difusi dan osmosis



logo unej

Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan
“Difusi dan Osmosis : Permeabilitas Membran Sel dan Plasmolisis”



Oleh:
Nama  : Ongki Yuwentin
NIM    : 140210103042
Kelas   : Fisiologi Tumbuhan B


Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Mipa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2016
       I.            Judul
Difusi dan Osmosis: Permeabilitas Membran Sel dan Plasmolisis
    II.            Tujuan
1.      Mengamati pengaruh perlakuan fisik (Suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas sel.
2.      Untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan laporan hipotonik pada sel tumbuhan.
 III.            Tinjauan Pustaka
Membran plasma merupakan suatu tepi dari suatu  kehidupan, pembatasan sel yang memisahkan antara sel hidup dengan lingkungan di sekelilingnya (Campbell,dkk,2008:135). Lapisan luarnya memiliki ukuran 8 nm, karena itu di perlukan lebih dari 8.000 membran plasma untuk menyaingi ketebalannya. Bagian ini berfungsi untuk mengontron atau mengawasi jalannya lalu lintas dan keluar masuknya sel yang menyelubunginya. Membran plasma bersifat permeabilitas selektif (selective permeability); artinya yaitu bahwasanya membran plasma memungkinkan beberapa molekul saja yang dapat untuk melewatinya secara lebih mudah dibandingkan dengan zat-zat yang lain (Campbell,dkk,2008:135).
Lipid dan protein merupakan bahan utama yang menyusun membran plasma, meskipun ada bahan utama lain seperti karbohidrat. Lipid yang memiliki konsentrasi paling melimpah adalah fosfolipid. Fosfolipid memiliki Kemampuan untuk membentuk membran, maka dari itu lipd memiliki sifat inheren dalam struktur moleulnya. Fosfolipid termasuk kedalam molekul amfipatik (amphipathic), yang arttinya bahwa fosfolipid memiliki wilayah hidrofilik dan hidrofobik (Campbell,dkk,2008:135).
Menurut Campbell (2008:138) terdapat dua utama protein membran : Protein integral (integral protein) ialah protein yang menembus inti hidrofobik dari lapisan ganda fosfolipid. Selanjutnya yaitu Protein periferal atau bisa disebut dengan protein tepi (Peripheral protein) ialah protein yang tidak tertanam pada lapisan ganda fosfolipid, tetapi hanya berupa bagian yang terikat ke permukaan membran
Osmosis adalah peristiwa perpindahan larutan air yang berada didalam suatu sel melalui suatu membran semi permeable yang ada pada sel, dari lingkungan sel yang hipotonis menuju konsentrasi lingkungan hipertonis, sehingga dengan peristiwa itu terjadi lepasnya sitoplasma dari dinding sel yang biasa disebut peristiwa plasmolisis (Rahmasari, 2014).
Metanol merupakan suatu senyawa hidrokarbon dari golongan alkohol dengan gugus alkil hidroksil. Metanol memiliki sifatnya yang bisa melarutkan komponen-komponen lain, baik yang bersifat polar, semi polar, maupun non polar. Metanol adalah bentuk alkohol paling sederhana. Metanol dapat dipakai sebagai bahan pendingin yang memiliki sifat anti beku, sebagai pelarut, sebagai bakar (Al-Ash’ary,2010)
 IV.            METODELOGI
4.1      Alat dan Bahan
Alat acara Permeabilitas Memberan:
Ø  Silet
Ø  Penangas listrik
Ø  Tabung reaksi
Ø  Gelas kimia
Ø  Stopwatch
Ø  Termometer
Bahan :
Ø  Umbi kunyit
Ø  Metanol
Ø  Aseton
Ø  Akuades
Alat acara plasmolisis:
Ø  Mikroskop
Ø  Object glass
Ø  Cover glass
Ø  Pipet tetes
Ø  Pisau silet
Bahan :
Ø  Umbi bawang merah / daun Rheo discolor
Ø  Larutan gula
Ø  Larutan garfis
Ø  Aquadest
4.2     Cara kerja
a.       Permeabilitas Memberan Sel
1.      Rounded Rectangle: Mengupas umbi kunyit lalu memotong dadu berukuran 1 cm x 1 cm sebanyak 6 buah

