Pertumbuhan Pucuk




Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan
Pertumbuhan Pucuk



Oleh :
Nama               : Ongki Yuwentin
NIM                : 140210103042
Kelas               : Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok       : 1


Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Mipa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2016


       I.            Judul
Pertumbuhan pucuk
    II.            Tujuan
Untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan.
 III.            Tinjauan Pustaka

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) termasuk kedalam tanaman Leguminosa yang dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis yang memiliki nilai gizi dan ekonomis penting setelah tanaman kacang tanah dan kedelai. Tumbuhan ini dikenal luas disemua daerah dan dunia dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. apabila dilihat dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki indonesia, Indonesia termasuk salah satu negara yang berkesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Latief,et al,2015).
Pertumbuhan yang terjadi pada tumbuhan syarat pertama yaitu perkecambahan yang terjadi pada biji dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan biji adalah sustrat atau media tumbuh benih (Murniati,et al,2006). Tahap pertama dalam suatu perkecambahan biji dimulai dengan penyerapan air oleh biji, lalu dilanjutkan dengan respirasi, perombakan cadangan makanan, diikuti dengan aktivitas enzim dan proses pengembangan dan pembesaran pada sel-sel di titik tumbuh.  proses masuknya air ke dalam biji tergantung pada 3 hal yaitu: komposisi kimiawi biji, permeabilitas kulit biji, dan adanya air dalam bentuk cair ataupun uap di sekitar benih. Proses air masuk ke dalam biji tidak ada kaitannya dengan hidup atau matinya benih. Namun jelas berhubungan dengan sifat-sifat kimiawi dari kulit biji dan sifat tanggap benih terhadap ketersediaan air di sekitarnya (Situmorang,et al,2015).
Perkecambahan adalah peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis yaitu imbibisi dan absorbsi air, hidrasi jaringan, pengaktifan enzim serta transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio, peningkatan respirasi dan asimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, serta munculnya embrio (Gardner et al. 1991 dalam subandi,et al,2015).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan embrio dan komponen biji lainnya yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal untuk menjadi tanaman baru. Jaringan yang mengalami hidrasi dapat memicu aktivasi dari hormon giberelin yang ada di dalam jaringan sehingga jaringan tersebut akan  mengeluarkan enzim hidrolitik. Aktivasi dari hormon giberelin akan diikuti dengan aktifnya auksin serta  sitokinin. Keberadaan auksin pada sel dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dari sel terhadap air sehingga tekanan pada dinding sel akan menurun. Hal itu bisa menyebabkan dinding sel melunak yang ditandai dengan pecahnya kulit dari biji sehingga air mampu masuk ke dalam sel yang menyebabkan bertambahnya volume sel (Hopkins, 2008 dalam Mukminin, et al,2016).
Penempatan biji pada media yang tergenang air, dapat membuat perkecambahan akan berjalan lebih cepat, perlakuan ini dilakukan agar proses imbibisi pada kecambah berjalan cepat dan lebih cepat terjadi sebelum biji ditanam pada media tanah. Imbibisi adalah proses masuknya air ke dalam biji. Masuknya air ke dalam biji akan mengaktifkan enzim giberelin didalam biji sehingga proses perkecambahan dimulai (Wardani, et al,2016)
Hormon merupakan salah satu faktor yang dapat memacu perkecambahan pada biji. Giberelin merupakan hormon yang sangat berperan penting dalam proses perkecambahan biji karena mampu mendorong pembelahan sel dengan cara memacu siklus sel pada fase sintesisnya untuk masuk ke fase pertumbuhannya. Giberelin juga dapat memacu terbentuknya enzim hidrolase yang dapat menguraikan bahan cadangan makanan pada biji untuk pertumbuhan kecambah (Salisbury dan Ross 1995 dalam subandi,et al,2015).
Auksin dan giberelin merupakan jenis bahan /Hormon yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksin memiliki manfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar (Latief,et al,2015). Auksin merupakan hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar serta pada bunga. Auksin mampu merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin yang terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda dan pada jaringan meristem di pucuk, hormon ini berfungsi sebagai pengatur pembesaran pada sel dan memicu perpanjangan dari sel pada daerah belakang meristem ujung serta  membantu proses pertumbuhan batang, (Hasibuan,2014). Zat pengatur tumbu pada tanaman yang tergolong dalam Auksin yaitu Indole Acetic Acid (IAA), Indole-3-butyric acid (IBA), α-Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D) (Wudianto, 1998). Jenis dan konsentrasi pada pemberian auksin akan memberikan respon berbeda terhadap sistem perakaran (Apriliani,2015). Giberelin adalahn hormon pertumbuhan yang terdapat tanaman yang memiliki beberapa pengaruh pertumbuhan, antara lain giberelin, Hormon tanaman yang sering terlibat dalam proses fisiologi dan pengaturan pertumbuhan antara lain Pertumbuhan dan perkembangan, pemanjangan batang, terlibat dalam pembungaan dan terlibat pada proses, perkecambahan biji (Parman,2015).
