LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
FOTOSINTESIS
“Pengaruh
Konsentrasi CO2 dalam Proses Fotosintesis”
Oleh
:
Nama : Ongki Yuwentin
NIM :
140210103042
Kelas :
Fisiologi Tumbuhan B
Kelompo :
1
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Mipa
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Jember
2016
I.
Judul
Pengaruh
Konsentrasi CO2 dalam Proses Fotosintesis
II.
Tujuan
Untuk mengetahui
Pengaruh Konsentrasi CO2 dalam Proses Fotosintesis
III.
Tinjauan
Pustaka
Semua tumbuhan merupakan autotrof, tumbuhan memerlukan nutrien berupa air dan
mineral dari tanah serta karbondioksida dari udara. Secara spesifik, tumbuhan merupakan fotoautotrof,
organisme yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk mensintesis
zat-zat organik (Campbell dkk, 2008:200).
Seluruh bagian tumbuhan berwarna hijau, termasuk batang hijau dan buah yang belum matang, memiliki
kloroplas, namun daun merupakan tempat utama fotosintesis pada sebagian besar
tumbuhan ada sekitar setengah juta kloroplas per milimeter persegi permukaan
daun. Warna daun berasal dari klorofil permukaan daun. Warna daun berasal dari klorofil (chlorophyll), pigmen
hijau yang terletak di dalam kloroplas. Energi cahaya yang diabsorbsi (diserap)
oleh klorofil menggerakkan sintesis molekul organik dalam kloroplas. Kloroplas
terutama ditemukan dalam sel mesofil
(mesophyll),
jaringa di interior daun. Karbondioksida memasuki daun, dan oksigen keluar,
melalui pori-pori mikroskopik yang disebut stomata
(tunggal stoma ; dari kata yunani
yang berarti ‘mulut’). Air yang diserap oleh akar diangkut ke daun melalui
pembuluh. Daun juga menggunakan pembuluh untuk mengekspor gula ke akar dan
bagian-bagian nonfotosintetik lainnya dari tumbuhan (Campbell dkk, 2008:201-202).
Fotosintesis ialah
proses metabolisme yang terjadi pada suatu organisme photoautotrof, yang mamap mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia dalam bentuk karbohidrat (Arifin,2015). Fotosintesis ialah proses
dari fotokimia dimana terjadi konversi energi dari energi cahaya akan menjadi
energi kimia yang akan disimpan dalam bentuk glukosa. Proses fotosintesis ini berlangsung
pada kloroplas yang memiliki klorofil. Klorofil adalah pigmen yang terdapat
pada tanaman yang dapat menyerap cahaya yang akan dipergunakan dalam proses
fotosintesis. Karakteristik dari klorofil sangat erat hubungannya dengan laju
dari proses fotosintesis sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produksivitas dari tanaman tersebut (Li et
al, 2006 dalam matana,et al.2014).
Cahaya
matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6
+ 6 O2
Pigmen fotosintesis
Berdasarkan
dari proses fotosintesis, CO2 serta H2O
merupakan substrat yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan
cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (berupa klorofil dan pigemen-pigmen
lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen. Atom O ini
berasal dari CO2 dan H berasal dari H2O (Ai,2012:28).
Proses fotosintesis terbagi
menjadi dua bagian utama yaitu
utama reaksi terang (memerlukan cahaya) dan reaksi
gelap (tidak memerlukan cahaya).
1)
Reaksi terang
Reaksi terang adalah
proses untuk menghasilkan ATP dan mereduksi NADPH2. Reaksi ini membutuhkan
molekul air. Proses ini berawal dari penangkapan foton.
2)
Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang yang
didapat pada proses fotosintesis akan memberi dampak pada berbagai proses
biokimia. Reaksi gelap ini biasa disebut dengan siklus Calvin yang dapat
mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa. Reaksi ini disebut
juga dengan reaksi gelap karena prosesnya tidak bergantung pada adanya cahaya
(Kimball, 2002).