Perlakuan Fisik (suhu)



















Rounded Rectangle: Mencuci dengan air mengalir untuk menghilangkan pigmen yang ada pada permukaan umbi kunyit






Rounded Rectangle: Memanaskan air untuk memperoleh aquades bersuhu 70°C, 50°C, 40°C





Rounded Rectangle: Memasukkan potongan umbi kunyit masing-masing tabung dua buah pada setiap tabung yang telah dipanaskan (70°C, 50°C, 40°C) pada masing-masing tabung reaksi yang berisi 5 ml aquades dan 1 tabung reaksi untuk aquades yang bersuhu kamar






Rounded Rectangle: Merendam umbi kunyit tersebut selama 30 menit



Rounded Rectangle: Mengamati perubahan warna air yang terdapat didalam setiap tabung
 

























2.      Perlakuan pelarut organik











Rounded Rectangle: Mengupas umbi kunyit lalu memotong dadu berukuran 1 cm x 1 cm sebanyak 6 buah






Rounded Rectangle: Memasukkan masing-masing dua buah dadu umbi kunyit ke dalam 5 ml aseton, 5 ml metanol dan 5ml aquades






Rounded Rectangle: Merendam umbi kunyit tersebut selama 30 menit



Rounded Rectangle: Mengamati perubahan warna air yang terdapat didalam setiap tabung
 




















b.      Rounded Rectangle: Mengambil lapisan dalam dari umbi bawang merah dan dari bagian yang berwarna merah dari daun Jadam (Rhoeo discolor)


Plasmolisis












Rounded Rectangle: Meletakkan sampel diatas object glass, tetesi dengan larutan glukosa dan larutan garfis pada setiap sampel, biarkan selama kurang lebih 10-15 menit,mengamati dengan mikroskop






Rounded Rectangle: Menjelaskan fenomena yang terjadi
 
























Rounded Rectangle: Menyerap dengan tissue larutan glukosa dan larutan garfis yang membasahi potongan daun sampai kering, tetesi dengan aquades





Rounded Rectangle: Membiarkan kurang lebih 10-15 menit






Rounded Rectangle: Menjelaskan fenomena yang terjadi
 















4.3 Hasil Pengamatan
a.       Permeabilitas membran sel
Perlakuan
Warna larutan
Fisik (suhu)

40°C
+
++
50°C
+
++
70°C
+
++
Pelarut organik

Metanol
+
+++
Aceton

+++ (Merah)
+++ (Merah)
Kontrol

Aquades

++

Perlakuan

Fisik (suhu)

40°C
50°C
70°C
Pelarut organik
Metanol

Aceton

Kontrol

Aquades

b.      Plasmolosos

Perlakuan
Bentuk Sel
Bunga Jadam
(Rhoeo discolor)
Bawang Merah
(Allium cepa)
Larutan Glukosa
Aquades
Larutan Garfis