Pemajangan sel yang didapatkan dari permberian auksin / faktor yang disebabkan oleh auksin ini dilakukan dengan cara penambahan plastisitas dari dinding sel menjadi longgar, sehingga air bisa masuk ke dalam dinding sel dengan cara osmosis dan sel mengalami bisa pemanjangan. Selain jenis dari Auksin yang diberikan, pemanjangan akar juga bergantung kepada jumah dan konsentrasi auksin yang  telah diberikan. Bahwa zat pengatur tumbuh golongan auksin pada keadaan optimum dapat membantu pemanjangan akar, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi dapat menghambat pemanjangan akar, namun pemberian beberapa jenis dan konsentrasi Auksin tidak bisa memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun stek pucuk Bayur. (Apriliani,2015).
Selain faktor dari kerja  hormon, aktivitas sejumlah enzim mampu enjadi faktor yang sangat penting berperan dalam perkecambahan. Enzim akan berperan dalam perombakan cadangan makanan dan pelunakan endosperm. Endosperm di sekitar embrio akan menjadi hambatan fisik bagi perkecambahan itu sendiri. Sebagai tempat cadangan makanan, endosperm umumnya tersusun atas polisakarida cadangan dinding sel (cell wall storage polysaccharides / CWPs), fruktan, dan pati. Jenis polisakarida yang umum dijumpai pada biji legum adalah galaktomannan (Buckeridge,et al,2002 dalam subandi,et al,2015). Tingginya kandungan galaktomannan pada endosperm menyebabkan endosperm bersifat kaku sehingga sulit ditembus radikula. Pemecahan cadangan makanan yang terjadi di endosperm terjadi karena adanya aktivitas dari enzim hidrolase yang salah satunya yaitu endo-β-mannanase. Endo-β-mannanase akan menghidrolisis galaktomannan (polimer) menjadi monomernya yaitu mannose dan galaktosa (Buckeridge,et al,2002 dalam subandi,et al,2015).
Cahaya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkecambahan suatu biji. Cahaya mampu menstimulasi perkecambahan cahayajuga mampu menghentikan dormansi pada biji, cahaya adalah salah satu faktor yang menstimulasi perkecambahan dengan nilai daya kecambah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa cahaya (Wardani, et al,2016)
Proses fisiologi pada suatu tanaman tidak akan berjalan lancar dan hal tersebut dapat mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dari tanaman dan tinggi dari tanaman menjadi lebih rendah. Pertumbuhan tinggi tanaman dipicu oleh aktivitas meristem apikal tumbuhan sehingga tanaman akan bisa tinggi. Kelancaran dari aktivitas meristem apikal tersebut  sangat tergantung terhadap ketersediaan karbohidrat yang diperoleh dari hasil fotosintesis dalam menghasilkan karbohidrat untuk proses pembelahan sel (Sulistyowati, 2011 dalam slamet, et al.2015).
Meristem apikal tunas adalah massa yang berbentuk kubah dari sel-sel yang sedang membelah diujung tunas. Daun berkembang dari primordia daun (leaf primordia, tunggal primordium), penjuluran serupa jari disepanjang kedua meristem apikal. Kuncup aksilaris berkembang dari pulau-pulau sel meristematik yang ditinggalkan oleh meristem apikal di dasar primordia daun. Kuncup aksilaris dapat membentuk tunas lateral pada watu selanjutnya ( Campbell dkk, 2008: 326).
Umur dari munculnya tunas pada tumbuhan  sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar yang cepat yang terjadi maka akan mempercepat umur dari pertumbuhan tunas. Adapun mekanisme dari pertumbuhan dari akar yaitu : auksin yang ada akan memperlambat timbulnya senyawa-senyawa dalam dinding sel yang berhubungan dengan pembentukan kalsium pekat, sehingga menyebabkan dinding sel tersebut menjadi lebih elastis. Akibatnya dari pergerakan sitoplasma yang lebih leluasa untuk mendesak dinding sel ke arah luar dan memperluas volume dari sel. Selain itu, auksin bisa menyebabkan terjadinya pertukaran dari ion H+ dengan ion K+. Ion K+ akan masuk ke dalam sitoplasma serta memicu penyerapan air ke dalam sitoplasma untuk selalu mempertahankan tekanan turgor dalam sel, sehingga sel yang mengalami pembentangan. Setelah sel mengalami pembentangan maka dinding  sel tersebut akan menjadi kaku kembali karena terjadi kegiatan metabolik berupa penyerapan ion Ca+ dari luar sel, yang akan menyempurnakan susunan kalsium pektat dalam dinding sel (Novitasari,2015).
Faktor yang mampu mempengaruhi persentase dari perkecambahan yaitu kecambah yang normal. Kecambah normal itu ditentukan dari perkembangan akar, hipokotil, dan kotiledonnya. pada kecambah normal umumnya memiliki sistem perakaran yang baik terutama pada akar primer, perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun berwarna hijau dan mampu tumbuh dengan baik serta memiliki satu kotiledon untuk berkecambah dari monokotil dan dua dari dikotil. Hal tersebut mampu membuktikan bahwa benih yang berkecambah dapat didominasi oleh benih normal, pada umumnya kebutuhan dalam pertumbuhan perkecambahan biji haruslah terpenuhi beberapa hal seperti air, oksigen, dan cahaya dipenuhi, biji bermutu tinggi akan menghasilkan kecambah/bibit yang normal dan benih bervigor tinggi memiliki sifat-sifat cepat tumbuh dan serempak tumbuh (slamet, et al.2015)