Natrium bikarbonat
(Soda kue) adalah serbuk bebentuk kristal yang memiliki warna putih serta
berasa asin sifatnya mudah larut air, dan tidak higroskopis. Natrium bikarbonat
dapat dengan cepat menyerap air di lingkungannya dan akan menyebabkan
dekomposisi dan hilangnya karbondioksida. Natrium bikarbonat adalah sumber
utama dari karbondioksida dalam sistem effervescent. Senyawa ini akan
larut dengan sempurna dalam air, tidak higroskopis, tidak mahal, banyak
tersedia di pasaran. Natrium bikarbonat merupakan alkali natrium yang memiliki
sifat yang paling lemah, mempunyai pH 8,5 dalam larutan air dalam konsentrasi
0,85%. Zat ini dapat menghasilkan karbondioksida sebanyak 52%. Reaksi
natrium bikarbonat sebagai berikut:
2NaHCO3 + 2H2O →
Na2CO3 + CO2 + H2O
Proses reaksi kimia ini adalah penguraian dari soda kue ketika bereaksi
dengan air (H2O). Produk yang dihasilkan adalah CO2 yang
merupakan salah satu bahan utama dari proses fotosintesis
(simanjuntak,2014).
Kandungan bahan kimi yang ada pada sabun cuci piring
sunlights.
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) adalah
suatu zat aktif dengan tegangan permukaan antarmuka
(interfacial tension, IFT) yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (suka lemak). Bahan ini
memiliki fungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan (Handayati, 2015).
Secara
garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
1) Anionik:
-
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-
Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
2) Kationik
: Garam Ammonium
3) Non
ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
4) Amphoterik
: Acyl Ethylenediamines
2.
Builder
Builder (pembentuk) merypakan zat adiktif yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab dari kesadahan air Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium.. Zat yang termasuk builders adalah golongan ammonium kuartener (alkyldimethylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS),sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS) (Padmaningrum,2014).
Builder (pembentuk) merypakan zat adiktif yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab dari kesadahan air Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium.. Zat yang termasuk builders adalah golongan ammonium kuartener (alkyldimethylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS),sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS) (Padmaningrum,2014).
3.
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Filler memiliki Fungsi sebagai bahan pengisi rongga-rongga antar agregat (kasar) yang diharapkan dapat meningkatkan kerapatan dan memperkecil permeabilitas dari suatu campurancampuran. Disamping ukurannya yang bersifat halus, bahan filler harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti bersifat sementasi jika terkena air dan memiliki daya rekat yang tinggi dengan agregat lainnya (Mutohar, Y., 2002 dalam ndaru, et al,2015).
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Filler memiliki Fungsi sebagai bahan pengisi rongga-rongga antar agregat (kasar) yang diharapkan dapat meningkatkan kerapatan dan memperkecil permeabilitas dari suatu campurancampuran. Disamping ukurannya yang bersifat halus, bahan filler harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti bersifat sementasi jika terkena air dan memiliki daya rekat yang tinggi dengan agregat lainnya (Mutohar, Y., 2002 dalam ndaru, et al,2015).
4.
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
IV.
Metodologi Penelitian
4.1
Alat dan
Bahan
4.1.2 Alat
1)
Beaker glass
2)
Timbangan
3)
Pengaduk
4)
sedotan
5)
Syringe
6)
Gelas ukur
4.1.2 Bahan :
1)
Daun bougenville
2)
Soda kue
3)
Aquades
4)
Cairan pencuci piring
4.1 Cara kerja
Menimbang soda kue dengan 1 gram, 2
gram dan 3 gram. Lalu memasukkan masing-masing kedalam beaker glass lalu
mengaduknya hingga larut. Lalu memberi tanda untuk masing-masing
konsentrasi
|
Mengisi
3 buah beaker glass masing-masing dengan 210 ml air lalu menambahkan satu tetes
cairan pembersih piring. Mengaduk hingga tercampur rata tetapi jangan
sampai terbentuk busa
|
Membuat 10 piringandun bougenfil
penggunakan sedotan,menghindari bagian dari tulang daun. Lalu memilih
piringan yang rata pada sisinya dan tidk rusak
|
Memisahkan
siringe dari piston, lalu memasukkan 10 piringan daun kedalam silinder
syiringe, memasukkan lagi piston dan menekan hati-hati hingga menyisahkan
sedikit ruang (±)10% untuk daun dan udara.