    V.            Pembahasan
Pada praktikum saat ini kami membahas mengenai difusi dan osmosis dengan pengujian permeabilitas membran sel dan plasmolisis.
Pada praktikum kali ini tepatnya pada uji permeabilitas membran sel terhadap pengaruh suhu dilakukan dengan  mencampurkan kubus umbi kunyit ke dalam aquadest dengan variasi suhu 40’C, 50’C, dan 70’C dan pada aquades pada suhu kamar sebagai kontrol untuk perlakuan fisik (sahu), namun untuk pelakuan kima (jenis pelarur) dilakukan dengan  mencampurkan kubus umbi kunyit ke dalam variasi zat kimia yaitu metanol dan etanol. Percobaan ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permebilitas membran sel.
Seharusnya setelah 30 menit di beri perlakuan,  akan terjadi perubahan warna pada tabung reaksi yang berisi 5 ml aquades dan 2 potongan umbi kunyit, di mana perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas permeabilitas membran sel kunyit hal itu bisa terjadi karena konsentrasi warna kuning pada kunyit lebih tinggi dari pada air, sehingga zat warna dari sel kunyit  akan keluar dan bergabung dengan molekul aquades melalui membran sel (yang kemudian disebut osmosis).
Osmosis adalah transportasi suatu zat dari membran selektif permeabel dai larutan zat potensial kimia yang konsentrasinya lebih tinggi (Tekanan osmotik lebih rendah) kedalam larutan kimia air yang lebih rendah potensialnya (tekanan osmotik lebih tinggi). Hal ini di karenakan oleh perbedaan konsentrasi membran (Azoubel,2014).
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan mendapatkan hasil  bahwa Pada suhu yang 40°C, 50°C dan 70°C warna yang dihasilkan relatif sama yaitu berwarna kuning keruh. pada suhu kamar  warna yang dihasilkan yaitu kuning keruh juga. Warna yang dihasilkan cenderung sama dengan  ketiga larutan yang dipanaskan pada suhu tertentu. Hasil pengamatan yang  di dapatkan  tidak sesuai dengan teori, dalam teori diterangkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan untuk perendaman makan warna yang akan dihasilkan pada pelarut akan lebih keruh/lebih kuning jika dibandingkan dengan perendaman pada suhu yang lebih rendah. Artinya peningkatan suhu rendaman menyebabkan semakin banyak konsentrasi zat terlarut di dalam sel akan keluar ke lingkungan, karena akan terjadi proses keluarnya cairan sel dari dalam sel yang disebabkan oleh kerusakan membran plasma.
 Jadi hasil yang kami dapatkan tidak lah sesui dengan penjelasan dari literatur, Hal itu mungkin dipengaruhi kurang telitinya praktikan khususnya kami pada saat melaukan proses pengukuran suhu. Mungkin juga hasil yang didapatkan dipengaruhi oleh hal-hal lain seperti waktu dimasukkannya umbi kunyit dalam tabung reaksi yang berbeda-beda antara umbi kunyit satu dengan yang lain ataupun karena Ukuran antar potongan umbi kunyit satu dan yang lain berbeda karena kurang telitinya prakrtikan saat memotong, perbedaan ukuran 1 mm pun akan memepengaruhi hasilnya Dan yang terakhir mungkin karena usia umbi kunyit yang berbeda.
Percobaa yang kedua adalah Permeabilitas membran terhadap pengaruh pelarut (zat kimia), yaitu plasmolisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan.
Memperlakuan umbi kunyit dengan zat pelarut organik. Pertama yaitu memasukkan 2 buah potongan umbi kunyit kedalam 5 ml metanol, 5 ml aseton, dan 5 ml aquades (sebagai kontrol) selama 30 menit. Metanol dan aseton merupakan senyawa yang bersifat polar.
Aseton bentuk sederhana dari Keton yang buat dari Dehidroginase @-Propenol dengan suatu katalis dari tembaga Oksida pada suhu 500. Aseton saat ini banyak diprodeuksi secara masal, besar-besaran, aseton banyak digunakan sebagai zat pelarut dan juga sebagai bahan dasar utnuk sintesisi beberapa polimer (Oxtoby,2003:126). Aseton juga biasa digunakan untuk pelarut lilis, plastik, siriak dan sebagai zat pelarut pada selulosa asetat dalam produksi rayon, aseton biasa kita gunakan sehari-hari terutama kaum wanita untuk membersikan cat kuku (kutek) (Marzuki,2010:186).
Metanol merupakan pelarut organik, metanol juga merupakan salah satu  jenis alkohol yang memiliki struktur paling sederhana, memiliki sifat menguap,mudah terbakar, dan beracun sehingga memiliki sifat toksik pada manusia (Nabila,2015)
Pengaruh perlakuan umbi kunyit pada metanol mengakibatkan warna aquades bening berubah menjadi warna kuning pekat, hal ini terjadi karena Metanol (CH3OH) termasuk senyawa alkohol yang bersifat polar dan mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan yang terbentuk itu akan menyebabkan senyawa organik yang  menyusun  membrane sel yang juga bersifat polar  pada bagian luar akan cenderung berikatan dengan senyawa polar sehingga larut di dalam metanol. Dari sifat metanol ini, yang akan mengakibatkan membran sel dan dinding sel lebih cepat lisis dan kehilangan permeabilitas selnya sehingga mengakibatkan cairan dalam sel akan keluar secara difusi hal itu terjadi karena perbedaan konsentrasi bagian dlam sel dan bagian luar sel. Dari proses inilah yang akan mengakibatkan cairan aquades berwarna kuning pekat.
Pengaruh perendaman umbi kunyit pada aseton menyebabkan perubahan dari warna larutan bening menjadi berwarna kuning bening, bila dibandingkan dengan metanol warna yang dihasilkan oleh aceton lebih pekat. Hal ini disebabkan aseton ( CH3COCH3), adalah senyawa alkohol yang bersifat polar dan dapat berikatan dengan membran sel.
Selama beberapa tahun  terakhir, beberapa penelitian menunjukan bahwa mengikat dan penetrasi pelarut organik, seperti aseton, melintasi membran biologis dapat menyebabkan  reaksi  alter- dalam struktur membran sel (Posokhov,2013). Perubahan  sifat membran yang disebabkan oleh aseton ini akan  memfasilitasi  masuknya bahan kimia ke dalam sel melalui lapisan lipid bilayers karena karena adanya  permeabilitas (Posokhov,2013).
Untuk percobaan kedua ialah plasmolisis pada sel umbi bawang merah dan daun jadam (Rhoeo discolor) tujuan dari percobaan kali  ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan. Alasan mengapa bahan-bahan tersebut digunakan dalam percobaan adalah karena sel-sel dari kedua bahan tersebut mengandung pigmen warna keunguan yang alami dimiliki tumbuhan itu sendiri sehingga membuat proses dari plasmolisis yang akan diamati dapat di amati dengan mudah.
Hasil yang kami peroleh  pada pengamatan ini adalah  terlihat penyusutan sel-sel epidermis sel dimana ukuran selnya akan lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran awal. Selain itu, sel yang memiliki pigmen warna akan memudar juka terjadi plasmolisis hal itu terjadi  karena pengaruh dari larutan glukosa dan garfis tersebut. Pigmen ungu yang awalnya terdapat diseluruh sel epidermis akan memudar juga terjadi plasmolisis.
Pada umbi bawang merah (Allium cepa)  dengan larutan Glukosa didaptkan hasil  yaitu pigmen warna merah yang ada pada umbi bawang merah (Allium cepa)  hanya berkumpul memusat pada bagian tengah sel saja jika dibandingkan dengan awalnya yaitu warna ungunya menyebar diseluruh sel pidermis, lalu bentuk sel dari umbi bawang merah (Allium cepa) berubah mengkerut yang awalnya selnya bagus dn menggembung. Hal itu dikarenakan sel epidermis bawang merah (Allium cepa) diletakkan pada larutan yang bersifat hipertonik terhadap sel maksudnya adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) daripada zat terlarut di dalam sel. Akibatnya air bergerak ke luar sel (osmosis) keluar lingkungan untuk menyamakan konsentrasi di luar sel dan di dalam sel.
lalu daun bunga jadam (Rhoeo discolor)  dengan larutan Garfis didaptkan hasil  yaitu pigmen warna merah yang ada pada daun bunga jadam (Rhoeo discolor) pudar hampir tidak ada  jika dibandingkan dengan awalnya yaitu warna ungunya menyebar diseluruh permukaan sel pidermis, lalu bentuk sel dari daun bunga jadam (Rhoeo discolor)  tidak ada perubahan bentuk, bentuk sel tetep berada pada bentuk awalnya.
kemudian preparat sel ditetesi  dengan aquades  diperoleh hasil  yaitu sel dari bawang merah menjadi menggembung dan berwarna bening, berbeda saat ditetesi glukosa sel berubah mengkerut. Hal itu terjadi karena terjadi karena adanya peristiwa endoosmosis.Tujuan dari digunakannya aquadest karena aquadest adalah cairan dengan konsentrasi rendah (hipotonik).
Pengamatan selanjutnya yaitu menggunakan larutan garfish, membuat preparat sederhana dari epidermis bawah daun bunga jadam (Rhoeo discolor)dan bawang merah (Allium cepa) , lalu ditetesi larutan garam fisiologis  dan di biarkan selama 10-15 menit, setelah 15 menit  lalu diamati dibawah mikroskop. Dan hasil yang didaptkan yaitu keadan sel bersifat normal. Itu terjadi dikarenakan larutan garfis  merupakan larutan yang bersifat isotonis sehingga konsentrasi didalam sel dan di luar sel sama maka sel akan tetap normal. Larutan garfis biasa digunakan untuk mempertahankan konsentrasi atau bentuk sel, karena larutan garfis terdiri dari Na+ dan Cl-  yang keduanya merupakan mikromolekul yang memiliki muatan kecil sehingga antara larutan dan sel tidak bisa saling mempengaruhi atau tetep pada keadaan konstan. Hal itu telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwasannya larutan garfis merupakan larutan isotonis artinya yaitu apabila suatu larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) dengan konsentrasi yang berada di dalam sel, akn mengakibatkan tidak ada pergerakan air antara sel dan lingkungan. Oleh karena akan tidak ada pergerakan apapun ke dalam sel maupun ke luar sel mengakibatkan ukuran dan bentuk anatomi sel ini tidak akan mengalami perubahan (Campbell, 2010).
Alasan mengapa preparat yang telh ditetesi larutan garfis harus ditunggu selama 15 menit, hal itu dikarenakan waktu 15 menit sangat optimum untuk menunggu terserapnya larutan garfis kedalam sel preparat, dan gar tampak lebih jelas proses plasmolisis dalam sel.