 IV.            Metode Penelitian
4.1  Alat dan Bahan
Alat
1.         Gelas Aqua
2.         Kapas
3.         Penggaris
4.         Spidol
Bahan
1.      Biji kacang hijau
2.      air
4.2 Cara Kerja

Menyiapkan gelas aqua sebanyak 2 gelas, lalu memberi kapas yang telah dibasahi dengan air, lalu menempatkan kacang hijau tersebut kedalam gelas yang berisi kapas basah

Memilih 10 biji kacang hijau yang bagus

 





lalu menumbuhkan biji biji kacang hijau selama 5 hari pada tempat gelap dan pada tempat terang

Setalah 5 hari mengukur bagian epikotilnya dengan panjang 2mm sebanyak 10 kali, lalu meneptakannya kembali pada tempat gelap dan tempat terang

setelah dua hari kemudian diamatai lagi penambahan panjang pada titi-titik yang telah di tandai, lalu Mengukur jarak diantara interval dan menghitung nilai rata-rata panjang masing-masing nomor interval setelah 48 jam.


Mengamati pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling lambat.

 


















    V.             Hasil Pengamatan

Kel
Tumbuhan
interval
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Terang
1
0,3
6,4
0,3
0,2
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
2
0,6
0,6
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
3
1
0,9
0,5
0,5
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
4
0,6
0,6
0,6
0,5
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
5
0,5
0,8
0,5
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
2
Terang
1
0,2
0,3
0,2
0,4
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
2
0,7
0,6
0,5
0,6
0,4
0,6
0,4
0,2
0,4
0,4
3
0,8
0,1
0,8
0,7
0,5
0,4
0,5
0,4
0,5
0,3
4
0,5
0,9
0,8
0,4
0,7
0,3
0,5
0,5
0,6
0,5
5
0,6
0,7
0,5
0,5
0,5
0,3
0,6
0,3
0,3
0,6
3 Terang
1
2
1
1
0,8
0,7
0,6
0,4
0,3
0,2
0,2
2
1,6
1,5
1,3
1
0,6
0,5
0,2
0,2
0,2
0,2
3
2
1,5
1
0,5
0,3
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
4
1,7
1,6
1
1
0,8
0,8
0,3
0,3
0,2
0,2
5
2
2
1,5
0,4
0,5
0,5
0,3
0,2
0,2
0,2
4 gelap
1
0,7
0,8
1
0,8
0,6
0,4
0,3
0,3
0,3
0,2
2
0,7
0,3
1,2
0,6
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
3
0,7
0,8
0,4
0,4
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
4
0,7
0,8
0,5
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
5
0,9
0,6
0,4
0,5
0,4
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
5 gelap
1
1,6
0,6
0,6
0,6
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
2
0,6
0,6
0,6
0,4
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
3
0,7
0,5
0,5
0,3
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
4
0,6
0,5
0,5
0,5
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
5
0,6
0,4
0,4
0,5
0,4
0,4
0,4
0,3
0,2
0,2
6 gelap
1
7,3
0,3
0,3
0,3
0,5
0,3
0,3
0,3
0,3
0,4
2
7
0,4
0,4
0,4
0,4
0,3
0,4
0,4
0,6
0,6
3
9,2
0,3
0,3
0,4
0,3
0,3
0,3
0,4
0,4
0,3
4
8,7
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,2
5
10
0,3
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4