|
Memasukkan
sedikit larutan soda kue kedalam syiringe, mengetuk-ngetuk secara perlahan
|
Menutup
ujung syiringe dengan ujung jari, menarik piston keluar untuk menciptakan
ruang vakum. Menahan selama 10 detik sambil dgoyang-goyang. Perlahan
melepaskan ujung jari dan mengamati piringan daun yang mulai tenggelam.
|
Memasukkan
piringan yang tenggelam kedalam gelas plastik, menambahkan larutan soda kue
hingga ketinggian ±3 cm. Meletakkan dibawah sinar matahari langsung.
|
Menghitung
jumlah piringan daun naik ke permukaan setelah 30 menit penyinaran
|
V.
Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Kelompok
|
Jumlah
piringan yang naik
|
Waktu
|
1 gr
|
1
|
9
|
9’ 26”
|
6
|
4
|
30’
|
|
2 gr
|
3
|
10
|
7’ 24”
|
5
|
10
|
3’ 39”
|
|
3 gr
|
3
|
10
|
13’ 58”
|
4
|
10
|
5’ 3”
|
VI.
Pembahasan
Praktikum kali ini kami
melakukan percobaan mengetahui pengaruh
konsentrasi CO2 dalam proses fotosintesis, percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi CO2 dalam proses fotosintesis. Bahan yang
digunakan adalah daun dari bunga kertas (Bougenvillea
spectabilis), prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut: langkah ke-1 adalah mengisi 6
buah beaker glass masing-masing dengan 300 ml air lalu menambahkan 1 tetes
cairan pembersih piring (Sunlight). Mengaduk campuran itu hingga tercampur rata
tapi yang perlu diingat bahwa pengadukan campuran itu jangan sampai terbentuk
busa hal itu di fungsikan untuk menghindari pengaruh busa yang dihasilkan
terhadap kandungan soda kue dan membatasi kerja dari soda kua dan sunligts,
lalu langkah yang ke-2 Menimbang soda kue dengan berat 1 gram, 2 gram dan 3
gram masing-masing berat soda kue dilakukan oleh 2 kelompok yaitu 1 gram soda
kue untuk kelompok 1 dan 6, 2 gram soda kue untuk kelompok 2 dan 5 dan 3 gram
soda kue untuk kelompok 3 dan 4. Fungsi dari pemberian
soda kue dengan konsentrasi yang berbeda adalah untuk mengetahui pengaruh dari
soda kue terhadap proses fotosintesis adalah karena soda kue atau baking soda
yaitu natrium bikarbonat memiliki gugus CO3, gugus
CO3 ini
berperan sebagai penyumbang CO2
terlarut dalam air. Konsentrasi soda kue yang berbeda menandakan
pengaruh konsentrasi CO2 dalam proses fotosintesis. Lalu memasukkan soda kue yang telah ditimbang
kedalam ke dalam beaker glass yang berisi larutan air dan Sunlight lalu
mengaduknya hingga larut. Pemberian cairan pencuci piring
(sunlight) memiliki tujuan untuk merusak lapisan kutikula pada permukaan daun. Setelah itu
memberi tanda untuk masing-masing konsentrasi. Langkah yang ke-3 membuat 10
piringan daun tiap kelompok dengan menggunakan sedotan plastik, menghindari
bagian tulang daun. Hal tersebut dilakukan agar tidak mempegaruhi percobaan
proses fotosintesis, karena jika tulang daun ikut diplong maka luas permukaan
daun yang mengalami proses fotosintesis akan semakin sempit, karena pada tulang
daun kurang memiliki stomata todak seperti pada lembaran daun maka dari itu . Setelah
itu memilih piringan yang mempunyai pinggiran rata dan tidak rusa. Lalu langkah
yang ke-4 memisahkan syringe dari piston lalu memasukkan
piringan daun ke dalam silinder syringe, piringan daun yang dimasukkan kedalam
silinder syiringe sebanyak 10 buah piringan, memasukkan lagi piston dan tekan
hati-hati hingga hanya menyisakan
