LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TUMBUHAN
“Kecepatan Penggunaan Oksigen
Dalam Proses Respirasi”
Oleh
:
Nama :Ongki Yuwentin
NIM : 140210103042
Kelas : Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok :
1
Program
Studi Pendidikan Biologi
Jurusan
Pendidikan Mipa
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Jember
2016
I.
JUDUL
Kecepatan Penggunaan Oksigen Dalam Proses Respirasi
II.
TUJUAN
1.
Untuk
membuktikan bahwa pada proses respirasi memerlukan oksigen
2.
Untuk
membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan
III.
TINJAUAN
PUSTAKA
Daun yang sedang melakukan
fotosintesis membutuhkan persediaan karbondioksida yang banyak dan mantap.
Dalam proses ini, daun harus juga membebaskan oksigen dengan volume yang sama
(Yudiarti dkk, 2004).
Respirasi merupakan suatu proses melepaskan energi
kimia dalam bentuk molekul-molekul organik dalam sel pada mitokondria.
Pada proses fotosintesis
terjadi pembentukan gula dari molekul CO2 dan H2O
yang dibantu oleh energi cahaya matahari (Anfa.2014). reaksi pada repirasi
merupakan proses yang berkebalikan dengan dposes yang terjadi pada
fotosintesis. Hasil akhir dari fotosintesis adalah
glukosa, sedangkan
pada respirasi adalah air. Proses terjadinya respirasi terdiri
dari tiga tahapan yaitu glikolisis, siklus krebs dan
transfer elektron
(Salissbury,1995 dalam Anfa.2014).
Proses respirasi
adalah proses pemecahan bahan organik
yang terkandung (karbohidrat, protein, lemak) untuk menjadi bahan yang lebih
sederhana dengan melepaskan energi (panas), dimana pada prosesnya iniu digunakan O2 dan melepaskan CO2
(Imamah,2016). Dalam proses respirasi terjadi terjadi suatu proses secara
kimiawi yaitu reaksi yang terjadi antaraa O2 dengan karbohidrat lalu dari
reaksi itu alan menghasilkan CO2 dan H2O (uap air) yang kemuadian hasil
tersebut akan dilepaskan ke udara (Agustinus,et al,2014).
Laju respirasi pada
tumbuhan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam yang mampu
mempengaruhi respirasi adalah tingkat perkembangan dari organ tanaman, ukuran, lapisan
alamiah dan jenis jaringan. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhinya adalah
suhu, konsentrasi gas O2 dan CO2
yang
tersedia, zat-zat pengatur tumbuh dan kerusakan yang ada pada buah dan sayuran (Imamah,2016).
Laju dari proses
respirasi yang terjadi pada suhu 0 oC dapat
menurunkan laju dari respirasi dan produksi dari untuk O2 dan CO2. Sementara
pada suhu yang lebih tinggi (27 oC), laju respirasi akan meningkat dan banyak
menghasilkan CO2. Hal tersebut membuktikan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, dimana suhu
rendah secara signifikan dapat menurunkan nilai laju respirasi (Imamah,2016). Model
Arrhenius menggambarkan mengenai hubungan
dari laju respirasi terhadap suhu yang mempengaruhinya dengan nilai R2= 0.9530
untuk O2 dan R2= 0.9467 untuk CO2 (Imamah,2016). Faktor suhu sangat berkaitan dengan
faktor Q10, dimana suhu dan laju reaksi respirasi akan berubah secara
bersamaan, yaitu setiap kali suhu naik sebesar 10o C, maka laju
dari respirasi juga akan meningkat. Demikian juga pada suhu 0oC,
laju repirasi sangat rendah. Apabila suhu tersebut naik sampai 35-45oC
maka perlajuan respirasi sangat cepat, akan tetapi temperature yang terlalu
panas akan menurunkan laju dari respirasi. Hal ini dikarenakan karena
enzim-enzim yang mengalami denaturasi pada suhu di atas 45oC
(Mulyani, 2007). Laju dari respirasi selain dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban juga dipengaruhi oleh komposisi gas terutama O2 dan CO2 di sekitar
produk (Imamah,2016).