 VI.            Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan mengenai pertumbuhan Pucuk yang bertujuan untuk mengetahui letak daerah  morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan. bahan-bahan yang digunakan adalah biji kacang hijau yang ditumbuhkan diatas media kapas basah. Langkah yang pertama yang dilakukan yaitu dengan memilih 10 biji kacang hijau yang bagus lalu kemudian kami mengisi gelas aqua dengan kapas yang telah dibasahi yang bertujuan untuk menciptakan media yang lembab bagi tumbuhan dan juga mencitakan lingkungan yang lembab juga bagi tumbuhan, setalah itu meletakkan biji kacang hijau tersebut diatas media dan ditumbuhkan selama 5 hari pada tempat gelap dan juga pada tempat terang perbedaan perlakuan tersebut bertujuan untuk melihat perbedaan kerja dari hormon auksin terhadap pengharuh dari cahaya. selama penanaman 5 hari terus menyiram media dengan air secukupnya agar media tetap lembab dan tumbuhan bisa terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Setelah 5 hari penanaman kemudian memberi 10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm sbanyak 10 kali yang dimulai dari pucuk tumbuhan. Selanjutnya meletakkan kembali masing-masing tanaman pada tempat semula yaitu ditempat terang dan yang ditempat yang terang dan pada tempat gelap yang ada digelap.. Langkah berikutnya mengukur jarak diantara interval dan hitung nilai rata-rata panjang masing-masing nomor interval dan langkah yang terakhir adalah mengamati pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling lambat.
Dari tabel pengamatan dari semua kelompo dikelas didpatkan data sebagai berikut yaitu pada kelompok 1 yang ditempatkan pada tempat terang dengan hasil yaitu :
1
0,3
6,4
0,3
0,2
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
2
0,6
0,6
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
3
1
0,9
0,5
0,5
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
4
0,6
0,6
0,6
0,5
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
5
0,5
0,8
0,5
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
pada kelompok 1 ini interval terpanjang didapatkan pada pada tumbuhan nomer satu yaitu tepatnya pada interval kedua terjadi perpanjangan mencapai 6,4 cm dari 0,2 cm. perpanjangan yang terjadi umumnya pada interval 1 sampai 5 alasannya yaitu karena pada interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang dengan baik. pada kelompok 2 yang ditempatkan pada tempat terang dengan hasil yaitu :
1
0,2
0,3
0,2
0,4
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
2
0,7
0,6
0,5
0,6
0,4
0,6
0,4
0,2
0,4
0,4
3
0,8
0,1
0,8
0,7
0,5
0,4
0,5
0,4
0,5
0,3
4
0,5
0,9
0,8
0,4
0,7
0,3
0,5
0,5
0,6
0,5
5
0,6
0,7
0,5
0,5
0,5
0,3
0,6
0,3
0,3
0,6
pada kelompok 2 ini interval terpanjang didapatkan pada pada tumbuhan nomer 4 yaitu tepatnya pada interval kedua terjadi perpanjangan mencapai 0,9 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok dua terjadi pada semua interval titik yang ditandai alasannya yaitu karena pada interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang dengan baik.