sedikit ruang (±10%) untuk daun dan udara. Fungsi dari pemberian ruang
vakum atau ruang hampa udara pada piston adalah untuk menghilangkan oksigen
yang terkandung dalam daun bunga kertas yang telah digunakan dalam percobaan
ini. Selanjutnya langkah yang ke-5 adalah memasukkan sedikit larutan soda kue
ke dalam syringe, mengetuk-ngetuk perlahan. Langkah yang ke-6 adalah menutup ujung
syringe dengan ujung jari lalu menarik piston keluar untuk menciptakan ruang
vakum. Menahan selama ±10 detik sambil digoyang-goyang. Perlahan lepaskan ujung
jari dan mengamati piringan daun yang mulai tenggelam. Prosedur ini dapat
diulangi jika belum didapatkan hasil yang diiginkan. Yang terakhir adalah memasukkan
isi silinder syringe ke dalam gelas plastik, menambahkan larutan soda kue
hingga ketinggian ±3 c. Lalu meletakkan dibawah dibawah sinar matahari
langsung. Setelah itu mengamati jumlah piringan daun yang naik ke permukaan
setelah dilakukan penyinaran. Piringan naik ke permukaan saat di bawah sinar
matahari terjadi karena adanya suatu reaksi kimia antara CO2 dengan
piringan daun serta cahaya matahari yang terjadi dalam larutan campuran
sunlight, soda kue dan air.
Lalu
hasil pengamatan yang kami eroleh pada praktikum kali ini yaitu pada kelompok 1
dan 6 dengan perlakuan 1 gram konsentrasi soda kue mendapatkan hasil, kelompok
1 adalam jumlah piringan yang naik adalah 9 buah piringan dari 9 buah piringan
yang di beri perlakuan di bawa sinar matahari dengan lama waktu yaitu 9 menit
26 detik. Kelompok 6 adalam jumlah piringan yang naik adalah 4 buah piringan
dari 10 buah piringan yang di beri perlakuan di bawa sinar matahari dengan lama
waktu yaitu 30 menit. Terdapat perbedaan
yang sangat signifikan dari hasil dari kedua kelompok yang melkukan dengan
perlakuan yang sama. Seharusnya hasil yang didapatkan tidaklah memiliki
perbedaan yang jauh karena persamaa dalam perlakuannya, mungkin hal ini
diakibatkan oleh keslahan dari praktikan dalam melakukan penarian udara dalam
syiringe. pada kelompok 2 dan 5 dengan perlakuan 2 gram konsentrasi soda kue
mendapatkan hasil, kelompok 2 adalam jumlah piringan yang naik adalah 10 buah
piringan dari 10 buah piringan yang di beri perlakuan di bawa sinar matahari
dengan lama waktu yaitu 7 menit 24 detik. Kelompok 5 adalam jumlah piringan
yang naik adalah 10 buah piringan dari 10 buah piringan yang di beri perlakuan
di bawa sinar matahari dengan lama waktu yaitu 3 menit 39 detik. Terdapat perbedaan pada hasil
yang diperoleh tetapi perbedaan itu tidaklah
signifikan. pada kelompok 3 dan 4 dengan perlakuan 1 gram konsentrasi
soda kue mendapatkan hasil, kelompok 3 adalam jumlah piringan yang naik adalah
10 buah piringan dari 10 buah piringan yang di beri perlakuan di bawa sinar matahari
dengan lama waktu yaitu 13 menit 58 detik. Kelompok 4 adalam jumlah piringan
yang naik adalah 10 buah piringan dari 10 buah piringan yang di beri perlakuan
di bawa sinar matahari dengan lama waktu yaitu 5 menit 3 detik. Terdapat perbedaan yang sangat
signifikan dari hasil dari kedua kelompok yang melakukan dengan perlakuan yang
sama. Seharusnya hasil yang didapatkan tidaklah memiliki perbedaan yang jauh
karena persamaa dalam perlakuannya, mungkin hal ini diakibatkan oleh keslahan