Respirometer merupakan alat yang bisa digunakan sebagai
alat untuk mengukur kecepatan pernafasan beberapa macam organisme hidup seperti
serangga, bunga, akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang
berarti, kecepatan pernafasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu
banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap gram berat tiap
detik (Ellis, 1986 dalam Natalina, 2010). Respirometer terdiri dari dua bagian
yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat hewan atau bagian tumbuhan
yang akan diuji) yang kedua adalah pipa kapile hingga 0.01 ml. Kedua bisa
dipersatukan dengan sangat rapat hingga bisa kedap udara dan didudukan pada
penumpu (landasan) yang terbuat dai kayu atau logam (Ellis, 1986 dalam
Natalina, 2010).
IV.
METODELOGI
4.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Respirometer
2.
Beaker glass
3.
Stopwatch
4.
Timbangan
5. Pipet tetes
Bahan :
1.
Kecambah kedelai
2.
kecambah kacang
hijau
3.
Kristal KOH
4.
Eosin
5.
Kapas
6.
Plastisin
4.2 Cara kerja
Memasukkan
n pula kristal KOH/NaOH yang telah dibungkus kapas, lalu memasukka masing-masing kecambah kacang hijau dan
kecambah kacang kedelai 3, 6 dan 9 gram ke dalam respirometer
ke
dalam respirometer,.
|
Menimbang
masing-masing kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai 3, 6 dan 9
gram
|
Menutup
tabung dengan pipa kapiler berskala yang terdapat pada respirometer. Lalu
melapisi dengan vaselin.
|
Meletakkan
respirometer pada posisi horizontal.
|
Mengamati
dan mengukur kecepatan gerakan cairan tiap satu menit sampai 10 kali.
|
Menghitung
kecepatan penggunaan oksigen tiap menit dalam tiap gram masing kecambah.
|
Memasukkan
eosin ke dalam ujung pipa kapiler berskala dengan menggunakan pipet tetes
sebanyak 1 tetes.
|
V.
Hasil Pengamatan
5.1 Tabel Kecepatan Eosin
Bahan
|
Massa
(gram)
|
Menit ke-
|
Kecepatan Eosin
(ml/menit)
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
Kacang kedelai
|
3
|
0,05
|
0,085
|
0,16
|
0,23
|
0,29
|
0,34
|
0,37
|
0,42
|
0,46
|
0,51
|
0,29
|
6
|
0,03
|
0,09
|
0,17
|
0,24
|
0,3
|
0,37
|
0,42
|
0,48
|
0,55
|
0,6
|
0,325
|
|
9
|
0,085
|
0,2
|
0,3
|
0,41
|
0,45
|
0,55
|
0,6
|
0,72
|
0,79
|
0,84
|
0,4945
|
|
Kacang hijau
|
3
|
0,08
|
0,13
|
0,18
|
0,24
|
0,29
|
0,35
|
0,37
|
0,4
|
0,46
|
0,5
|
0,3
|
6
|
0,05
|
0,12
|
0,18
|
0,24
|
0,29
|
0,33
|
0,43
|
0,5
|
0,56
|
0,62
|
0,332
|
|
9
|
0,02
|
0,24
|
0,36
|
0,49
|
0,59
|
0,7
|
0,8
|
-
|
-
|
-
|
0,46
|
5.2 Tabel kecepatan Respirasi ml/gram
Bahan
|
Massa
(gram)
|
Menit ke-
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
Kacang kedelai
|
3
|
0,01
|
0,02
|
0,05
|
0,07
|
0,09
|
0,11
|
0,12
|
0,14
|
0,15
|
0,17
|
6
|
0,005
|
0,015
|
0,028
|
0,04
|
0,05
|
0,06
|
0,07
|
0,08
|
0,09
|
0,1
|
|
9
|
0,0094
|
0,022
|
0,033
|
0,0456
|
0,05
|
0,061
|
0,067
|
0,08
|
0,088
|
0,093
|
|
Kacang hijau
|
3
|
0,027
|
0,043
|
0,06
|
0,08
|
0,097
|
0,117
|
0,123
|
0,13
|
0,153
|
0,167
|
6
|
0,008
|
0,02
|
0,03
|
0,04
|
0,048
|
0,055
|
0,07
|
0,08
|
0,09
|
0,1
|
|
9
|
0,002
|
0,027
|
0,04
|
0,054
|
0,066
|
0,078
|
0,089
|
-
|
-
|
-
|
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini
kami melakukan percobaan mengenai Kecepatan Penggunaan Oksigen Dalam Proses Respirasi.