pada kelompok 3 yang ditempatkan pada tempat terang dengan hasil yaitu :
1
2
1
1
0,8
0,7
0,6
0,4
0,3
0,2
0,2
2
1,6
1,5
1,3
1
0,6
0,5
0,2
0,2
0,2
0,2
3
2
1,5
1
0,5
0,3
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
4
1,7
1,6
1
1
0,8
0,8
0,3
0,3
0,2
0,2
5
2
2
1,5
0,4
0,5
0,5
0,3
0,2
0,2
0,2
pada kelompok 3 ini interval terpanjang didapatkan pada pada tumbuhan nomer 4 yaitu tepatnya pada interval pertama terjadi perpanjangan mencapai 1,7 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok 3 terjadi pada  interval 1sampai 8 yaitu karena pada interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang dengan baik. pada kelompok 4 yang ditempatkan pada tempat gelap dengan hasil yaitu :
1
0,7
0,8
1
0,8
0,6
0,4
0,3
0,3
0,3
0,2
2
0,7
0,3
1,2
0,6
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
3
0,7
0,8
0,4
0,4
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
4
0,7
0,8
0,5
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
5
0,9
0,6
0,4
0,5
0,4
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
pada kelompok 4 ini interval terpanjang didapatkan pada pada tumbuhan nomer 2 yaitu tepatnya pada interval kedua terjadi perpanjangan mencapai 1,2 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok 4 terjadi pada  interval 1 sampai 9 yaitu karena pada interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang dengan baik. pada kelompok 5 yang ditempatkan pada tempat gelap dengan hasil yaitu :
1
1,6
0,6
0,6
0,6
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
2
0,6
0,6
0,6
0,4
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
3
0,7
0,5
0,5
0,3
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
4
0,6
0,5
0,5
0,5
0,4
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
5
0,6
0,4
0,4
0,5
0,4
0,4
0,4
0,3
0,2
0,2
pada kelompok 5 ini interval terpanjang didapatkan pada pada tumbuhan nomer 1 yaitu tepatnya pada interval 1 terjadi perpanjangan mencapai 1,6 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok 5 terjadi pada  interval 1 sampai 8 yaitu karena pada interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang dengan baik. pada kelompok 6 yang ditempatkan pada tempat gelap dengan hasil yaitu :
1
7,3
0,3
0,3
0,3
0,5
0,3
0,3
0,3
0,3
0,4
2
7
0,4
0,4
0,4
0,4
0,3
0,4
0,4
0,6
0,6
3
9,2
0,3
0,3
0,4
0,3
0,3
0,3
0,4
0,4
0,3
4
8,7
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,2
5
10
0,3
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
pada kelompok 6 ini interval terpanjang didapatkan pada pada tumbuhan nomer 5 yaitu tepatnya pada interval 1 terjadi perpanjangan mencapai 10 cm dari 0,2 cm. perpanjangan pada kelompok dua terjadi pada semua interval titik yang ditandai alasannya yaitu karena pada interval tersebut masih ada dalam zona jaringan meristem apikal yang mampu tumbuh dan terus berkembang dengan baik.
            Perpanjangan interval terpanjang berada pada kelompok 6 dengan perlakuan tempat gelap, yang terjadi perpanjangan interval mencapai 10 cm dari 0,2 cm, dan perpanjangan interval paling sedikit terjadi pada kelompok 2 dengan perlakuan tempat terang, yang terjadi perpanjangan interval mencapai 0,9 cm dari 0,2 cm. dari data yang kami peroleh telah sesuai dengan dengan teori jika tumbuhan yang ditempatkan pada tempat gelap akan lebih cepat dalam pertumbuhan pucuknya karena tumbuhan tersebut mengalami etiolasi. Etiolasi adalah proses pemanjangan sel akibat produksi auksin yang terus-menerus. Produksi auksin dapat terhambat oleh adanya cahaya (Wardani et al., 2016).
Etiolasi disebabkan oleh adanya naungan atau kurangnya cahaya disekitar lokasi penanaman tumbuhan, yang bisa menyebabkan berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman, sehingga tanaman akan mengalami perpanjangan pada batang yang signifikan. Cahaya yang tidak maksimal masuk ke tanaman, akan membuat tanaman dengan sendirinya akan tumbuh ke arah sumber cahaya dan terjadinya pemanjangan pada batang tanaman (etiolasi) hal ini disebabkan karena adanya pengaruh hormon tumbuhan, dimana hormon pada tumbuhan ini berfungsi sebagai pemanjangan dan pembesaran sel (Gustanti, et al, 2014) hormon pertumbuhan yang dimaksudkan adalah Auksin karena Auksin mampu merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda dan pada jaringan meristem di pucuk, hormon ini berfungsi sebagai pengatur pembesaran pada sel dan memicu perpanjangan dari sel pada daerah belakang meristem ujung serta  membantu proses pertumbuhan batang, (Hasibuan,2014). Jadi dapat dikatakan jika pertumbuahan Kecambah yang ditumbuhkan pada tempat gelap akan mengalami etiolasi dan ciri fisik dan gejala etiolasi ini adalah kecambah akan tampak pucat dan lemah karena produksi klorofil terhambat oleh kurangnya intensitas cahaya. Sedangkan, pada kecambah yang tumbuh pada tempat terang akan memiliki ciri fisik seperti, daun lebih berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih pendek.
