
pada pada tumbuhan nomer 5 yaitu tepatnya pada interval 1 terjadi perpanjangan
mencapai 10 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok dua terjadi pada semua
interval titik yang ditandai alasannya yaitu karena pada interval tersebut
masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus
berkembang dengan baik.
Perpanjangan
interval terpanjang berada pada kelompok 6 dengan perlakuan tempat gelap, yang
terjadi perpanjangan interval mencapai 10 cm dari 0,2 cm, dan perpanjangan
interval paling sedikit terjadi pada kelompok 2 dengan perlakuan tempat terang,
yang terjadi perpanjangan interval mencapai 0,9 cm dari 0,2 cm. dari data yang
kami peroleh telah sesuai dengan dengan teori jika tumbuhan yang ditempatkan
pada tempat gelap akan lebih cepat dalam pertumbuhan pucuknya karena tumbuhan
tersebut mengalami etiolasi. Etiolasi
adalah proses pemanjangan sel akibat produksi auksin yang terus-menerus.
Produksi auksin dapat terhambat oleh adanya cahaya (Wardani et al., 2016).
Etiolasi disebabkan oleh adanya naungan
atau kurangnya cahaya disekitar lokasi penanaman tumbuhan, yang bisa menyebabkan
berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman, sehingga tanaman akan
mengalami perpanjangan pada batang yang signifikan. Cahaya yang tidak maksimal
masuk ke tanaman, akan membuat tanaman dengan sendirinya akan tumbuh ke arah
sumber cahaya dan terjadinya pemanjangan pada batang tanaman (etiolasi) hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh hormon tumbuhan, dimana hormon pada tumbuhan
ini berfungsi sebagai pemanjangan dan pembesaran sel (Gustanti, et al, 2014) hormon pertumbuhan yang
dimaksudkan adalah Auksin karena Auksin mampu merangsang pertumbuhan tunas-tunas
baru karena auksin terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda dan pada jaringan
meristem di pucuk, hormon ini berfungsi sebagai pengatur pembesaran pada sel
dan memicu perpanjangan dari sel pada daerah belakang meristem ujung serta membantu proses pertumbuhan batang,
(Hasibuan,2014). Jadi dapat dikatakan jika pertumbuahan Kecambah yang
ditumbuhkan pada tempat gelap akan mengalami etiolasi dan ciri fisik dan gejala
etiolasi ini adalah kecambah akan tampak pucat dan lemah karena produksi
klorofil terhambat oleh kurangnya intensitas cahaya. Sedangkan, pada kecambah
yang tumbuh pada tempat terang akan memiliki ciri fisik seperti, daun lebih
berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih pendek.
Dominasi apikal merupakan
pembentukan cabang lateral yang dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi
hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan
tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk atau apikal,
pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk
(Parman,2015). Keseimbangan hormon yang dimaksud yaitu Giberelin dan Auksin.
Karena pada kondisi tanaman yang berada dalam cahaya gelap hormon yang bekerja
tidak hanya auksin namun pemanjangan sel pada tempat gelap juga akibat dari
adanya giberelin mendukung pengembangan dinding sel. Adanya giberelin akan
mampu memacu sintesis enzim yang dapat melunakkan dinding sel, terutama enzim
proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan sebagai prekusor/pembentuk
auksin sehingga kadar auksin dalam tanaman tersebut meningkat. Secara langsung,
giberelin dapat mengaktifkan auksin yang dalam tubuh tanaman yang diperlakukan.
Auksin dan giberelin bekerja sama dalam hal tidak pemanjangan sel sehingga
kecepatan tumbuh tanaman meningkat dan daya tumbuh organ tanaman melebihi batas
normalnya. Pada pertumbuhan dominasi apikal terdapataArah tumbuh dominasi
apikal ke dominasi lateral. perbedaan arah tumbuh tersebut adalah pola
perubahan aliran auksin dari arah atas ke bawah kemudian dirubah dari atas ke
arah samping (lateral). terjadinya gangguan aliran auksin ke tunas lateral tersebut
disebabkan oleh stres mekanik akibat pelengkungan menurunkan transport auksin 2
hingga 2,5 kali. Dengan semakin berkurangnya transport auksin akibat stres
mekanik, dominansi apical menjadi semakin lemah. Hal ini memberikan kesempatan
pada tunas-tunas lateral yang semula pertumbuhannya terhambat oleh dominansi
apical untuk tumbuh lebih leluasa. Namun dengan semakin banyaknya tunas yang
tumbuh dan tidak meratanya kemampuan tunas dalam menyerap unsur hara
menyebabkan beberapa tunas menjadi dominan dan beberapa tunas lainnya menjadi
sulit bersaing dan dapat berakibat pada ukuran tunas kerdil atau kematian. pada
tumbuhan yang hidup paad tempat gelap akan memiliki batang yang panjang dan
bisa mengakibatkan perlengkungan batang, pelengkungan pada batang tersebut akan
menurunkan potensi pertukaran gas yang akan berpengaruh pada potensial air, penurunan
tansport air dan kerusakan pada xylem, karena kerusakan pada xylem. Penurunan
transport air akan berpotensi untuk menurunkan hasil dari fotosintesis,
sehingga persaingan untuk mendapatkan hasil fotosintesis ini akan menjadi lebih
ketat, pada tunas yang memiliki kemampuan menyerap hasil fotosintesis yang
rendah akan kalah bersaing dengan tunas yang lebih dominan dengan kemampuan
menyerap hasil fotosintesis lebih besar.