Tujuannya dari percobaan ini adalah untuk
membuktikan bahwa pada proses respirasi memerlukan oksigen dan untuk membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan. Pertama-tama kami menyediakan 1 unit
respirometer yang digunakan sebagai alat pengukur kecepatan respirasi pada
percobaan kali ini, lalu kami menimbang kecambah kedelai dan kecambah kacang
hijau sebanyak 3 gram, 6 gram dan 9 gram hal ini bertujuan untuk menentukan
berat dari masing-masing kecambah yang akan digunakan sebagai bahan dalam
percobaan, lalu memasukkan KOH kristal yang telah dibungkus dengan kapas dan memasukkan
kecambah yang telah ditimbang kedalam tabung respirometer, Kristal
KOH/NaOH memiliki fungsi untuk mengikat karbondioksida yang dikeluarkan dalam
tubuh organisme yang akan diteliti (Kecambang kedelai dan kecambah kacang
hijau), sehingga pergerakan dari larutan eosin nantinya hanya disebabkan oleh proses
respirasi yang dilakukan oleh tumbuhan yang diteliti ini,
lalu menutup tabung dengan pipet kapiler yang terdapat pada respirometer, lalu meletakkan
respirometer pada posisi horizontal, memasukkan eosin ke dalam ujung pipa
kapiler dengan menggunakan pipit tetes, kami menggunakan eosin untuk mengetahui
penyusutan
udara dalam tabung respirometer, Pertama-tama pada ujung yang terbuka pada pipa
kapiler berskala diberi setetes larutan eosin. Lalu larutan eosin ini akan
bergerak ke arah tabung respirometer
yang berisi kecambah yang akan dilihat laju dari respirasinya, karena
terjadinya penyusutan volume udara dalam ruang tertutup (tabung respirometer)
sebagai akibat dari pernapasan, yaitu Oksigen yang diserap oleh tumbuhan
sedangkan karbondioksida dikeluarkan dari dalam tubuh, tetapi karbondioksida
tersebut akan diserap oleh kristal KOH/NaOH yang telah dibungkus dengan kapas.
Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan tumbuhan
yang diteliti. Larutan eosin berfungsi
sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme pada respirometer
sederhana karena organisme dalam percobaan dalam repirometer dapat menghirup
udara oksigen
melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna merah dapat
bergerak. Lalu mengamati dan mengukur gerakan
tiap menit.
Dari
hasil pengamata yang telah didapatkan dapat dibuat suatu grafik tentang
kecepatan dari kecepatan eosin dan kecepatan respirasi pada kecambah kedelai
dan kacang hijau:
a.