dari praktikan dalam melakukan penarikan udara dalam syiringe. Dari data dari
masing-masing kelompok dengan perlakuan konsentrasi soda kue yang berbeda
banyak terdapat kesalahan seharusnya konsentrasi soda kue yang paling tinggi
akan membuat laju dari terangkatnya piringan saat diletakkan dibawa sinar
matahari paling cepat, jika dibandingkan dengan konsentrasi yang berada
dibawahnya. Contohnta saja pada perlakuan dengan konsentrasi 2 gram soda kue
dengan 3 gram harusnya kelompok dengan konsentrasi 3 gram akan cepat reaksinya
dibandingkan dengan 2 gram pada kelopmpok 3 dan 5, Kelompok 5 dengan
konsentrasi 2 gram mendapatkan hasil yaitu
jumlah piringan yang naik adalah 10 buah piringan dari 10 buah piringan
yang di beri perlakuan di bawa sinar matahari dengan lama waktu yaitu 3 menit 39 detik sedangkan pada kelompok 3 dengan
konsentrasi 3 grama mendapatkan hasil yaitu jumlah piringan yang naik adalah 10
buah piringan dari 10 buah piringan yang di beri perlakuan di bawa sinar
matahari dengan lama waktu yaitu 13 menit 58 detik. Seharusnya kelompok tiga
akan mendapatkan waktu yang lebih cepat jika dibandingakn dengan kelompok 5.
Karena natrium
bikarbonat dapat dengan cepat menyerap air di lingkungannya dan akan
menyebabkan dekomposisi dan hilangnya karbondioksida. Natrium bikarbonat adalah
sumber utama dari karbondioksida (simanjuntak,2014). Disitulah alasan mengapa
konsentrasi soda kue paling banyak akan memberikan jumlah dari karbondioksida
dalam percobaan akan semakin banyak dan menyebabkan laju terangkatnya piringan
daun akan lebih banyak. Seharusnya
dengan konsentrasi soda kue yang tinggi akan membuat piringan daun yang
terangkat akan semakin cepat. Kesalahan percobaan disebabkan oleh banyak factor sehinggan pada
konsentrasi tersebut daun tidak naik maksimal pada permukaan.
Lalu perbedaan
waktu yang didapatkan untuk menaikkan 10 piringan daun pada hasil pengamatan
dapat terjadi karena berat tumbuhan yang dibutuhkan dalam praktikum berbeda,
semakin berat suatu tumbuhan
maka untuk naik kepermukaan semakin lambat sedangkan jika tumbuhan tersebut
ringan maka semakin cepat naik dipermukaan. Hal tersebut juga dapat terjadi
karena daun yang digunakan tidak sama bisa saja daun yang digunakan merupakan
daun yang muda atau tua. Telah kita ketahui bahwa daun yang lebih muda biasanya
ringan sehingga untuk naik kepermukaan cepat, sedangkan untuk daun yang lebih
tua semakin lambat karna memilki bobot yang lebih berat dari daun muda.
Perbedaan itu juga dapat disebabkan intensitas cahaya yang masuk dalam beaker
glass tidak sama sehingga dapat memperlambat proses fotosintesis. Lalu faktor
lain yang dapat mempengaruhi hasil yang kami dapatkan adalah perbedaan
intensitas cahaya yang didapatkan oleh masi-masing kelompok. Pada kelompok 6
hasilnya lebih lama dan piringan yang terangkat juga Cuma 4 piringan daro 10
piringan yang dipakai dan apabila dibandingkan dengan kelompok satu yang
memiliki waktu lebih singkat dan piringan terangkat smua, karena pada saat
kelopok satu memberiak perlakuan percobaan dibawah sinar matahari, matahari
cenderung redup karena adanya mendung
Soda
kue adalah bikarbonat soda yang bersifat basa. Soda kue ini akan mengeluarkan
gelembung-gelembung udara jika ditambahkan dengan cairan yang bersifat asam.