 VI.            Penutup
6.1  Kesimpulan
1.       Pengaruh fisik terhadap permeabilitas membran menurut teori menunjukan semakin tinggi suhu yang digunakan makan akan semakin rusak permeabilitas dari membran tetapi berdasarkan hasil pengamatan semua perlakuan fisik menunjukan hasil yang sama yaitu larutan berwarna kuning keruh. Sedangkan pada pengaruh kimia menunjukkan bahwasanya Pengaruh perendaman umbi kunyit pada aseton menyebabkan perubahan dari warna larutan bening menjadi berwarna kuning bening, bila dibandingkan dengan metanol warna yang dihasilkan oleh aceton lebih pekat. Hal ini disebabkan aseton ( CH3COCH3), adalah senyawa alkohol yang bersifat polar dan dapat berikatan dengan membran sel.
2.       Pengaruh dari larutan hipertonis (konsentrasi tinggi) pada suatu sel tumbuhan dapat mengakibatkan plasmolisis ialah terlepasnya membran sel dari dinding sel. Plasmolisis dapat dikembalikan dengan menempatkan sel pada lingkungan yang hipotonis sehingga terjadi peristiwa endoosmosis. Larutan garfis bersifat isotonis sehingga sel tetap pada kondisi semula, karena konsentrasi zat didalam dan dilingkungan sama dan tidak akan terjadi pergerakan partikel dari dalam maupun luar selsel dan larutan glukosa bersifat bersifat hipertonik