Dominasi apikal merupakan pembentukan cabang lateral yang dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk (Parman,2015). Keseimbangan hormon yang dimaksud yaitu Giberelin dan Auksin. Karena pada kondisi tanaman yang berada dalam cahaya gelap hormon yang bekerja tidak hanya auksin namun pemanjangan sel pada tempat gelap juga akibat dari adanya giberelin mendukung pengembangan dinding sel. Adanya giberelin akan mampu memacu sintesis enzim yang dapat melunakkan dinding sel, terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan sebagai prekusor/pembentuk auksin sehingga kadar auksin dalam tanaman tersebut meningkat. Secara langsung, giberelin dapat mengaktifkan auksin yang dalam tubuh tanaman yang diperlakukan. Auksin dan giberelin bekerja sama dalam hal tidak pemanjangan sel sehingga kecepatan tumbuh tanaman meningkat dan daya tumbuh organ tanaman melebihi batas normalnya. Pada pertumbuhan dominasi apikal terdapataArah tumbuh dominasi apikal ke dominasi lateral. perbedaan arah tumbuh tersebut adalah pola perubahan aliran auksin dari arah atas ke bawah kemudian dirubah dari atas ke arah samping (lateral). terjadinya gangguan aliran auksin ke tunas lateral tersebut disebabkan oleh stres mekanik akibat pelengkungan menurunkan transport auksin 2 hingga 2,5 kali. Dengan semakin berkurangnya transport auksin akibat stres mekanik, dominansi apical menjadi semakin lemah. Hal ini memberikan kesempatan pada tunas-tunas lateral yang semula pertumbuhannya terhambat oleh dominansi apical untuk tumbuh lebih leluasa. Namun dengan semakin banyaknya tunas yang tumbuh dan tidak meratanya kemampuan tunas dalam menyerap unsur hara menyebabkan beberapa tunas menjadi dominan dan beberapa tunas lainnya menjadi sulit bersaing dan dapat berakibat pada ukuran tunas kerdil atau kematian. pada tumbuhan yang hidup paad tempat gelap akan memiliki batang yang panjang dan bisa mengakibatkan perlengkungan batang,  pelengkungan pada batang tersebut akan menurunkan potensi pertukaran gas yang akan berpengaruh pada potensial air, penurunan tansport air dan kerusakan pada xylem, karena kerusakan pada xylem. Penurunan transport air akan berpotensi untuk menurunkan hasil dari fotosintesis, sehingga persaingan untuk mendapatkan hasil fotosintesis ini akan menjadi lebih ketat, pada tunas yang memiliki kemampuan menyerap hasil fotosintesis yang rendah akan kalah bersaing dengan tunas yang lebih dominan dengan kemampuan menyerap hasil fotosintesis lebih besar.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal (dalam)
  1. Gen. Gen merupakan suatu penentu pertumbuhan dan perkembangan yang terdapat didalam sel. Gen juga befungsi sebagai pembawa kode untuk pembentukan protein, enzim dan hormon. Enzim dan hormon mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme untuk mengatur dan mengendalikan pertumbuhan.
  2. Hormon. Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain. dari hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan.
Faktor eksternal (luar) adalah faktor lingkungan.
1.      Suhu, berpengaruh terhadap kerja enzim, sehingga suhu juga berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan. Perubahan suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan yang meliputi reproduksi, fotosintesis, respirasi dan transpirasi.
2.      Oksigen, oksigen mempengaruhi pertumbuhan bagian tumbuhan diatas tanah maupun pertumbuhan akar dalam tanah. tanah yang gembur mampu menyimpan oksigen. Jika tanah mengandung banyak oksigen pertumbuhan akar akan semakin baik.
3.       Air, berfungsi sebagai aktivasi enzim, sebagai pelarut reaksi kimia, sebagai sarana transportasi zat.