Pada tumbuhan, soda kue dapat mempercepat laju reaksi fotosintesis. Dapat
dilihat pada reaksi dibawah ini: Reaksi Soda Kue:
CO32- + H2O
OH- + CO2 + H2O
Reaksi diatas tersebut merupakan penguraian dari soda
kue jika ditambah air. Hasilnya berupa CO2 yang merupakan faktor
utama dari pembentukan reaksi fotosintesis. Jadi semakin banyak soda kue yang
diberikan semakin banyak CO2 yang dihasilkan dan semakin cepat
proses fotosintesis yang dilakukannya sehingga hasil dari fotosintesis yang
berupa oksigen akan banyak yang dihasilkan. Sehingga semakin banyak konsentrasi
soda kue yang digunakan maka semakin banyak dan cepat piringan daun yang naik
dipermukaan.
Reaksi
fotosintesis: 6CO2 + 6H2O C6H12O6
+ 6O2 +675 kalori.
Kandungan bahan kimi yang ada pada sabun cuci piring
sunlights.
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) adalah
suatu zat aktif dengan tegangan permukaan antarmuka
(interfacial tension, IFT) yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (suka lemak). Bahan ini
memiliki fungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan (Handayati, 2015).
Secara
garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
1) Anionik:
-
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-
Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
2) Kationik
: Garam Ammonium
3) Non
ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
4) Amphoterik
: Acyl Ethylenediamines
2.
Builder
Builder (pembentuk) merypakan zat adiktif yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab dari kesadahan air Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium.. Zat yang termasuk builders adalah golongan ammonium kuartener (alkyldimethylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS),sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS) (Padmaningrum,2014).
Builder (pembentuk) merypakan zat adiktif yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab dari kesadahan air Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium.. Zat yang termasuk builders adalah golongan ammonium kuartener (alkyldimethylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS),sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS) (Padmaningrum,2014).
3.
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Filler memiliki Fungsi sebagai bahan pengisi rongga-rongga antar agregat (kasar) yang diharapkan dapat meningkatkan kerapatan dan memperkecil permeabilitas dari suatu campurancampuran. Disamping ukurannya yang bersifat halus, bahan filler harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti bersifat sementasi jika terkena air dan memiliki daya rekat yang tinggi dengan agregat lainnya (Mutohar, Y., 2002 dalam Ndaru,et al,2015).
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Filler memiliki Fungsi sebagai bahan pengisi rongga-rongga antar agregat (kasar) yang diharapkan dapat meningkatkan kerapatan dan memperkecil permeabilitas dari suatu campurancampuran. Disamping ukurannya yang bersifat halus, bahan filler harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti bersifat sementasi jika terkena air dan memiliki daya rekat yang tinggi dengan agregat lainnya (Mutohar, Y., 2002 dalam Ndaru,et al,2015).
4.
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentuknya oksigen adalah :
1. Berat
tumbuhan, semakin berat suatu tumbuhan, oksigen yang dihasilkan semakin tinggi
karena pada tumbuhan dengan berat yang tinggi kebutuhan sel terhadap glukosa
sebagai hasil dari proses fotosintesis juga tinggi untuk bahan respirasi
seluler, sehingga meningkatkan laju fotosintesis dan menyebabkan oksigen
sebagai hasil dari proses fotosintesis juga tinggi, sebaliknya semakin rendah
berat suatu tumbuhan oksigen yang terbentuk semakin sedikit.
2. Intensitas
cahaya, semakin tinggi intensitas cahaya semakin tinggi terbentuknya oksigen,
karena cahaya berperan terhadap perombakan air yang menghasilkan ion hidrogen
dan oksigen. Dengan tingginya intensitas cahaya perombakan air membentuk H+
dan oksigen semakin tinggi sehingga menghasilkan oksigen yang lebih banyak.
3. Kandungan
Air dalam sel sel asimilasi, semakin tinggi kandungan air pada sel sel yang
mengalami proses fotosintesis (sel mesofil dan palisade) menyebabkan semakin
tingginya oksigen yang terbentuk. Hal ini dikarenakan air adalah bahan
terbentuknya oksigen setelah mengalami perombakan oleh cahaya. Sehingga
kandungan air didalam sel berpengaruh terhadap terbentuknya oksigen.