Grafik kecepatan
eosin kecambah kedelai
Dari data hasil yang
dibuat dalam bentuk grafik diatas menunjukkan laju kecepatan dari pergerakan
dari eosin dan kecepatan dari respirasi kecambah. Grafik diatas menunjukkan
kecepatan eosin pada kecambah kedelai dengan massa kecambah 3 gram, 6 gram dan
9 gram. Pada kecambah dengan massa 3 gram kecepatan pergerakan eosin mencapai 0,29
per detik, lalu pada kecambah dengan massa 6 gram kecepatan pergerakan eosin
mencapai 0,325 per detik, lalu pada kecambah dengan massa 9 gram kecepatan
pergerakan eosin mencapai 0,4945 per detik. Dari hasil yang telah didapatkan
dapat disimpulkan bahwasannya semakin berat massa dari tumbuhan yang digunakan
maka kecepatan dari respirasi yang dialami juga akan semakin tinggi. Hal itu
didasarkan pada banyaknya O2 dan CO2 yang diprosuksi. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwasannya, laju dari
respirasi selain dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban juga dipengaruhi
oleh komposisi gas terutama O2 dan CO2 di sekitar produk (Imamah,2016). Mengapa
produksi O2 dan CO2 semakin banyak karena disebabkan oleh luas permukaan
yang melakukan respirasi semakin luas
dan kebutuhan akan oksigen terhadap proses respirasi semakin tinggi hal itu
dikarenakan jumlah tumbuhan yang melakukan respirasi semakin banyak.
b.
Grafik kecepatan eosin
kecambah kacang hijau
Dari data hasil yang
dibuat dalam bentuk grafik diatas menunjukkan laju kecepatan dari pergerakan
dari eosin dan kecepatan dari respirasi kecambah. Grafik diatas menunjukkan
kecepatan eosin pada kecambah kedelai dengan massa kecambah 3 gram, 6 gram dan
9 gram. Pada kecambah dengan massa 3 gram kecepatan pergerakan eosin mencapai 0,3
per detik, lalu pada kecambah dengan massa 6 gram kecepatan pergerakan eosin
mencapai 0,352 per detik, lalu pada kecambah dengan massa 9 gram kecepatan pergerakan
eosin mencapai 0,46 per detik. Dari hasil yang telah didapatkan dapat
disimpulkan bahwasannya semakin berat massa dari tumbuhan yang digunakan maka
kecepatan dari respirasi yang dialami juga akan semakin tinggi. Hal itu
didasarkan pada banyaknya O2 dan CO2 yang diprosuksi. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwasannya, laju dari
respirasi selain dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban juga dipengaruhi
oleh komposisi gas terutama O2 dan CO2 di sekitar produk (Imamah,2016). Mengapa
produksi O2 dan CO2 semakin banyak karena disebabkan oleh luas permukaan
yang melakukan respirasi semakin luas
dan kebutuhan akan oksigen terhadap proses respirasi semakin tinggi hal itu
dikarenakan jumlah tumbuhan yang melakukan respirasi semakin banyak.
Dapat ktai lihat dari
kedua grafik diatas mengenai kecepata dari laju eosin pada kecambah kedelai dan
kecambah kacang hijau. digrafik itu didapatkan bahwasannya kenaikan dari masa
dari kecambah kedelai dan kecambah kacang hijau dibarengi dengan kenaikan dari
laju eosin. sehimhha dapat ddibuktikan bahwa laju eosin semakin cepat dengan
jumlah massa tumbuhan yang semakin besar.
c.
Grafik kecepatan respirasi kecambah kedelai
Dari data hasil yang
dibuat dalam bentuk grafik diatas menunjukkan laju kecepatan dari pergerakan
dari kecepatan dari laju respirasi pada kecambah kedelai. Grafik diatas
menunjukkan kecepatan kecepatan dari laju respirasi pada kecambah kedelai dengan
massa kecambah 3 gram, 6 gram dan 9 gram. Pada kecambah dengan massa 3, 6 dan 9gram
menunjukan kenaikan kecepatan respirasi
tiap menit.
d.
Grafik kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
Dari
data hasil yang dibuat dalam bentuk grafik diatas menunjukkan laju kecepatan
dari pergerakan dari kecepatan dari laju respirasi pada kecambah kacang kedelai.