VII.            Penutup
7.1  Kesimpulan
Letak daerah morfologi yang utama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan adalah pada bagian ujung batang / daerah apikal karena pada bagian tersebut sel-selnya masih aktif dalam mengalami pembelahan
7.2 Saran
Sebaiknya saat proses perhitungan interval harus lebih teliti lagi agar data yang didapatkan lebih akurat













Daftar Pustaka


Apriliani ,Agusti,et al ,2015.Pemberian Beberapa Jenis Dan Konsentrasi Auksin Untuk Menginduksi Perakaran Pada Stek Pucuk Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) Dalam Upaya Perbanyakan Tanaman Revegetasi Effect of Types And Concentration Of Auxin On Root Induction of Apical Shoots Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) In Attempt To Propagate of Revegetation Plants.Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 4(3) – September 2015: 178-187 (ISSN : 2303-2162)
Campbell, A. Neil,et al.2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Gustanti,Yuwindah,et al,2014.Pemberian Mulsa Jerami Padi (Oryza sativa) Terhadap Gulma dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max (L.) Merr) The Effect of Rice Straw Mulch (Oryza sativa) on Weeds and Crop Production of Soybeans (Glycine max (L.) Merr). Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 3(1) – Maret 2014: 73-79 (ISSN : 2303-2162)
Hasibuan,Syafrizal.2014.Pengaruh Pupuk Bokashi Kandang Burung Puyuh Asal Stek Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.Jurnal Penelitian Pertanian Bernas, Volume 9, No 2 : 15-18
Latief,Sthefany,et al,2015.Pengaruh Interval dan Pemberian Cucian Air Beras Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) varietas Vima-1. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Mukminin,Lilik Hidayatul,Et Al.2016.Pengaruh Pemberian Giberelin Dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis Sp.) The Influence Of Giberelin Addition And Coconut Water Against Germination Of Phalaenopsis Sp. Seeds.Bioeksperimen Volume 2 No.2, (September 2016) Issn 2460-1365
Murniati,Endang, et al.2006. Pengaruh Jenis Media Perkecambahan dan Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Hubungannya dengan Sifat Dormansi Benih The Effects of Germination Substrate and Pre Germination Treatments on Noni Seed (Morinda citrifolia L.) Viability and Its Relation to Seed Dormancy.Bul. Agron. (34) (2) 119 – 123 (2006)



Novitasari,Beatrix,et al.2015. Pertumbuhan Setek Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose) dengan Pemberian Kombinasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Naphthalene Acetic Acid (NAA) The Growth of Dragon Fruit Plant Cuttings with Application of Indole Butyric Acid and Naphthalene Acetic Acid Plant Growth Regulator Combinations.Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.4. No.1, Desember 2015. (564) :1735 – 1740
Parman,Sarjana.2015.Pengaruh Pemberian Giberelin Pada Pertumbuhan Rumpun Padi Ir-64 (Oryza Sativa Var Ir-64) .Pengaruh Pemberian Giberelin Sarjana Parman 118 – 124
Situmorang,Elfri Mentari, et al.2015.Respon Perkecambahan Benih Asam Jawa (Tamarindus Indica) Terhadap Berbagai Konsentrasi Larutan Kalium Nitrat (Kno3) (Tamarind (Tamarindus Indica) Seed Germination Response To Pottasium Nitrate (Kno3) In Various Concentrations).Jurnal Sylva Lestari Issn 2339-0913vol. 3 No. 1, Januari 2015 (1—8)
Slamet,kartin,et al.2015.Pengaruh Air Kelapa Tehadap Kematangan Buah Dan Lama Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kakao(Theobroma cacao L.). Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Subandi,Ajeng Dita ,et al.2015.Aktivitas endo-β-mannanase pada perkecambahan biji Parkia roxburghii dengan pemberian variasi konsentrasi giberelin.Bioteknologi 12 (1): 8-15, Mei 2015, ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658, DOI: 10.13057/biotek/c120102
Wardani,Fitri Fatma,Et Al.2016.Perkecambahan Biji Dictyoneura Acuminata Blume. Pada Cahaya Merah Dan Merah Jauh Dictyoneura Acuminata Blume. Germination On Red And Far Red Light .J. Hort. Indonesia 7(1): 49-55. April 2016.













LAMPIRAN

Kelompok
Gambar
1
-
2
3
4
5
6









Related Posts