4. Klorofil,
semakin tinggi kandungan klorofil didalam kloroplas menyebabkan semakin tinggi
kecepatan pembentukan oksigen, dan sebaliknya. Klorofil berperan sebagai tempat
terjadinya fotosistem II yaitu perombakan air membentuk ion hidrogen dan
oksigen, sehingga semakin banyak klorofil, proses fotosistem II semakin banyak
efektif dan oksigen semakin banyak terbentuk.
5. Konsentrasi
CO2, dimana semakin tinggi konsentrasi CO2 semakin tinggi
proses fotosintesis sehingga oksigen dan glukosa yang dihasilkan akan semakin
banyak, begitu sebaliknya.
6. Penimbunan
hasil fotosintesis, dimana semakin tinggi penimbunan hasil fotosintesis, proses
fotosintesis semakin rendah karena suplay energi sel telah terpenuhi, dengan
rendahnya proses fotosintesis menyebabkan rendahnya oksigen dan glukosa yang
terbentuk, begitu sebaliknya.
VII.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi CO2 dalam proses fotosintesis untuk hal
itu digunakanlah konsentrasi soda kue atau baking soda yaitu
natrium bikarbonat (NaHCO3), semakin banyak konsentrasi soda kue makan semakin cepat proses
fotosintesis karena dalam soda kue memiliki gugus CO3, gugus CO3 ini berperan sebagai penyumbang CO2 terlarut dalam air. Tetapi
pada praktikum kali ini terjadi kesalahan dimana perbandingan jumlah natrium bikarbonat (NaHCO3) tidak memberikan hasil yang
sesuai dengan teori. Hal ini mungkin banyak dipengaruhi oleh- faktor-faktor
seperti perbandingan berat piringan daun yang mengakibatkan perbedaan iti ada.
7.2 Saran
Untuk
memndapatkan hasil yang sangat valid maka diharapkan asisten memberikan
instruksi kepada praktikan untuk menggunakan daun dengan berat yang sama dan
kodisi daun yang sama
Daftar
Pustaka
Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 12 (1)
Arifin,Zainal Syam.2015.Pengurangan Kadar Co2 Menggunakan Spirulina Platensis Dalam Tubular
Bioreactor.Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Halu Oleo
Campbell, A. Neil. Dkk. 2008. Biologi
Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hidayati,Sri.2015. Pengaruh Rasio Mol, Suhu Dan Lama Reaksi Terhadap
Tegangan Permukaan Dan Stabilitas Emulsi Metil Ester Sulfonat Dari Cpo (The
Effect Of Mol Ratio, Temperature And Reaction Time On Surface Tension And
Stability Of Metal Ester Sulfonat Emulsion From Cpo).Emulsi Metil Ester Sulfonat dari CPO
Kimball, John. W. 1992. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Matana, Yulianus R.2014. Karakter Fisiologi 15 Populasi F1 Hasil Persilangan Kelapa Dalam Di Kp
Kima Atas.Balai Penelitian
Tanaman Palma, Manado
Ndaru,Febra W.,et al.2015.Perbaikan Tanah Ekspansif Dengan Penambahan
Serbuk Gypsum Dan Abu Sekam Padi Untuk Mengurangi Kerusakan Stuktur Perkerasan.REKAYASA
SIPIL / Volume 9, no.3 – 2015 ISSN 1978 -5658
Simanjuntak,Wasinton.2014.The Use of Carbon Dioxide Released from
Coconut Shell Combustion to Produce Na2CO3. Makara J. Sci. 18/3 (2014), In Press doi:
10.7454/mss.v18i3.3717.September 2014 | Vol. 18 | No. 3 65
Padmaningrum,Regina
Tutik.2014.Pengaruh Biomasa Melati Air (Echinodorus
Paleafolius) Dan Teratai(Nyphaea Firecrest)
Terhadap Kadar Fosfat,Bod, Cod, Tss, Dan Derajat Keasaman Limbah Cair Laundry.
LAMPIRAN
ACC
LAMPIRAN
FOTO
Kelompok
|
Hasil
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|
1
|
|
|
2
|
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
5
|
|
|
6
|
|
|
LAMPIRAN
Cover dan Abstrak