Grafik diatas menunjukkan kecepatan kecepatan dari laju respirasi pada kecambah
kacang kedelai dengan massa kecambah 3 gram, 6 gram dan 9 gram. Pada kecambah
dengan massa 3 dan 6 gram menunjukan
kenaikan kecepatan respirasi tiap menit. Pada kecambah kacang hijau dengan massa 9 gram terjadi penurunan grafik pada kecepatan
respirasi yaitu pada menit ke – 8 sampai pada menit 10. penurunan dari grafik
laju respirasi ini tidak di akibatkan oleh menurunnnya aktivitas respirasi pada
tanaman tetapi diakibatkan oleh penyetopan penamatan dari laju respirasi yang
dikibatkan oleh eosin yang sudah mencapai puncak dari alat respirometer
sehingga pengamatan dianggap selesai sampai pada menit ke 7. Hal tersebut
membuktikan bahwa massa kecambah kacang hijau dengan massa 9 gram melakukan
respirasi tercepat dibanding kecambah kedelai.
Pada kedua grafik
kecepatan respirasi diatas telah dapat disimpulkan bahwa dengan berat massa
yang sama antara kecambah kedelai dan kecambah kacang hijau namun respirasi
yang dilakukan memiliki perbedaan kecepatan yaitu kecambah kacang hijau
memiliki laju respirasi yang lebih tinggi. hal ini dipengaruhu oleh faktor
internal yang dimiliki oleh kedua bahan tersebut yaitu, pada kecambah kacang
hijau memiliki berupa 22,2 gram poterin,
lemak 1,2 gram dan karbohidrat 62,9 gram dalam setiap 100 gram kacang hijau.
lalu pada kecambah kedelai memiliki kandungan berupa 30,2 gram protein, 15,6
gram lemak, dan 30,1 gram karbohidrat dalam setiap 100 gram kedelai. dari
perbedaan kandungan substrat tersebut terlihat bahwasannya kecambah kacang
hijau mmiliki kandungan karbohidrat sebesar 62,9 gram dalam setiap 100 gram
kacang hijau lebih besar jika dibandingkan dengan kecambah kedelai yang
memiliki karbohidrat kandungan sebesar 30,1 gram dalam setiap 100 gram kedelai,
hal itu yang membuat laju respirasi dari kecambah kacang hijau memiliki laju
respirasi yang lebih tinggi karena karbohidrat
adalah kandungan yang paling mudah untuk dioksidasi oleh sel sehingga
karbohidrat sangat efisien apabila digunakan sebagai bahan dasar respirasi dari
pada lemak dan protein. meskipun kandungan protein dan lemak pada kecambah
kacang hijau lebih kecil dari kandungan protein dan lemak pada kecambah kedelai
karena karbohisart diasumsikan sebagai i substrat respirasi lebih baik dari pada
lemak dan protein.
Laju respirasi pada
tumbuhan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam yang mampu
mempengaruhi respirasi adalah:
1.
Tingkat perkembangan dari organ tanaman (Imamah,2016).
Pada tumbuhan tingkat perkembangan dari organ
tanaman sangatlah mempengaruhu dari laju resirasi pada jarignan yang berkembang
(tumbuh) respirasi lebih tinggi. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan energi
untuk pertumbuhan sel.
2.
Ukuran (Imamah,2016).
Pada tumbuhan yang melakukan respirasi ukuran dari
jaringan itu sangatlah berpengaruh karena jaringan yang memiliki ukuran kecil
bisa di bilang jika jaringan itu memiliki umur yang muda maka respirasi
berkembang agak sedikit lambat dan apabila pada jaringan yang memiliki ukurn
yang lebih besar dan kompleks maka ia memiliki umur yang lebih besar tua dan
pada jaringan ini akan berjalan lebih cepat Lapisan alamiah
3.
Jenis jaringan (Imamah,2016).
Pada jaringan yang melakukan respirasi, jenis
jaringan yang membentuknya juga akan sangat berpengaruh terhadap laju respirasi,
karena suatu jenis jaringan memiliki jumlah dan jenis sel yang berbeda,
perbedaan jenis sel itu akan berpengaruh juga terhadap laju respirasi.