6.2  Saran
Untuk meminimalisis kegagalan dari praktikum diharapkan praktikan yang untuk dengan teliti dalm membuat dan menyiapkan bahan yang akan digunakan, serta melakukan penelitian dengan teliti






Daftar Pustaka

Al-Ash’ary, Muhammad N., Supriyanti F. M. T., & Zackiyah. 2010. Penentuan Pelarut Terbaik dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Artocarpus heterophyllus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Vol.1 (2)
Azoubel,Patricia Moreira,at,al.2014.Mass transfer kinetics of osmotic dehydration of cherry tomato. Journal of Food Engineering 61 (2014) 291–295
Campbell, Neil A, et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Gramedia.
Mrzuki,Ismail.2010.Kimia Dalam Keperawatan.Takalar.Pustaka As Salam
Nabila,Norma.2015.Pengaruh Pemberian Metanol Dan Etanolterhadap Tingkat Kerusakan Sel Hepar Tikus Wistar.Artikel Karya Tulis Ilmiah
Octoby, W, David,dkk.2003.Kimia Modern.Jakarta.Erlangga
Posokhov,Yevgen O,et,al.2013.Effect of acetone accumulation on structure and dynamics of lipid membranes studied by molecular dynamics simulations. Computational Biology and Chemistry
Rahmasari, Hamita dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa Dan Lama Osmosis. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3 p.191-197, Juli 2014














Lampiran
 
 




 

 





 


 
 




 
 




 














Related Posts