Ada dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal (dalam)
- Gen. Gen merupakan suatu penentu pertumbuhan dan perkembangan yang terdapat didalam sel. Gen juga befungsi sebagai pembawa kode untuk pembentukan protein, enzim dan hormon. Enzim dan hormon mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme untuk mengatur dan mengendalikan pertumbuhan.
- Hormon. Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain. dari hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan.
Faktor eksternal (luar) adalah
faktor lingkungan.
1. Suhu,
berpengaruh terhadap kerja enzim, sehingga suhu juga berpengaruh terhadap
fisiologi tumbuhan. Perubahan suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan yang meliputi
reproduksi, fotosintesis, respirasi dan transpirasi.
2. Oksigen,
oksigen mempengaruhi pertumbuhan bagian tumbuhan diatas tanah maupun
pertumbuhan akar dalam tanah. tanah yang gembur mampu menyimpan oksigen. Jika
tanah mengandung banyak oksigen pertumbuhan akar akan semakin baik.
3.
Air, berfungsi
sebagai aktivasi enzim, sebagai pelarut reaksi kimia, sebagai sarana
transportasi zat.
VII.
Penutup
7.1
Kesimpulan
Letak
daerah morfologi yang utama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan adalah pada
bagian ujung batang / daerah apikal karena pada bagian tersebut sel-selnya
masih aktif dalam mengalami pembelahan
7.2 Saran
Sebaiknya saat
proses perhitungan interval harus lebih teliti lagi agar data yang didapatkan
lebih akurat
Daftar Pustaka
Apriliani ,Agusti,et al ,2015.Pemberian Beberapa Jenis Dan Konsentrasi Auksin Untuk Menginduksi
Perakaran Pada Stek Pucuk Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) Dalam
Upaya Perbanyakan Tanaman Revegetasi Effect
of Types And Concentration Of Auxin On Root Induction of Apical Shoots Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) In
Attempt To Propagate of Revegetation Plants.Jurnal Biologi Universitas
Andalas (J. Bio. UA.) 4(3) –
September 2015: 178-187 (ISSN : 2303-2162)
Campbell, A. Neil,et al.2008.Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Gustanti,Yuwindah,et al,2014.Pemberian Mulsa Jerami Padi (Oryza sativa)
Terhadap Gulma dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max (L.)
Merr) The Effect of Rice Straw Mulch (Oryza sativa) on Weeds and Crop
Production of Soybeans (Glycine max (L.)
Merr). Jurnal
Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 3(1) – Maret 2014: 73-79
(ISSN : 2303-2162)
Hasibuan,Syafrizal.2014.Pengaruh Pupuk Bokashi Kandang Burung Puyuh Asal
Stek Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.Jurnal Penelitian Pertanian Bernas, Volume 9, No 2 :
15-18
Latief,Sthefany,et al,2015.Pengaruh Interval dan Pemberian Cucian Air Beras Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) varietas Vima-1.
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Mukminin,Lilik Hidayatul,Et Al.2016.Pengaruh Pemberian Giberelin Dan Air Kelapa Terhadap
Perkecambahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis Sp.) The Influence Of
Giberelin Addition And Coconut Water Against Germination Of Phalaenopsis
Sp. Seeds.Bioeksperimen Volume 2 No.2, (September 2016) Issn
2460-1365
Murniati,Endang, et al.2006. Pengaruh Jenis Media Perkecambahan dan Perlakuan Pra
Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
dan Hubungannya dengan Sifat Dormansi Benih The Effects of Germination
Substrate and Pre Germination Treatments on Noni Seed (Morinda
citrifolia L.) Viability and Its Relation to Seed Dormancy.Bul. Agron. (34)
(2) 119 – 123 (2006)
Novitasari,Beatrix,et al.2015. Pertumbuhan Setek Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose) dengan Pemberian Kombinasi Indole Butyric Acid
(IBA) dan Naphthalene Acetic Acid (NAA) The Growth of
Dragon Fruit Plant Cuttings with Application of Indole Butyric Acid and
Naphthalene Acetic Acid Plant Growth Regulator Combinations.Jurnal
Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.4. No.1,
Desember 2015. (564) :1735 – 1740
Parman,Sarjana.2015.Pengaruh Pemberian Giberelin Pada Pertumbuhan Rumpun
Padi Ir-64 (Oryza Sativa Var Ir-64) .Pengaruh Pemberian Giberelin
Sarjana Parman 118 – 124
Situmorang,Elfri Mentari, et al.2015.Respon Perkecambahan Benih Asam Jawa (Tamarindus
Indica) Terhadap Berbagai Konsentrasi Larutan Kalium Nitrat (Kno3) (Tamarind (Tamarindus Indica) Seed Germination Response To Pottasium
Nitrate (Kno3) In Various Concentrations).Jurnal Sylva Lestari Issn 2339-0913vol. 3 No. 1, Januari 2015 (1—8)
Slamet,kartin,et
al.2015.Pengaruh Air Kelapa Tehadap Kematangan Buah Dan Lama Perendaman
terhadap Perkecambahan Benih Kakao(Theobroma
cacao L.).
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Subandi,Ajeng Dita ,et al.2015.Aktivitas endo-β-mannanase
pada perkecambahan biji Parkia roxburghii dengan pemberian variasi
konsentrasi giberelin.Bioteknologi 12
(1): 8-15, Mei 2015, ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658, DOI:
10.13057/biotek/c120102
Wardani,Fitri Fatma,Et Al.2016.Perkecambahan Biji Dictyoneura Acuminata Blume.
Pada Cahaya Merah Dan Merah Jauh Dictyoneura Acuminata Blume. Germination On
Red And Far Red Light .J. Hort. Indonesia 7(1): 49-55. April 2016.
LAMPIRAN
Kelompok
|
Gambar
|
1
|
-
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
|
6
|
|