Sedangkan faktor luar yang
mempengaruhinya adalah:
1.
Suhu (Imamah,2016).
Laju dari proses respirasi yang terjadi pada suhu 0 oC dapat menurunkan
laju dari respirasi dan produksi dari untuk O2 dan CO2. Sementara pada suhu
yang lebih tinggi (27 oC), laju respirasi akan meningkat dan banyak
menghasilkan CO2. Hal tersebut membuktikan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, dimana suhu
rendah secara signifikan dapat menurunkan nilai laju respirasi (Imamah,2016).
Model Arrhenius menggambarkan mengenai
hubungan dari laju respirasi terhadap suhu yang mempengaruhinya dengan nilai
R2= 0.9530 untuk O2 dan R2= 0.9467 untuk CO2 (Imamah,2016).
2.
Konsentrasi gas O2
dan
CO2
yang
tersedia (Imamah,2016).
Laju dari
respirasi selain dipengaruhi oleh suhu juga dipengaruhi oleh komposisi
gas terutama O2 dan CO2 di sekitar produk (Imamah,2016). karena konsentrasi
dari O2 dan CO2 sangat lah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
laju respirasi, jika O2 dan CO2 menurun maka akan membuat laju respirasi juga
akan menurun
3.
Zat-zat pengatur tumbuh (Imamah,2016).
4.
kerusakan yang ada pada buah dan sayuran
(Imamah,2016).
VII.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pada
percobaan ini terbukti bahwa pada
proses respirasi memerlukan oksigen karena terjadi pergerakan cairan
eosin/pewarna pada pipa kapiler berskala menuju pada bagian tabung respirometer
yang telah terisi tumbuhan yang digunakan berupa kecambah kacang hijau maupun
kecambah kedelai yang masih dalam keadaan segar.
Pada
percobaan ini membuktikan bahwa keperluan oksigen dalm
proses respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan. Karena saat dibandingkan
antara kecambah kacang hijau yang beratnya 3 gram, 6 gram dan 9 gram, kecepatan pergerakan eosin lebih cepat pada
kecambah dengan berat 9 gram dan saat dibandingkan antara kecambah kedelai yang
beratnya 3 gram dan 6 gram kecepatan pergerakan eosin lebih cepat pada
kecambah dengan berat 9 gram
sehingga dapat disimpulkan bahwa berat dan spesies tumbuhan mempengaruhi
kecepatan respirasi.
7.2 Saran
Sebaiknya saat proses pengamatan pergerakan
cairan eosin pada pipa kapiler berskala diamati lebih teliti untuk mendapatkan
data hasil pengamatan akan lebih akurat dan tepat.
Daftar
Pustaka
Agustiningrum,Dyah
Ayu,et al.2014. Studi Pengaruh Konsentrasi Oksigen Pada
Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi Buah Sawo (Achras Zapota L.) Studies
Effect Of Oxygen Concentration On Modified Atmosphere Storage Of Sapodilla
Fruit (Achras Zapota L.). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis.
Vol. 2 No. 1, Juni 2014
Anfa,Azki
Afidati Putri.2014.Fotosintesis Dan Pigmen Fotosintetik
Imamah,Nurul.2016.Kajian
Model Arrhenius Laju Respirasi Dan Teknik Pengemasan Brokoli (Brassica
Oleracea L. Var Italica) Terolah Minimal. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian:Bogor
Natalina. 2014. Respirasi Pada Tumbuhan (Respirasi Aerob). Universitas
Lampung Mangkurat. Lampung
Mulyani, Sri.2008.Anatomi Tumbuhan.Surabaya. Kanisius
Yudiarti. dkk.2004.Buku Ajar Biologi.Semarang : UNDIP Press
LAMPIRAN
ACC
Kelompok
|
Sebelum
|
Sesudah
|
1.
|
|
|
2.
|
|
|
3.
|
|
|
4.
|
|
|
5.
|
|
|
6.
|
|
|
LAMPIRAN
Cover dan Abstrak